Antara Angan dan Hayalan |4

in #indonesia6 years ago

family-3347049__340.jpg

Nafasnya seakan terhenti. Perjuangannya menamatkan sekolah menengah atas bukanlah hal mudah. Dia bersusah payah menamatkan Ayin, walau sebatas sekolah menengah atas.

Bagi Dawiyah tak mudah membiayai sekolah Ayin. Bukan hanya pria di depannya itu saja yang sekolah. Adik-adiknya serta abangnya pun dalam masa pendidikan. Ekonomi sulit dan penghasilan pas-pasan seorang ayah pegawai negeri rendahan tentu tak mencukupi.

Perlahan Dawiyah menarik nafas dalam-dalam. Mengeluarkannya dari mulut sangat perlahan. Agar sang putra tak memperhatikan kegelisahan yang haru-biru dijiwanya.

Satu sisi, rasanya tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Di sisi lain, banyangan masa depan Ayin masih bergitu kabur. Layaknya mata minus tanpa lensa. Sungguh buram. Tak terlihat gambaran jelas akan masa depan.

Namun, Dawiyah ingin memastikan putranya tetap tenang. Menikmati kebahagiaannya setelah lulus sekolah. Baginya, demi pendidikan sang putra apa pun akan dilakukan.

Masih jelas diingatannya ketika seorang remaja putri mengayuh sepeda mirip angsa bekas dari kampung di dekat Krueng Geudong menuju Lhokseumawe.

Gadis itu saban hari memeras keringat. Melawan dingin angin pagi, menerobos embun di dedaunan, dan siang hari berhadapan sinar terik. Hanya untuk sekolah di Lhokseumawe.

Puluhan kilometer jalan berbatu itu dilewati. Debu yang ditimbulkan oleh mobil yang melintas seakan menjadi teman setia. Beruntung hanya sesekali mobil melintas. Era lampau mobil hanya satu atau dua saja dimiliki warga. Khususnya kaum berada.

Bayangan dirinya mengayuh sepeda itu sejenak melintas. Kepala menggeleng pelan. Berupaya menghilangkan bayangan itu dari pelupuk mata.


MASRIADI.gif

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 63510.75
ETH 3065.54
USDT 1.00
SBD 3.82