Tentang Budaya Meminta

in #indonesia6 years ago

Tadi malam aku mengunjungi salah satu mall di Kota Semarang. Setelah menemukan apa yang dicari, segera aku bergegas pulang sebelum hujan turun karena memang langit sudah terlihat hitam pekat. Sesampainya di parkiran motor, aku menyaksikan sebuah pemandangan yang mungkin bagi masyarakat Semarang sudah nggak asing lagi.

Yah sebuah pemandangan yang mempertontonkan beberapa orang berjajar rapi tepat di pintu keluar, lebih tepatnya sih dekat loket karcis keluar. Dengan membawa gelas bekas air mineral mereka menengadahkan ke arah setiap motor yang berhenti hendak menyeberang atau pejalan kaki di sana.

Meminta.png

Source

Paring-paring den

Kata-kata itu terlontar dari setiap mulut untuk menyambut setiap pengunjung mall. Tentu ini sebuah pemandangan yang menyedihkan. Begitulah faktanya, potret kelam kehidupan yang begitu keras memaksa setiap orang untuk melakukan berbagai upaya untuk bertahan hidup bahkan menghidupi keluarganya.

Siapa sih orang yang tidak tersayat hatinya menyaksikan pemandangan menyedihkan seperti ini. Dalam hati aku yakin, kita pun merasa kasihan dengan apa yang mereka lakukan. Tapi disisi lain ada sebuah perasaan kasihan, bukan karena melihat kondisi mereka tapi lebih kepada apa yang mereka lakukan.

Pengemis atau peminta-minta adalah mereka yang mengharapkan pemberian dari orang lain tanpa harus bekerja atau melakukan sesuatu. Di Indonesia sendiri entah sudah berapa jumlah pengemis tersebar, bahkan di beberapa berita aku pernah melihat mengemis ini dijadikan sebuah profesi.

Terlepas dari kontroversi tentang “profesi “pengemis, aku ingin lebih menyoroti apa yang mereka lakukan ini. Percaya nggak sih jika kita lihat selama ini, orang-orang yang mengemis di jalan-jalan mayoritas mereka masih memiliki usia yang produktif. Yah meski ada juga sih beberapa yang menjadi mengemis karena benar-benar keadaanlah yang memaksa mereka melakukan itu.

Aku ada cerita tentang salah seorang tetanggaku yang menjadi pengemis, suatu ketika saat sedang melakukan aksinya dia tertangkap oleh razia satpol pp dan di tangkap untuk diberikan sosialisasi bahkan pelatihan ketrampilan supaya kelak tak harus mengemis lagi. Tapi ternyata itu tidak berlangsung lama dan akhirnya dia kembali lagi menjadi pengemis alasannya uang yang dihasilkan ini lebih besar jika dibandingkan dengan yang mereka hasilkan jika bekerja. Belum lagi capek yang dirasakannya, untuk itulah mereka lebih memilih menjadi pengemis, tinggal duduk dapat uang.
Disadari atau tidak budaya meminta-minta ini lama kelamaan akan memunculkan sikap malas, bagaimana tidak coba meminta itu mudah dilakukan. Apalagi jika dari apa yang diminta itu berbuah manis. Ini yang membuat orang kemudian enggan keluar dari zona nyaman dari budaya meminta.
Boleh coba kita hitung berapa prosentase orang yang lebih memilih memberi ketimbang meminta?

Melihat hal ini saya kemudian teringat postingan salah satu Steemians yang pernah aku baca terkait dengan fenomena peminta-minta di Steemit.

Seiring berjalannya waktu Steemit mulai dikenal, banyak orang-orang baru memandang Steemit sebagai lahan untuk memperoleh penghasilan. Berbagai cara pun dilakukan untuk menarik datangnya simpati yaitu dengan melakukan posting tulisan. Bagi mereka yang tak sabar dengan sebuah proses tentu dalam hatinya akan bergejolak saat tau postingannya sepi dan melihat telur yang tak kunjung menetas.

