Rekan-rekan steemians

---

Operasi zebra yang digelar sejak 1 November sampai 16 November 2017 telah selesai. Ada banyak pelanggaran lalu lintas yang ditilang polisi. Data yang dirilis serambi (20/November/2017) Khusus Aceh, dari beberapa hari razia zebra dilakukan, polisi berhasil menindak dan menilang sejumlah pengendaranya yang melakukan pelanggaran lalulintas.

Meski telah dilakukan sosialisasi sebelum razia zebra dilaksanankan namun masih begitu banyak masyarakat yang tidak memperdulikannya, padahal peraturan yang dibuat adalah demi keselamatan si pengendara itu sendiri.

Saya sendiri pernah mengalaminya. Saat kecelakaan di seputaran Krueng Mane jelang hari raya. Rencana mudik namun naas ketika sampai di Krueng Mane. Mendadak ban depan kempes hingga membuat motor saya terpental ke pinggir jalan.

Alhamdulillah, untung kepala saya menggunakan helm, jika tidak! Saya tidak dapat membayangkan apa jadinya kepala saya ini. Peraturan tetaplah peraturan. Patuhi jika itu untuk unsur keselamatan diri sendiri dan orang lain.

Peraturan setengah hati

---

Ada beberapa peraturan lalu lintas yang mesti dipatuhi oleh pengendara dijalan raya, misalnya, menggunakan helm, spion, STNK aktif, Nomor Polisi aktif, menggunakan SIM, menyalakan lampu depan meski disiang hari, tidak menyalahi aturan rambu-rambu lalulintas dan yang terakhir tidak menggunakan knalpot bising alias kenalpot racing.

Namun yang jadi problem disini dan terkesan setengah hati adalah [persoalan kenalpot racing. Peraturan negara kita kadang membuat kita mesti tertawa sendiri. Kenalpot racing dari pengendara yang ditangkap dijalanan disita dan kemudian dicincang, begitu kabar dari serambi edisi kemarin.

Tapi dipasaran, dibengkel, atau dimana pun bebas di perjalanan belikan. Jika tidak ada larangan untuk dijual, maka kebisingan dijalanan tak akan. Ada habisnya, saya sepakat membabat habis knalpot bising tersebut. Itu sangat mengganggu ketenangan berkendara.

Tapi jika itu berlaku saat ada operasi zebra saja kapan habisnya? Hari ini ditangkap kemudian dicincang kenalpotnya, besok sipelaku ke bengkel tempat penjualan perlengkapan kendaraan roda dua dia brli yang lain dan membuat jalanan kembali bising. Dan begitu seterusnya.

Begitu juga dengan pemerintah khususnya dinas syariat Islam, yang menggelar razia operasi celana ketat dijalanan. Setiap kaum hawa yang menggunakan celana ketat akan di amankan dan digantikan dengan sarung. Sedangkan pelaku pemasar celana ketat tidak dilarang tegas untuk tidak menjualnya.

Bahkan bila hal ini serius di terapkan, dari pertama masuk Medan Pemerintah harus menggelar razia kepada pemasok agar barang yang dianggap merusak tatanan syariat Islam itu tidak lantas masuk dan diperjual belikan.

Sama halnya dengan persoalan knalpot racing yang dilarang itu, keduanya disita ditangan pengguna saja tapi tidak disita atau dilarang menjualnya. Kalau dalam bahasa Aceh dikatakan "buet-buet so't" indo: "itu-itu aja". Jika demikian proses menghilangkan kenalpot bising dan proses membina 'pelanggar' syariat Islam (dalam konteks celana ketat), mustahil dapat dilakukan dan keduanya akan terus terjadi karena sumber utama tidak pernah tersentuh. []

SALAM KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA