Untuk Siapa Kita Merokok?

in #indonesia6 years ago

Merokok. Ada yang bilang itu tidak guna, baik untuk kesehatan atau keuangan. Namun bagi kalangan tertentu, masih termasuk saya saat ini, merokok sudah menjadi kegiatan yang tidak terencana, tapi itu nyaris selalu ada dalam setiap rutinitas, bahkan terkadang di ruang ber-AC sekalipun. Jika tidak dibolehkan dalam ruangan, maka aku akan mencuri waktu untuk keluar ruangan. Segitu perlunya merokok bagi orang-orang seperti kami.

Bicara soal uang yang dihabiskan untuk membeli rokok, aku mengaku, memang besar jumlahnya. Jika dihitung-hitung dalam sebulan bisa menghabiskan 500 ribu hingga 1,2 juta. Apalagi kalau sedang ada kegiatan yang ada biayanya. Pasti jumlahnya naik sekira 25 persen. Anehnya lagi, walau tidak ada uang, tapi rokok selalu ada untuk dihisap. Selemah-lemah iman, ya hisap rokok kawan. Itu juga sering aku lakukan.

Internet bilang, rokok awal sekali ditemukan pada suku Indian. Penduduk pribumi Amerika itu menggunakan rokok untuk kegiatan keagamaan mereka. Bahkan saat Columbus berkunjung ke sana, ia sempat melihat orang merokok dan ia juga sempat merokok. Ujung-ujungnya Columbus tetap saja menyita tembakau masyarakat Indian. Kesebut saja Columbus penjajah yang sebenarnya.

Di banyak tempat umum, kami perokok sedikit harus rela dianggap mengganggu, walau niat sesungguhnya kami tidak pernah ingin mengusik ketentraman orang yang tidak merokok. Tapi apa daya negara belum berpihak kepada kami perokok. Paling banter kami disediakan ruangan 3x3 meter untuk menikmati rokok. Perlu diketahui itu sangat tidak nyaman bagi kami.

Walau begitu kami perokok tetap harus mengalah demi banyak orang yang tidak merokok. Jangan sampai gara-gara kami mereka dikategorikan dalam perokok pasif. Itu bukan kemauan kami.

Sebagai pemerintah tugas untuk memberi peringatan kepada masyarakat agar merokok pun sudah gencar dilakukan, baik lewat kampanye anti rokok, kalimat larangan di banyak dinding kantor, tempat umum, bahkan di kotak rokok itu sendiri. Itu patut diapresiasi. Tapi lagi-lagi kami perokok tidak merasa itu penting, soalnya ada banyak hal lain yang perlu lebih diberi peringatan, seperti jangan memproduksi atau menjual rokok kepada si perokok. Itu kupikir cara yang lebih ampuh.

Jika aku sebagai kepala pemerintah, tentu melarang memproduksi atau menjual rokok kepada si perokok juga bukan solusi untuk keluar dari pengaruh buruk rokok, soalnya bicara pemasukan, dengan banyaknya perokok, neraca keuangan negara pun akan bergerak naik. Memang tidak dominan, tapi jelas punya pengaruh tersendiri.

Pernah untuk menghilangkan perokok, Pak Jokowi berencana menaikkan harga rokok hingga 50 ribu perbungkus, bagiku itu baik dan perlu didukung. Khususnya oleh kami para perokok aktif. Walau harus juga kuakui, itu bukan kebijakan yang tepat untuk menghentikan kepulan asap dari mulut perokok. Selama rokok masih boleh dibeli perbatang, selama itu pula perokok akan tetap berjaya di Indonesia. Hidup Perokok!, Jaga Kesehatan!.

Dan satu hal lain perlu dicatat, bahwa rokok di kalangan tertentu dapat menjadi barometer dalam mengindentifikasi seorang teman. Dan perlu dicatat pula, bahwa itu tidak sepenuhnya benar.[]

@pieasant

Sort:  

Kita perokok penyumbang devisa Negara, bukan kecil loh tp besaaar

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64320.07
ETH 3154.23
USDT 1.00
SBD 4.34