Bunuh Diri di Steemit

in #indonesia6 years ago (edited)

imageFoto: pejac.es/seppuku

Cerita ini memang benar adanya, itu perlu saya tegaskan, awalnya agak sederhana, namun telah dibumbui agar nampak sedikit dramatis, bukankah kebanyakan kita memang agak menggilai dramatisasi, jika tidak, tak mungkin negara kita, setelah India tentunya, menduduki peringkat pertama dengan penduduknya yang gemar nonton sinetron atau telenovela, sehingga para elit kita pun jadi pandai main drama. Jadi begini;

Sejak remaja, laki-laki itu sudah memiliki kemampuan yang menakjubkan dalam menulis puisi. Tak terhitung jumlah anak gadis yang dibuat jatuh cinta gara-gara hanya membaca sebait dua puisinya. Kepada gadis-gadis tertentu, terutama yang ia sukai setengah mati, akan dikiriminya berpucuk-pucuk surat, yang di dalamnya penuh dengan guratan puisi-puisi terbaik yang pernah digubahnya. Lalu gadis itu, meski pada awalnya sok jual mahal, akibat terpukau dengan keindahan puisi yang tak terampuni itu, akan kejang-kejang dua hari dua malam, lalu kesurupan dan terus mengigau nama laki-laki ini hingga berbulan-bulan lamanya.

Begitulah, laki-laki yang temannya temanku ini berpetualang dalam rimba dunia asmara dengan puisi sebagai sejata utamanya tentu saja. Karena suaranya cempreng, dan sadar dengan fakta itu, ia jarang sekali membaca sendiri karya-karyanya. Ia akan lebih memilih pria lain dengan dan yang memiliki suara berat untuk mendeklamasikan puisinya. Dan ketika puisinya dibacakan oleh lelaki bersuara berat itu, burung-burung yang sedang asyik terbang akan tiba-tiba jatuh menubruk batu, lalu mati seketika dan air tiba-tiba akan berhenti mengalir serupa mendengar suara Nabi Daud menggema. Begitulah kira-kira keindahan yang tak terdamaikan yang diakibatkan oleh puisinya.

imageFoto: literature.gr

Hingga pada akhirnya, ia telah bosan dengan kepopulerannya di Facebook, dan hanya menemukan gadis-gadis dengan kadar intelektualitas yang kurang memuaskan di sana. Tentu saja, belakangan ini ia sudah semakin berwawasan, dan bagaimanapun ia ingin mengawini perempuan yang benar-benar sederajat dengannya dalam pengetahuan.

Baginya Facebook atau Instagram adalah dua dunia yang telah menjadi tempat bagi segala pembuangan. Ada banyak sampah di sana. Terutama sekali, ketika dua platform media ini telah sesak oleh gadis-gadis yang sepertinya hanya peduli pada penampilan fisiknya semata, padahal nyaris semua mereka berotak udang.

Ia trauma. Sebab puisinya pun telah sepi peminat. Ia bagai Singa ompong. Terakhir, sebelum segalanya telah terlambat, seorang teman datang membawakan kabar gembira, bahwa ada banyak gadis yang sesuai dengan kriterianya, yang bisa ia temukan di Steemit.

Steemit itu media baru. Di sana semua orang-orang berlomba-lomba berkarya. Tentu saja hanya orang-orang cerdas dengan tingkat imajinasi yang tak terbantahkan yang bisa eksis di sana. Kau, saran temannya, siapa tau bisa menemukan gadis impianmu di Steemit. Jadi di sana kau tidak akan menemukan serupa gadis-gadis selebgram yang gemar mengundang birahi itu, atau gadis-gadis yang kerjanya hanya merusak inspirasimu dengan beragam foto-foto tolol mereka. Hanya di Steemit, kau akan mendapati gadis-gadis yang benar-benar memperlakukan otak mereka sebagaimana mereka juga merawat kencantikannya siang dan malam.

Si penyair kita ini, demi mendengar dunia baru yang apalagi ini, sungguh tak dapat menyembunyikan senangnya yang alang kepalang itu. Dengan segera ia membuka akun Steemit. Setelah menunggu sekian minggu seperti ia menunggu pengurusan berkas melalui meja-meja birokrasi pemerintah sialan itu, pasword akunnya akhirnya keluar juga. Lantas seperti orang kesurupan, ia follow banyak akun, menulis banyak puisi dan kemudian merilisnya di Steemit.

Dengan semangat badai itu, tak perlu waktu lama baginya untuk mendulang banyak upvote. Dan sialan, pikirnya, tak ada satu gadis pun yang sudi memberikan komentar sebagai wujud sinyal ketertarikan atau kekaguman. Lama kemudian, ia sadar puisinya tidak lagi mujarab untuk memancing para gadis seperti yang pernah ia lakukan dulu, apalagi di Steemit ini. Ada dua gadis sebenarnya, dua-duanya pendekar sakti dalam menulis, mereka tak pernah absen memberikan upvote pada setiap puisinya. Naluri Don Juannya sempat mengepul. Akan tetapi, dia sama sekali tidak berani berkomunikasi dengan salah satu dari mereka. Lebih-lebih ketika pada kenyataannya, setelah berdarah-darah membuka akun steem chat, mereka gadis-gadis itu, tidak memakai steem chat.

Tentu saja, ia anti sekali berbalas pantun ria di muka halaman tulisan steemit para gadis itu, ia tidak akan merusak reputasinya sebagai pendekar puisi, apalagi siapa tau keduanya telah bersuami pula.

imageFoto: absolutearts.com

Maka, Jelas sudah, ia tak punya cara apapun. Putus asa, temannya temanku ini akhirnya undur diri dan tutup lapak dari Steemit, dan selamanya pensiun jadi penyair. Sebelum pergi ia sempat menggubah sebuah puisi, pendek saja, begini;

Aku datang ke sini
Tak menemukan sebagian dari diri
Tak juga tulang rusuk kiri
Seperti yang kucari, tak ada hayati
Aku datang ke sini
Dan berkalang puisi
Akhirnya bunuh diri di Steemit
Lalu pulang sebagai dedemit.

Sort:  

Sang lagee kubaca biografi droen tgk 😂😂

Lon hana kutuleh puisi bing. Kheun-kheun keu gop sagai. 😂😂😂😂

Hai lon deungoe droen phoen neujak u bivak dengan segenggam puisi... Hehehe

😂😂😂😂😂😂😂

Kapaleh ummi ka di khem.... 😂😂

Sebelum pulang kampung ia singgah dlu ke sebuah kampus di kutaraja, disana ia baca beberapa puisi, sekuriti disana melemparinya dengan vas bunga.
Alah malang nian nasib kawan dari kawanmu itu bg @miswarnjong..hahahaha

Salah sendiri, masak security dikasih puisi. Hahaha

Bereh bg.. Bahasa meu cerpen si angen.. Tpi media steemit akan menjadi sampah setdaknya 5 tahun ke depan.. Karena di penuhi oleh imigran2 gelap dari kedua platfrm fb dan ig. Kwkwkw

Makanya sebelum "kiamat" itu datang, peu puaih2 droe aju maen steemit. Haha

mantap kali postingannya @miswarnjong

Terimenggenaseh gureee

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.15
JST 0.030
BTC 65836.42
ETH 2694.41
USDT 1.00
SBD 2.87