Happy Birthday Zenja...

Ada yang istimewa dengan kepergianku ke Lombok pekan lalu. Bukan, bukan karena aku mendapat kesempatan melihat langsung kondisi pascagempa yang terjadi pada 29 Juli dan 5 Agustus 2018 lalu, itu lebih dari istimewa, tapi keistimewaan yang kumaksud kali ini ialah bisa mengucap langsung selamat ulang tahun untuk Zenja di hari ultahnya.

Bertahun-tahun lalu, sebuah foto yang dikirimkan Zenja dari Senggigi, dengan latar gili-gili (pulau) kecil di belakangnya, berhasil membuatku cemburu setengah mati. Dalam hati aku bertekad, suatu hari nanti aku pasti berada di sana, di tempat ia berdiri itu.

Ah...benar saja, aku sudah sampai ke sana. Menginjakkan kaki di Senggigi, dan beberapa wilayah lain di Nusa Tenggara Barat. Karena kesempatan yang diberikan Allah melalui sebuah lembaga bernama Aksi Cepat Tanggap.

Menyaksikan bukan hanya saja pemandangan yang amat indah, punjut-punjut pulau di tengah laut, dan kerucut Gunung Agung pada sisi yang berbeda. Dari puncak itu terlihat begitu nyata. Senyata perasaanku kepada Zenja.

Memberi ucapan selamat ulang tahun, disertai satu dua potong puisi berwarna merah muda merupakan ritual asyik selama bertahun-tahun. Menunggu September tiba selalu mendebarkan, apalagi menunggu minggu terakhirnya. Rasanya seperti tak sampai-sampai.

Malam itu, aku menunggu pergantian waktu dengan tak sabaran, antara menahan kantuk yang berat karena lelah seharian meliput, ditambah rasa geregetan ingin segera mengirimkan ucapan manis untuknya. Saat pukul 00.00 Wita, itu artinya lebih cepat dari WIB, aku pun melayangkan pesan yang sudah kupersiapkan beberapa saat sebelumnya.

Ucapanku padanya sederhana saja: semoga aku selalu diberi kesempatan agar bisa selalu mengucap dan mengecupnya di tanggal hari lahirnya. Cinta ada kalanya memang rumit, lalu kami sederhanakan dalam doa-doa kecil seperti itu. Meski terlambat, aku ingin mengabadikannya di sini. Happy birthday Zenja, cinta untukmu takkan pernah kering.[]