Tak Perlu Malu Menangis

in #indonesia5 years ago

image

Sumber

Seorang teman belakangan sangat sering mengupdate status melankolis di Facebook. Beberapa statusnya malah sudah terlihat sangat mengkhawatirkan. Ia dengan mudah "dibaca" oleh masyarakat Facebook melalui statusnya.

Karena memiliki pertemanan yang cukup lama dengannya, akhirnya saya menanyakan tentang status-status di Facebooknya itu. Awalnya ia bungkam. Katanya semua baik-baik saja. Status itu hanya perwujudan iseng sama seperti pengguna Facebook lainnya.


image

Sumber

Tapi saya ragu dengan jawabannya hingga memutuskan kembali menanyakan hal tersebut via telpon. Setelah beberapa menit diam, ia kemudian mulai buka mulut. "Saya sudah cukup lelah dengan semua ini. Cukup sudah". Jawabannya bikin khawatir saya makin parah.

Sepertinya dia memang sedang dalam masalah. Pelan-pelan ia cerita. Katanya selama ini orang-orang tak tahu apa yang ia sembunyikan. Yang orang lihat dia adalah seorang muda yang cukup beruntung di dunia ini. Selang dua bulan meraih S1, ayahnya langsung membuka ponsel cukup lengkap untuknya.

Dia mengelola sendiri ponsel tersebut. Tentu ia punya semua untuk menjadi anak muda mapan. Tapi bukan itu yang dia butuh. Ia butuh orang-orang yang selalu siap berbagi dengannya. Mapan tapi sedikit teman untuk apa? Ia adalah introvert. Sangat susah punya teman.


image

Itu yang membuatnya selama ini merasa sendiri, sepi dan tak berkawan. Entah apa yang malang dengan anak itu hingga sangat sedikit orang yang mau berteman dengannya. Padahal ia tipikal orang yang sangat royal pada teman-teman. Mungkin karena ia pendiam. Hanya itu yang kurang darinya.

Itulah yang membuatnya berpikir untuk merantau entah ke negeri mana agar menemukan teman yang banyak. Tapi ayahnya tak mengizinkan. Untuk apa merantau kalau di tanah sendiri sudah punya segalanya (baca: materi)? Tetapi si teman tidak butuh itu. Ia butuh teman. Sialnya sang ayah tak (mau) tahu tentang hal sentimentil ini.

Sudah lama ia ingin mengungkapkan ini pada ayahnya. Tapi lidahnya selalu terkunci saat ia ingin bicara. Akhirnya Facebook menjadi pelampiasan paling tepat. Ia ingin menangis, tapi sebagai seorang laki-laki ia malu melakukannya. Tentu saja ia keliru. Karena tak ada hukum alam yang mengatakan laki-laki haram menangis. Kalau menangis membuat lega, kenapa harus malu melakukannya?


image

Regards

@samymubarraq

Sort:  

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq

Coin Marketplace

STEEM 0.32
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66569.64
ETH 3235.92
USDT 1.00
SBD 4.31