Ko ACEHNOLOGI (BAB 25 SISTEM KEBUDAYAAN ACEH)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dalam bab ini, akan di jelaskan mengenai bagaimana sebenarnya kemampuan orang Aceh untuk menciptakan, merekayasa, dan mempertahankan sistem kebudayaan. Karena kita tau bahwa jika salah menggunakan atau mengakaji sistem kebudayaan ini maka akan tidak sesuai harapan kita.
Ada beberapa konsep yang harus kita pahami mengenai kemampuan orang Aceh di dalam melahirkan ataupun memunculkan kebudayaan yang pertama ‘I’ atau saya, kata saya digunakan untuk mengatakan orang yang sedang berbicara, yang kedua ada ‘being’ atau keberadaan, yang ketiga ada ‘action’ atau tindakan.
Sebenarnya dalam bahasa Aceh, 'saya' berarti lon atau I. Mengenai persoalan mengenal 'saya' bagi masyarakat Aceh sangatlah penting, yang sering di ungkapkan dengan kalimat ‘turi droe’ atau kenali diri. Seperti yang saya katakan tadi untuk menunjukkan kita yang ingin berbicara dengan orang lain.
Pemahaman ini tersebut tidak semudah yang di bayangkan. Kemudian Ulama menuliskannya dalam kitab, sehingga rakyat aceh mampu mengetahui pesan-pesan dari kitab tersebut ke dalam kehidupan nyata. Untuk kenal diri, tahu diri, arah diri, posisi diri, menampakkan diri, perlu adanya pendalaman islam, mulai dari pemahaman dari sisi syariat, pemahaman hakikat, hingga pemahaman makrifat. Serta keilmuan keilmuan sufi lainnya yang mana semua itu bertujuan untuk meningkatkan spirit ke agamaan kita.
Ketika munculnya suatu istilah peutimang nanggroe yang mempunyai makna orang tersebut telah mengenali diri sendiri, dan mampu memaknai bagaimana keseimbangan antara hubungan manusia dengan, Tuhan, alam, dan manusia. Karena kita tahu bahwa manusia tidak bisa di pisahkan dengan alam, tuhan dan spirit keagamaan.
Mereka yang sudah mengenal diri, selalu berupaya menciptakan atau merekayasa suatu ritual yang sifatnya simbolik sebagai tanda syukur.
Adapun konsep syukur yaitu dimaknai dengan ‘pajoh mangat’. Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, maka semakin enak makanan yang di dapatkan oleh orang tersebut. Semakin bersyukur seseorang terhadap tuhan yang menciptakannya.
Pada intinya di dalam tradisi pemikiran orang Aceh, telah ditemukannya konsep I atau saya, being atau keberadaan dan action atau aksi.
Pola pikir yang ada pada orang aceh ternyata ada kemiripan pola pikir di Barat, contohnya seperti mengenai pencarian makna saya, dalam konsep di Barat di kenal dengan knowing self atau kenali diri dan ada juga consciousness atau kesadaran diri, dan pola pikir ini sama halnya dengan pola pikir yang ada di Aceh hanya saja di kemas dalam bahasa yang berbeda namun mempunyai makna yang sama, dalam bahasa Aceh kalimat ‘turi droe’ atau kenali diri.
Di aceh ada di kenal dengan pemikiran kekuatan laut Aceh, yang mana adanya ide dari orang Aceh berjalan di atas ombak dan perahu namun seiring berjalannya waktu ide ini sudah tidak ada lagi, penyadaran akan kekuatan laut Aceh mulai berkurang.
yang sangat menyedihkan adalah adanya pemandangan kapal-kapal besar berjalan beriringan dengan perahu orang Aceh ini sdalah suatu pemandangan yang janggal, kemudian di depan mata orang Aceh sendiri kekayaan bumi Aceh di ambil begitu saja, dan di manfaatkan oleh orang asing.
Pada intinya tanpa kita sadari budaya aceh terus di pengaruhi oleh kebudayaan yang datang dari luar, di harapkan kita harus melawan ataupun menolak secara perlahan kebudayaan luar yang datang di Aceh karena jika tidak dilakukan hal yang semacam itu, maka akan berdampak panjang bagi generasi penerus yang ada di Aceh.