Menit Panjang Sang Jabang Bayi | 2

in #indonesia6 years ago

ayin4.jpg
Sejurus kemudian, Abdurrahman bangkit. Dia duduk bersila, punggungnya disandarkan ke dinding rumah semi permanen itu.

Sejak istrinya hamil tua, pria berkumis tipis itu pulang kantor lebih awal. Dia selalu meminta izin untuk tidak ikut lembur.

Wahab Dahlawy sang atasan sangat memahami permintaan Abdurrahman. Di kantor itu, Abdurrahman bekerja bagai robot. Baginya, pekerjaan harus segera dituntaskan. Jangan tinggalkan kantor sebelum pekerjaan rampung. Prinsip lainnya, jangan bawa pulang pekerjaan kantor ke rumah.

Rumah adalah tempat kembali. Meluruskan pikiran nan kusut sepanjang hari. Berbagi kasih dengan anak dan istri. Prinsip itulah yang dipegang teguh Abdurrahman.

Namun, jika tidak ada urusan keluarga, hari libur pun dia siap bekerja. Suatu hari, Irwandar demam tinggi. Suhu sekujur tubuhnya meninggi. Sesekali ditimpali batuk yang membuat Irwandar terbangun dari tidurnya lalu menangis.

Abdurrahman memutuskan tidak masuk kantor. Bahkan, utusan Wahab Dahlawy datang ke rumah memintanya masuk kantor karena ada laporan hasil analisis produk pertanian yang harus diselesaikan hari itu, Abdurrahman bergeming.

“Bilang saja ke Pak Wahab. Anak saya sakit. Kan kau sudah lihat kondisinya,” jawab Abdurrahman tegas.

“Tapi Bang, Pak Wahab meminta abang menyerahkan laporan itu hari ini,” jawab pria tambun berkumis melintang di bibirnya.

“Kau dengar ya Dul. Biar langit runtuh, aku nggak ke kantor hari ini. Anakku sakit. Penting mana pekerjaan atau anak?”

Dul, ajudan Wahab Dahlawy pun diam seribu bahasa. Kepalanya menunduk. Lalu, bergegas pergi, meninggalkan Abdurrahman yang berdiri di teras rumah sembari mendekap putra sulungnya.

Dengan bertelanjang dada, Abdurrahman membuka baju putranya. Didekapnya tubuh itu erat-erat. Jurus tradisional itu diajarkan oleh ayahnya. Ampuh untuk menurunkan panas sementara.

Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64733.60
ETH 3170.85
USDT 1.00
SBD 4.16