Pengentasan kemiskinan, isu segar saat jelang pemilu

Mengangkat tema soal miskin, mungkin akan selalu menarik saat jelang pemilu lageslatif atau eksekutif. Pasalnya kemiskinan yang ada saat ini, tidak pernah ada yang dapat menyelesaikan. Janji manis politik tersebut hanya untuk meraup suara dari orang miskin saja.

Anda dapat melihat sendiri dari pamplet, atau baliho yang dipasang dipinggir jalan. Hampir semuanya program kerja mengusung soal mengentaskan kemiskinan, dengan membuka lapangan kerja, perbaikan ekonomi dan seterusnya.

Akan tetapi kerja nyata dari mereka tidak pernah ada seperti yang ditulis-tulis di baliho atau sapanduk tersebut. Parahnya, malah setelah terpilih bukannya menerapkan program kerja seperti yang telah dijanjikan. Tetapi malah sebaliknya.

Melakukan tindakan koruptif yang justeru menambah angka kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi tidak lepas dari peran mereka. Mereka lah yang telah menciptakan kemiskinan-kemiskinan itu semakin mengakar. Hingga tidak pernah tuntas siapapun yang mengisi perlemen.

Ironisnya, setiap tahun, "angin segar" itu dihembuskan mereka, seolah nyata sebelum terpilih. Anda dapat menyaksikan sendiri bagaimana janji-janji manis itu ditempel di depan baliho-baliho mereka. Seolah mereka siap bekerja sepenuhnya untuk menyejahterakan rakyat nya.

Ironisme itu terjadi hampir setiap pemilu. Daya jual soal kemiskinan masih begitu menarik perhatian banyak pihak hingga program-program itu tidak masih menjadi program unggulan semua calon kandidat yang bertarung untuk merebut kursi diperlemen. Baik pemilu sebelumnya maupun pemilu mendatang. Tidak ada malaikat diperlemen.