Membaca Rindu Hasbi Burman si Presiden Rex

in #realityhubs4 years ago

Ia penyair gaek di Aceh, karya-karyanya banyak berkaitan dengan alam. Surat Kabar Harian Kompas menjulukinya Presiden Rex, karena ia memang sering nongkrong di tempat kuliner di tengah Kota Banda Aceh; Rex Peunayong.

Hasbi Burman lahir Lhok Buya, Calang, Kabupaten Aceh Jaya (pecahan dari Kabupaten Aceh Barat) pada tahun 1944. Ia banyak menulis puisi di koran lokal terbitan Banda Aceh dan Medan, Sumatera Utara. Ia merupakan penyair otodidak. Banyak puisinya mengisahkan negeri-negeri pedalaman yang terpencil, tempat sejarah hidupnya hadir di dalamnya.

Lelaki gaek berkumis tebal ini sering biasanya menulis karya-karyanya di selembar kerta folio, kemudian mengantar sendiri ke media atau mengirimnya melalui kantor pos. Ketika saya menjadi Redaktur Budaya di dua surat kabar, Aceh Independen dan Harian Aceh Hasbi Burman sering mengantar langsung puisi-puisnya ke saya.

Hasbi Burman.jpg
Presiden Rex Hasbi Burman Sumber

Kadang-kadang dalam beberapa kesempatan bertemu di warung kopi, ia menyodorkannya langsung dengan sedikit todongan, terus terang tak berani saya menolak sodoran kertas folio berisi beberapa puisi darinya, selain kualitas karyanya sudah teruji, namanya juga sudah sangat tenar sebagai penyair.

Meski harus mengetik ulang karya-karya Hasbi Burman dari folio itu ke komputer, saya merasa bangga karena telah membantu sang Presiden. Ia orang yang blak-blakan, ketika hari minggu ia melihat di Rubrik Budaya puisinya sudah dimuat, sorenya atau esoknya ia langsung ke redaksi, sekedar menagih uang kopi. Kesempatan seperti itu sering saya gunakan untuk berdiskusi dengannya, berbagi pengalaman tentang sastra dengan sang Presiden.

Tapi beberapa tahun terakhir ini, sejak saya tidak lagi bekerja di media cetak dan beralih ke media online, sudah jarang saya menjumpai sang Presiden. Kerinduan terhadapnya tetap saja ada, rindu tentang cerita masa lalu, tentang diksi puisi, dan pengalamannya yang luar biasa dalam dunia sastra di Aceh.

Untuk mengobati kerinduan terhadap Sang Presiden Rex, Hasbi Burman, kadang-kadang saya sering ke warung-warung kopi tempat biasa saya menemuinya, tapi tak juag bertemu dengannya, terakhir berjumpa denganya pada 15 Agustus 2018 bersama penyair Din Saja di warung kopi Dhapu Kupi, Banda Aceh. Hari itu Din Saja menyerahkan saya satu antologi Pusinya: Hanya Melihat, Hanya Mengagumi, sementara Hasbi Burman sang Presiden hanya mendampinginya. Ah..jadi rindu menyeruput kopi lagi dengan Presiden.

Untuk mengobati kerinduan kepada Sang Preseiden Rex, Hasbi Burman, berikut ini saya kutip puisinya yang berjudul Suatu Malam di Rex

Suatu Malam di Rex
Untaian itu bergulir
Di atap Peunayong
Bersenggama dengan angina malam
Ketika kita mmebuat sebuah perenungan
Di pucuk kenangan semakin bergelantungan
Nafas malam hening sekali
Berdesah di ubun kita
Membuat sebuah perencanaan
Di bukit-bukit yang semu
Kita halau rindu.

Untaian itu bergulir
Pada tanah yang tandus
Kecuali pada cahaya mercuri
Di seberang sana
Penuh angan-angan
Pada bumi ini
Yang kita temui cuma bayangan.

Untai itu bergulir
Pada diri yang hampa
Tanpa apa-apa
Kecuali sebuah nyanyian malam
Bergema dibalut mimpi.

Untaian itu bergulir
Ketika malam rebah dalam pesona
Yang peuh bunga

Untaian itu bergulir
Malam semakin ke ujung
Angina turun lurus berbaris
Menyisir daun-daun kering
Ketika kita sadar
Cinta semakin meranting
Patah satu-satu.


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers

Coin Marketplace

STEEM 0.35
TRX 0.12
JST 0.040
BTC 70887.21
ETH 3581.98
USDT 1.00
SBD 4.75