Idiologi Media 17

in #indonesia6 years ago

pjm dan harga.jpeg
Mengenai metode pembangunan ekonomi mana yang Indonesia Raya yakini bisa dilihat dalam salah satu tajuk rencana berikut:

“Satu, ahli ekonomi yang belajar di Amerika Serikat. Mereka menganjurkan pemakaian teknologi yang capital intensive yang paling modern berdasarkan perhitungan economics of sclae. Dalil yang mereka ajukan adalah bahwa insdustri-industri serupa ini, meskipun tidak akan menghidupkan banyak tenaga buruh, akan dapat mendorong kemajukan ekonomi yang cepat akibat daya produksinya yang besar dan juga dapat bersaing dengan industri-industri internasional. Ada kelompok ahli ekonomi lain yang ingin mengembangkan labour intensive, tanpa meninggalkan mesin-mesin sama sekali karena akan meringankan beban penderitaan rakyat akibat pengangguran luas...”

Indonesia Raya mantap menempatkan diri pada metode pembangunan ekonomi yang terakhir itu karena dipandang lebih tepat untuk strategi pembangunan ekonomi bangsa. Metode tersebut mengutamakan manusia, yang nasibnya bergantung dari aktivitas kerja.

Sementara pengutamaan mesin untuk mencapai volume produksi yang besar semata akan mengubur ribuan hingga jutaan orang ke dalam lubang kenestapaan ekonomi. Terlebih banyak sumber-sumber daya yang belum digunakan dengan maksimal, baik sumber alam maupun manusianya.

Begitulah gambaran perseteruan ideologis antara media-media kritis dengan penguasa, juga dengan media-media yang bersedia berkomplot dengan rezim. Dalam pertarungan ini, ada media yang gugur alias tak terbit lagi hingga kini. Awak jurnalisnya mengambil kesempatan lain dengan bergabung dalam media-media lain.

Sebaliknya, media-media yang masih bertahan, atau yang berhenti terbit sampai Soeharto jatuh tapi kemudian para pengelolanya dulu sepakat menghidupkannya lagi, seperti dalam kasus majalah Tempo, akan menikmati angin kebebasan pers yang sesungguhnya di orde selanjutnya, sebuah tatanan yang kemudian dikenal dengan istilah “Era Reformasi”. Bahkan di era ini, media-media kiri pun bisa leluasa menyalakan api perlawanan kembali.

Ideologi Media di Era Reformasi

Tentu saja Era Reformasi masih berisi tragedi-tragedi penyerangan terhadap (awak) media seperti yang pernah terjadi di tiga era sebelumnya. Meski jumlahnya menurun dan ada penegakan hukum yang jelas atas kasus-kasus yang terjadi. Buku Jejak Darah Setelah Berita yang disusun Abdul Manan dan Sunudyantoro mencatat salah satu peristiwa tragis tersebut.

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 62796.11
ETH 3045.55
USDT 1.00
SBD 3.85