Si Kabayan Versi Santri

in #indonesia6 years ago

IMG-20180417-WA0002.jpg
Si Kabayan versi santri

Aku sangat lelah tidak terkira. Mataku terasa sangat nyeri, kakiku terasa sangat keram dan mataku lelah karena menahan rasa kantuk. Kurebahkan tubuhku di atas kasur yang telah kubereskan sebelumnya. Masih terlihat rapi dengan dua buah bantal tidur dan satu guling yang masih empuk.

Saat melihat buku yang berjudul 'Sejenak Hening' yang ditulis oleh Adjie Silarus. Ingin aku membacanya sampai lembaran terakhir dalam sekejap namun aku tidak tahan. Mataku meminta haknya untuk istirahat siang. Semalaman aku tidak bisa terlelap karena merindukan seseorang, seseorang yang istimewa.

received_216741345507593.jpeg
Sosok Mamak yang sangat istimewa

Benar kata Dilan, "Rindu itu berat!" Biarlah aku yang menanggung rasa rindu itu. Toh si Istimewa tidak bisa merindukanku sama sekali, meski ia merindukanku. Eh, aku salah. Si istimewa tidak merindukanku sama sekali, ia hanya merindukan doaku kan? Hanya doa! Tidak lebih dari itu.

Sedikit kuceritakan tentang buku 'Sejenak Hening'. Buku ini menceritakan tentang kehidupan yang ditulis dengan bahasa sederhana namun memukau. Mungkin kamu pernah membacanya? Aku rekomendasikan untuk kalian untuk membaca buku ini. Aku yakin kalian akan terbawa ke dalam dunia yang tengah kalian baca, ingin membacanya berulang kali tanpa merasa jenuh. Dan aku sudah membaca untuk ke- dua kalinya.

IMG_20180429_171415.jpg
Buku Sejenak Hening

Akh, kali ini mataku benar-benar tidak bisa diajak untuk berkompromi. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sejenak.
Kututup tirai jendela agar sinar matahari tidak menggangu ketenangan tidurku untuk sementara. Meski suara riuh ingin membuatku marah aku redakan dengan menutup telinga dengan bantal dan memeluk guling kesayanganku. Aku tidak bisa tertidur lelap tanpa guling, namun di beberapa tempat aku bisa. Harus bisa! Gak mungkinkan kalau tidur di kendaraan umum bawa guling? Kecuali, jika bersedia dijitak oleh Pak Boss.

"Bismillahirrahmanirrahim...tidur nyenyak ya Allah, sampai tiba waktu shalat Ashar. Amin...." Pintaku pada Sang Pencipta.

Alhasil, aku terbangun ketika lima menit sebelum azan berkumandang. Kamu tahu? Kata temanku aku tidur sambil mendengkur, meski suara dengkuranku sangat... halus.

"Tumben tidurnya sambil mendengkur, " katanya saat aku telah mengambil wudhu di kamar mandi. Ya setahuku, aku tidak pernah tidur sambil mendengkur. Informasi itu aku dapatkan dari teman-teman yang pernah satu asrama dan satu kamar dengan aku. Alhamdulillah, aku tidak menjadi salah satu penghalang bagi mereka yang tidak bisa tidur karena suara dengkuran.

"Oh, mungkin karena terlalu lelah," kataku. Sampai-sampai aku lupa akan jadwal makan siang.

Suara azan berkumandang, aku dan teman-teman bergegas menuju mushala. Jalanku lebih cepat dibandingkan mereka, aku tidak ingin telat dan diberikan sanksi untuk kesekian kalinya.

Setelah shalat Ashar, Uatadz Yasir memalingkan wajahnya ke arah santriwan dan santriwati. Ia memandang satu persatu ke arah santriwan dari mulai kepala hingga ujung kaki.

Ah, aku sudah bisa menerka apa yang akan terjadi.

"Siapa yang tidak pakai peci, baju berkerah dan sarung?" Tanya Ustadz Yasir.

Yang merasa tersindir langsung menunjukkan tangan dengan ekspresi wajah sedikit ketakutan karena kesalahannya. Beberapa dari mereka berdiri dengan tegak dan rapi.

Mereka ditanyakan kenapa tidak memakai peci, kain sarung dan baju berkerah. Beribu alasan telah disampaikan oleh mereka, di antaranya...ada yang kehilangan, tinggal di asrama, hilang, dan lupa. Huh, alasan itu lagi!

Alhasil, mereka yang melanggar diperintahkan untuk melakukan sesuatu agar dapat dijadikan sebagai peci, baju berkerah dan lain sebagainya. Caranya terserah! Namun waktu terbatas, hanya lima menit.

Dan beginilah cara mereka dalam berkreativitas. Mengambil kertas untuk dijadikan sebagai kerah, meminjam sarung kawan, dan peci. Yang penting mereka telah berusaha dan melakukan yang terbaik menurut mereka.

Setelah usai, salah satu di antara mereka...sebut saja namanya si Anu. Si Anu diperintahkan untuk memperagakan bagaimana cara seseorang menjual jamu keliling, somay keliling, bahkan seorang kabayan.

Seisi mushola tertawa karena merasa bahagia dan lucu dengan hasil peragaan itu. Aku juga ikut tertawa bersama, rasa kantukku jadi hilang dibuatnya.

Jangan jadikan sanksi sebagai sebuah beban. Nikmatilah sanksi yang telah diciptakan oleh dirimu sendiri. Jika kamu menikmatinya, sanksi tersebut bisa menjadi sebuah kenangan yang akan dirindukan pada lain waktu. Aku percaya itu! Kamu?

"Ais, mirip kali ah kayak si Kabayan! Lebih ganteng dan menawan!" Kata seorang santriwan asal Medan.

IMG-20180417-WA0003.jpg

Kami hanya bisa tersenyum dan tertawa bersama menyaksikan si Kabayan versi santri.

29 April 2018

IMG-20180429-WA0000.jpg

Sort:  

Setuju! Lebih ganteng dan menawan😎

Hahaha, terima kasih kak atas pujiannya😂

Ah, ternyata ada Kang Kabayan versi santri disela curhatan hati seorang putri. Sebuah tulisan yang lahir dari cara berpikir kita sehari-hari. Mudah dituangkan, ringan dibaca, dan enak dikonsumsi pikiran, sebagai asupan gizi menjelang Dhuha.

Salam pena kreatif dari Bandung untuk Indonesia

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya pak @jharyadi. Hehe, kebanyakkan tulisan saya memang kegiatan sehari-hari pak😁

Menurut saya cara menuangkannya sudah bagus Mbak @jarnidanababan. Coba sesekali diselingi dengan tulisan lain, misalnya membahas topik tertentu semacam artikel. Saya rasa Mbak Jarnida bisa menulisnya, biar ada sedikit variasi.

Terimakasih atas sarannya pak@jyharyadi, insya Allah akan saya coba.

Siiip ...saya tunggu tulisannya ya Mbak @jarnidanababan.

Semangaaaat !!!

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64383.21
ETH 3098.60
USDT 1.00
SBD 3.89