Makmeugang

in #makmeugang6 years ago

IMG_20180523_120220_HDR.jpg

Aceh memiliki suatu tradisi unik yang hanya ada di Aceh sendiri. Tradisi ini diperingati 2 tahun sekali menjelang puasa dan hari raya namanya makmeugang. Warga berbondong-bondong ke pasar untuk beli daging, kemudian membawa pulang ke rumah. Gantungan daging yang sudah disembelih, berjejer pada kayu di lapak-lapak penjual daging yang khusus hari ini tumbuh menjamur di sejumlah titik. Pemandangan unik ini bisa dijumpai diseluruh pelosok. Tak heran bila saat meugang aktivitas sebagian warga lumpuh, karena mereka larut dengan tradisi yang sudah turun temurun ini.

Bagi masyarakat Aceh, meugang tanpa membeli daging belum lengkap. Meski harga melonjak drastis saat meugang, lapak penjual daging tetap dikerumuni pembeli. Setiap keluarga biasanya membeli satu hingga tiga kilogram daging untuk disantap bersama.

Orang kaya biasanya membeli daging dalam jumlah banyak, kemudian membagikan kepada anak yatim atau tetangganya yang miskin. Bagi pria baru menikah, akan jadi aib kalau meugang tak membawa pulang daging ke rumah mertuanya. Sebaliknya akan menjadi kebanggaan keluarga, kalau ia membawa pulang kepala sapi atau kerbau.

Daging menjadi menu utama sebagai lauk nasi yang disantap bersama keluarga pada saat meugang. Menu daging yang dimasak secara tradisional seperti sie reuboh (daging rebus) di Aceh Besar dan sie puteh (daging putih) di Pidie sangat mudah dijumpai di rumah-rumah.

Di pedesaan yang adatnya masih kuat, orangtua akan melarang anak-anaknya bermain ke rumah tetangga atau sekolah pada hari meugang. Mereka wajib makan di rumah.

Meugang bukan hanya diperingati menjelang Ramadhan. Sehari jelang Idul Fitri dan Idul Adha, tradisi ini tetap dilakoni warga Aceh. Tapi meugang puasa selalu lebih meriah, karena Ramadhan punya arti sendiri bagi masyarakat Serambi Mekkah.

Seminggu sebelum ramadhan, masyarakat mulai disibukkan berbagai macam persiapan yang akan mereka lakukan pada hari H Meugang. Meugang sendiri dilakukan sehari sebelum ramadhan minggu pertama. Dan itu akan menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu bukan hanya orang dewasa, bahkan sampai ke remaja dan anak-anak. Selain itu Meugang juga menjadi hal yang tidak boleh terlewatkan bagi masyarakat Aceh yang mungkin kebetulan sedang berada di luar kota atau merantau. Mereka yang berada diluar Aceh, biasanya akan langsung bergegas pulang begitu mendekati hari Meugang.

Pemerhati sejarah Aceh, Tarmizi A Hamid mengatakan meugang tercatat dalam Qanun Al Asyi (Qanun Meukuta Alam) yang diterbitkan pada masa Kesultanan Aceh. Disebutkan dalam isi kitab itu, Sultan Aceh secara turun temurun memerintahkan Qadi Mua’zzam Khazanah Balai Silatur Rahmi untuk mengambil dirham, kain-kain, kerbau dan sapi dipotong di hari Meugang.

Selanjutnya, dagingnya dibagikan kepada kepada fakir miskin, dhuafa, orang lansa, buta. Selain daging, Sultan juga membagi uang dan kain enam hasta. Hadiah itu dibagikan oleh kepala desa (keuchik) di tempat masing-masing. “Sultan Aceh mmberi bantuannya kepada rakyatnya yang selalu dicintai,” sebut Tarmizi mengutip kitab masa kesultanan Aceh dipimpin oleh Iskandar Muda.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64223.84
ETH 3158.34
USDT 1.00
SBD 4.29