Peucicap and Peutron Tanoh, Culture Descending [Bilingual]

)

The people of Aceh today still retain a lot of customs in various events. Including the "peutron tanoh" procession or ground dwelling is also peucicap for newborns. This custom has always been handed down by the Acehnese people for generations.

Peucicap for the people of Aceh is usually done at the age of infants 7 days after birth. Peucicap habit is accompanied by hair cutting or shaving the baby's hair. Peucicap procession is usually done by the nearest person of the baby, such as grandmother or other party that is a traditional leader or local religious leaders.

Peucicap itself is done by smearing the baby's lips with honey or other fruits that taste sweet, like wine and others. during the procession, also accompanied by a reading of a number of prayers, in the hope that the baby will become a pious and devoted child to his parents, religion and country.

Meanwhile, a peutron procession for a baby is performed for babies older than 44 days. Peutron tanoh or down land for this baby, also accompanied by chanting prayers and shalawat. There are even several other sequences done, such as, the breaking of coconuts while keeping the baby's feet on the ground. Including peucicap done by local religious leaders to the baby.

Many images in this procession, namely that the baby can stand against various trials. Both sounds, weather and water splashing. This activity is witnessed by both parents of the child and close relatives. After that the child is put again to his house to be cleaned.

Peusijuk for the baby is also done by religious leaders who accompanied by prayers while given a sense of food to the baby's lips. As for the baby tasted that is, a number of fruits, honey bees, egg yolks and other often mixed water zam-zam that has been softened. This is intended as a start for the baby to taste good food.

After that the baby is put to sleep in a swing accompanied by a chant of marhaban. Some people stand next to the swing while reading a number of prayers and chanting the marhaban to the baby. The welcome or marhaban chants also contain words of advice or advice to the child in the swing, in addition to the accompaniment of prayer and the prophet's prayer. [@roslaini]

INDONESIA

Peucicap dan Peutron Tanoh, Budaya Turun Temurun

Masyarakat Aceh saat ini masih banyak yang mempertahankan sejumlah adat istiadat dalam berbagai acara. Termasuk prosesi “peutron tanoh” atau turun tanah juga peucicap bagi bayi yang baru lahir. Adat ini sejak dulu hingga kini secara turun temurun masih dilakukan oleh masyarakat Aceh.

Peucicap bagi masyarakat Aceh biasanya dilakukan pada usia bayi 7 hari setelah kelahiran. Kebiasaan peucicap disertai dengan pengguntingan rambut atau mencukur rambut si bayi. Prosesi peucicap biasanya dilakukan oleh orang terdekat si bayi, seperti nenek atau pihak lain yakni tokoh adat atau pemuka agama setempat.

Peucicap sendiri dilakukan dengan mengoles bibir si bayi dengan madu atau buah-buah lainya yang rasanya manis, seperti anggur dan lainnya. saat prosesi tersebut, juga disertai bacaan sejumlah doa-doa, dengan harapan agar si bayi kelak menjadi anak yang shaleh dan berbakti kepada, kedua orang tuanya, agama dan negara.

Sementara itu, prosesi peutron tanoh bagi seorang bayi, dilakukan bagi bayi yang telah berusia di atas 44 hari. Peutron tanoh atau turun tanah bagi bayi ini, juga diiringi oleh lantunan doa dan shalawat. Bahkan ada beberapa rangkaian lain dilakukan, seperti, pemecahan kelapa sambil menjejakkan kaki si bayi ke tanah. Termasuk dilakukan peucicap oleh pemuka agama setempat kepada si bayi.

Banyak tamsilan dalam prosesi ini, yakni agar si bayi dapat tahan terhadap berbagai cobaan. Baik bunyi bunyian, cuaca serta percikan air. Kegiatan ini disaksikan oleh kedua orang tua si anak serta kerabat dekat. Setelah itu si anak di masukkan lagi ke rumahnya untuk dibersihkan.

Peusijuk bagi si bayi juga diakukan oleh pemuka agama yang diiringi oleh doa-doa sambil diberikan rasa makanan ke bibir si bayi. Adapun yang dicicipi kepada bayi yakni, sejumlah buah-buahan, madu lebah, kuning telur serta lainnya yang sering dicampur air zam-zam yang telah dilunakkan. Ini dimaksudkan sebagai awal bagi si bayi merasakan makanan yang baik-baik.

Setelah itu bayi ditidurkan dalam ayunan yang diiringi lantunan marhaban. Beberapa orang berdiri di samping ayunan sambil membaca sejumlah doa dan lantunan marhaban kepada si bayi. Lantunan selamat datang atau marhaban juga mengandung kata-kata nasehat atau petuah bagi si anak dalam ayunan, selain iringan doa dan shalawat nabi. [@roslaini]

Thanks to visit My Blog @roslaini
Sincerely Your