Menyulam Baju Pengantin
Tidak peduli apa kata orang karena yang dianggap tidak biasa pasti akan menuai kritikan. Terkadang orang menganggap aneh bila ada yang beda, padahal perbedaan bisa dijadikan sebagai penanda.
Inilah perempuan yang ingin tampil beda di hari pentingnya. Tidak ingin memakai baju yang sama dengan pengantin lain yang biasanya baju itu disewakan, tapi dia menyulamnya sendiri dengan benang mas.
Warna putih yang biasanya digunakan pengantin pada umumnya, dia ganti menggunakan baju warna hitam. Itu pun menuai banyak kritikan yang mengatakan bahwa warna hitam adalah duka.
Namun, dia mencari informasi itu yang ternyata warna putih yang digunakan kebanyakan pengantin sekarang sejarahnya karena kain warna putih dianggap paling murah.
Ini bermula pada saat pernikahan Ratu Victoria dengan Albert dari Saxe-Coburg di Inggris pada abad pertengahan.
Victoria memilih warna putih karena dia ingin membuktikan, dia dapat memimpin rakyatnya menuju penghematan. Sebab, saat itu, putih adalah warna yang paling murah, karena tidak perlu menggunakan pewarna untuk melukis kain. Selain itu, Ratu memiliki alasan lain, yakni tidak ingin mengubah renda putih yang sudah dipesan. Saat itulah trend baju pengantin warna putih mulai booming.
Padahal Aceh tidak mengenal warna putih kerena warna tersebut warna ketiadaan. Makanya digunakan sebagai kain kapan.
Warna Aceh ialah hitam, kuning, merah, dan hijau yang menjadi warna dasarnya. Maka dari itulah perempuan ini menyulam benang emas di atas kain hitam untuk pakaian pengantinnya.
Ia mempunyai filosofi bahwa hitam adalah warna dasar yang dianalogikan sebagai dasar dalam membangun rumah tangga. Sebelum rumah tersebut diberi warna, maka hitam adalah permulaan untuk memunculkan warna lain.
Baju pengantin tersebut disulamnya sendiri yang kemudian dijahit oleh ibunya. Dia berharap suatu saat baju tersebut bisa dikenang dan diturunkan ke anak perempuannya.
Sama halnya baju pengantin yang ia gunakan ialah kainnya dari pakaian ibunya yang usianya mencapai 20 tahun lebih.
Walau banyak yang menganggapnya aneh, tapi baginya itu hanya bersifat sementara karena dia mempunyai filosofi sendiri tentang baju yang dikenakannya di hari ia menjadi seorang pengantin.