Mensyukuri Teknologi

Mensyukuri Teknologi
Saudaraku, sebagaimana lazim diketahui bahwa pencerapan panca indera dapat melahirkan pengetahuan, dan pengetahuan yang diinternalisasi, direnungpikirkan diteliti sebab akibatnya, dianalisis sedemikian rupa, akan melahirkan ilmu pengetatuan. Pada gilirannya ilmu pengetahuan dapat melahirkan teknologi, yaitu alat atau sarana prasarana apasaja yang dapat mempermudah dan memperindah manusia dalam menjalani kehidupannya.

Untuk mempermudah konunikasi, diciptakannya perangkat alat seperti komputer dengan internetnya, telephone, handphone, segala pemrograman yang mempermudah dan mempercepat komunikasi. Di sinilah teknologi informasi berkembang sangat cepat dan manusia memperoleh kemudahan berkomunikasi dsn mendapatkan informasi.

Dalam rangka meringankan manusia dalam bercocok tanam, maka diciptakanlah cangkul, traktor pembajak lahan, mesin penyedot air, mesin tanam, mesin penabur pupuk, mesin pemetik, dan segala peralatan untuk mengolahnya hasilnya menjadi lebih baik, lebih efektif dan efisien.

Demikian juga teknolagi lainnya terus dirakit dan diciptakan dalam berbagai sektor kehidupan manusia demi kemudahan dan kenyamanannya.

Oleh karena itu, sebagai muslim yang baik sudah selayaknya kita mengingat kembali akhlak mensyukuri teknologi.

Pertama, menyadari sepenuh hati bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan karunia dari Allah atas manusia. Penguasaan dan perkembangannya merupakan perwujudan rasa syukur hamba-hamba pilihanNya.

Kedua, lisan tidak henti-hentinya mengucapkan alhamdulillah atas penguasaan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana tidak! Sekarang saat berwudhuk sudah mudah hanya dengan menghidupkan listrik, lampu, kran air, kita bisa menyempurnakan wudhuk dengan mudah. Saat shalat, kita bisa lebih tenang dan khusuk dengan menghidupkan ac pendingin ruangan, membentang sajadah bludru yang lembut buatan pabrik, atau di atas marnar yang sejuk dan bersih, loud speaker sehingga bacaan imam terdengar meliputi jamaah.

Saat berpuasa menjadi mudah menyetel alarm untuk bangun sahur, berangkat ke mesjid dengan kendaraan, mendengarkan tausiah melaui radio, tape recorder, youtube, baca al-Qur' an melalui android, bekerja di ruangan sejuk ber ac, dan memperoleh bukaan dengan mudah.

Saat pergi menunaikan ibadah haji dari tanah air ke Mekah nyaman dengan pesawat mewah dengan layanan yang prima dan hanya delapan jam saja, tidak lagi naik unta atau kuda lalu berlayar berbulan-bulan lamanya.

Saat jual beli, di antara kita tidak perlu datang dan bertemu dengan penjual atau pembelinya, tetapi cukup via sms atau tranfer dana via hp secara online.

Untuk mengetahui perkembangan dunia bisa dilakukan dengan diciptakannya satelit sehingga apa yang terjadi di manapun bisa diakses dengan cepat dan mudah hanya menghidupkan cannel tv yang berantena parabola atau berlengganan indovision. Dan seterusnya.

Ketiga, memanfaatkannya untuk memaksimalkan ibadah. Mensyukuri perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memanfaatkannya untuk memaksimalkan pengabdian kepada Allah swt.

Keempat, adaptif dan responsif. Meskipun relatif, namun hingga saat ini umat Islam sepertinya masih cenderung sebagai pengguna teknologi atau sebagai pangsa pasar teknologi, belum menjadi produsen atau perancang teknologi modern yang mandiri.

Sebagai penggunapun ternyata terdapat stratifikasi kedekatannya dengan dunia teknologi, yang menurut Heryadi terbagi menjadi butek, gaptek, meletek, dan cantik.

Butek atau buta teknologi yaitu orang atau masyarakat yang belum sama sekali bersentuhan dengan teknologi. Gaptek atau gagap teknologi diinisiasikan pada orang atau masyarakat yang sudah mulai mengenal teknologi tetapi masih terbatas dalam menggunakannya. Meletek atau melek teknologi yaitu orang atau masyarakat yang sudah lancar menggunakan teknologi. Dan cantik atau canggih teknologi informasi komputer yaitu orang yang sudah sangat mahir dalam berinteraksi dengan dunia IT.

Di atas segalanya, idealnya umat Islam harus terus berproses dan belajar sehingga bisa menginisiasi, melahir