Terimpit di Antara Tanah Kosong |1

in #indonesia6 years ago

ayin3.jpg
JERIT tangis menggema dari rumah di sudut gang Hagu Selatan itu. Membangunkan seisi rumah. Subuh segera tiba. Abdurrahman tersigap dari tidurnya. Segera memeluk jabang bayi yang menjerit sekuat-kuatnya. Tangannya ditempelkan ke kening bayi, suhu tubuh bocah itu meninggi. Mulutnya bergemertak berkejar-kejaran dengan tangisan.

Dengan tenang, Abdurrahman membuka bajunya dan baju sang bayi. Tubuhnya ditempel ke tubuh bayi itu. Dawiyah menyusul kemudian. Mengambil minyeuk pliek dan membalurkan ke kepala bayi.

Sang bayi menolak. Tangan mungilnya mendorong jemari Dawiyah yang mengusap dari ubun-ubun hingga keseluruh kepala. Seakan dia bisa merasakan bau minyak itu sangat tidak enak di hidung. Menyerupai bau ikan busuk.

Meski begitu, Dawiyah tetap membalur minyak itu. Diyakini, minyak itu bisa menjadi obat penurun panas.

“Tenang neuk, ada Mak di sini. Cup, cup, cup.”

Sejurus kemudian, tangisnya mereda. Mai Dar dan Irwandar terbangun dari tidurnya. Mereka saling berpandangan. Lalu tertawa bersama.

“Kenapa ketawa?” tanya Abdurrahman.

“Si Mai dulu begitu juga kan Mak. Bahkan, nangisnya lebih keras, sampai ayam dan kambing pun ikut menangis,” timpal Irwandar menyahut pertanyaan Ayahnya.

“Iya. Bahkan nyamuk pun menangis mendengar Mai menangis,” jawab Dawiyah.

Mai Dar yang jadi bahan olokan mendelikkan mata pada Abangnya.

“Eh Abang dulu kalau nangis sambil garuk-garuk tanah kan Mak?”


MASRIADI.gif

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66095.77
ETH 3184.92
USDT 1.00
SBD 4.12