Capture_1.JPG

Karena merasa frustasi dan tak tau lagi harus bagaimana, dipilihlah sebuah jalan dengan melakukan spam komen sana sini yang bernada setengah mengiba mengharapkan Steemians lain untuk mengunjungi postingannya.

Sudah saya upvote, mohon upvote balik ya?
Postingan yang menarik, jika berkenan silahkan kunjungi blog saya
Jangan lupa follow akun saya ya

Mungkin kalimat-kalimat semacam itu sering kita jumpai, dan untungnya aku belum pernah melakukan hal itu meski telur dalam postinganku tak kunjung menetas bahkan ketika tak ada satupun komentar singgah.

foto_1.jpg

photo by @fesbukan

Aku banyak belajar dari Steemians yang hebat-hebat di sini, aku sering membaca postingan-postingan yang memberikan tips dan trik untuk beretika dalam berselancar di Steemit. Dari sanalah kemudian aku mengerti jika semakin banyak kita meminta orang lain untuk melakukan upvote atau komentar, maka ini akan membuat orang tidak bersimpati dengan kita. Alih-alih kasih upvote, ngelirik blog kita aja enggak, okelah sekali dua kali bisa di toleransi tapi kalo tiap postingan jatuhnya seperti itu lama-lama orang akan menghindarinya.

Kita tahu kan pengemis di luar sana, selalu dihindari meski dalam hati ada rasa kasihan. Coba deh kalo lagi di jalan kita ketemu sama dua orang satunya mengemis dan satunya lagi berjualan. Tentu orang akan lebih bersimpati dengan mereka yang berjualan.

Dengan begitu pakailah prinsip ini juga di Steemit, mulai saat ini yuk kita stop melakukan hal semacam itu. Berikanlah komentar yang relevan dengan postingan. Bertegur sapalah dengan Steemians lain tanpa meminta imbalan balik.
Percaya saja jika kita menabur hal-hal yang baik, kitapun akan menuai hasil yang baik. Aku yakin kok dalam hati tiap orang tanpa perlu diminta pasti akan melakukan hal tersebut.

Jika kesadaran semacam ini dimiliki setiap orang di Steemit ini pasti akan ada interaksi yang luar biasa, sehingga kita akan menjadi semakin solid semakin besar.

Tetap semangat ya,
Sampai jumpa postingan selanjutnya.....

Foto dian2.jpg

Terima kasih kepada teman-teman Komunitas Steemit Indonesia, serta Kurator Indonesia @aiqabrago dan @levycore atas dukungannya.

Logo.jpg

Sort:  

bener banget mbak. budaya meminta dan memalak itu sudah jadi kebiaasan jelek yang susah kitahilangkan. karena mereka bunya beking kuat dan juga mereka pengen dapt uang secara mudah dan cepat. meskipun tidak saya pungkiri memang ada beberapa saudara kita yang kurang beruntung. tapi tanpa mereka sadari yang berprofesi sebagai peminta-minta telahmengurangi rejeki orang yang memang kurang beruntung tersebut.

Analogi yang pas bli @ekavieka, kalo motifnya uang ya berarti mereka masuk dalam golongan orang-orang malas, pengennya instan ga pake ribet, hehee

Berikan satu akun #steemit, niscaya kugoncang profesi peminta2

Sedep bener @marxause, tapi kalo di Steemit rasanya juga mereka kepengennya instan padahal di dunia ini nggak ada yang instan, bikin mie instan aja pake proses, hahha

Hahaaaa.iya bener tuh @patriciadian

hmmn..
salam knal ya dan jangan lupa diuptove ya..

Salam kenal juga @radhitmeldita, nah ketahuan nggak di baca sampe habis, hahaha

pukulan telak nih... ahaha

gak menyangka alurnya akan ke steemit, budaya meminta upvote..

'kulo mboten nyuwun de upvote, mung menawi bade maringi geh monggo.. "

please jangan salah tafsir ya bu..

salam damai.

Ini sebagai self reminder juga kok @niddumulu.

Coin Marketplace

STEEM 0.25
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 62432.37
ETH 3003.22
USDT 1.00
SBD 3.78