Bergerilya Bersama Orang Tua, Irwansyah Pilih Tinggalkan Pendidikan

in #indonesia5 years ago
Irwansyah dihadapkan pada dua pilihan yang sukar waktu itu, usianya masih 16 tahun-- mengejar cita-cita yang tertunda atau berada di samping orang tua yang sedang bertempur--berhadapan dengan maut kapan saja, bagai buah simalakama.

Konflik Aceh dengan Pemerintah Pusat yang memakan waktu hampir satu dekade lamanya banyak meninggalkan rekam jejak, berbagai pengalaman kehidupan di masa perang-- baik di pihak GAM maupun TNI-- sebagai kedua pihak yang terlibat langsung di lapangan saat konflik terjadi. Sejumlah pemuda Aceh memilih meninggalkan pendidikan dan bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka saat itu, ada beragam latar belakang disertai dengan sebab yang berbeda-beda.

Irwansyah, pria kelahiran Alue ie Mirah, Julok, Aceh Timur 9 April 34 tahun silam adalah salah satu eks kombatan GAM yang bergabung dengan Tentara Nasional Aceh--Sayap Militer GAM-- terbilang di usia belia.

Di usia 16 tahun, disaat pemuda seusianya sedang menggapai cita dengan harapan meluluskan pendidikan dan melewati masa remaja dengan beragam warna, Ia memilih bergabung dengan gerakan perlawanan Aceh terhadap dominasi jakarta untuk bergerilya di hutan Aceh Timur.

Menamatkan pendidikan Tsnawiyah di Madrasah Ulumul Qur'an (MUQ) Langsa pada tahun 2001, Irwansyah belia harus kembali ke kampung kelahirannya. Orang tuanya yang merupakan salah seorang Panglima Sagoe di Alue ie Mirah, Daerah 4 Wilayah Peureulak memintanya untuk pulang dan tidak lagi melanjutkan pendidikan di MUQ, dikarenakan kondisi Aceh mulai memanas, perang mulai intens terjadi di berbagai kawasan Aceh waktu itu.

"Kondisi Aceh Timur saat konflik dulu riskan sekali, Abu menyuruh saya kembali ke kampung, mengingat sedang gencar-gencarnya keluarga GAM diburu oleh Tentara pemerintah akibat perang yang berkecamuk dengan TNI" cerita Irwansyah yang akrab disapa Pak Guru di kalangan eks kombatan GAM wilayah Peureulak itu.

Dengan berat hati, Irwansyah belia mengiyakan permintaan orang tuanya, kendati Ia memiliki cita-cita melanjutkan sekolah hingga ke universitas Al Azhar, Kairo, Mesir dulu. Ia tergolong santri yang memiliki suara khas, Tilawatil Qur'an yang dibaca olehnya sering mendapatkan pentas di acara Madrasah Ulumul Qur'an, Langsa. Bukan itu saja, pria yang memiliki suara indah itu pun sering mengambil panggung di pentas seni saat masih berstatus siswa islamic boarding school tersebut.

znr0zy8cal.jpg

Semenjak pulang ke kampung Ia pun tak bisa hidup tenang, aparat keamanan sangat gencar melakukan patroli hingga pedalaman Aceh Timur, jangankan untuk melanjutkan sekolah, membeli kebutuhan keseharian di rumah pun Irwan harus sembunyi-sembunyi.

"Wilayah Peureulak itu garis merah, jangankan di kampung, di jalan raya saja tidak aman waktu itu. Pengemudi bahkan tidak bisa membedakan mana sweeping yang sedang dilakukan oleh GAM, ataupun sebaliknya yang dilakukan oleh TNI. Karena memang durasi yang intens dan jarak sweeping berdekatan" kisah Irwan.

Keluarga menyuruh Irwan untuk hijrah ke Ibukota Banda Aceh, gelagat tak aman berada di kampung tentang keluarganya yang terlibat GAM sudah tercium, sesekali tatapan kebencian pihak militer ketika pengepungan rumah orang tuanya--tak jarang pula Ia menjadi sasaran--saat interogasi singkat tentang keberadaan Abu, sang panglima Sagoe Alue ie Mirah, Teungku Ibrahim alias Teungku Bugeih saat itu.

Pria berpostur kecil dan berperawakan hitam manis itu pun berangkat ke Banda Aceh dengan harapan disana ada kehidupan yang lebih damai, mengingat saban hari pemuda tanggung di kampugnya menjadi bulan-bulanan sepatu "Lars" ketika TNI masuk desa paska kontak senjata dengan GAM.

"Abu menyuruh saya ke Banda Aceh, dari pada saya menjadi faktor kelemahan Abu untuk berjuang dalam barisan Aceh Sumatra Nation Liberation Front, karena saban hari saya wajib lapor ke pos Militer. Semenjak itu saya mulai melanjutkan pendidikan di SMA 2 Ulee Kareng, kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. Tapi hanya enam bulan, selanjutnya saya kembali ke kampung setelah mendapat kabar bahwa Abu sempat dikepung pihak TNI," kisahnya sembari menghela asap tebal rokok kretek miliknya.

Irwansyah dihadapkan pada dua pilihan yang sukar waktu itu, usianya masih 16 tahun-- mengejar cita-cita yang tertunda atau berada di samping orang tua yang sedang bertempur--berhadapan dengan maut kapan saja, Ibarat buah simalakama.

Namun tentu buah jatuh tak jauh dari pohonnya, laiknya pepatah. Tekad sudah bulat, bertempur melawan pemerintah pusat bersama Abu adalah takdir baginya. Sejarah Aceh dan hubungan darah memanggil Irwan dalam barisan GAM semenjak usia belia.

Dalam kesehariannya bersama pasukan tempur GAM, Irwan kerab mengamalkan ilmu nyantri yang telah dikuasainya, mengaji dan menjadi imam dalam shalat berjamaah di hutan belantara kerab Ia lakoni, sebab itu pula sandi (nama samaran) Pak Guru mulai melekat pada dirinya.

"Sandi pak guru itu ada kisahnya, semenjak di hutan saya sering mengaji, sesekali jadi imam. Kawan-kawan di camp ramai yang usianya lebih tua dari saya, kalau di panggil Teungku saya risih juga karena masih terlalu muda, jadi mereka beri lakap pak guru saja" ceritanya mengulang kisah awal-awal Ia berada dalam barisan GAM wilayah Peureulak.


58utwnqh2w.jpg


Teungku Ibrahim alias Teungku Bugeih, eks Panglima Sagoe GAM Alue ie Mirah, Daerah 4 Wilayah Peureulak

Sebagai putra asli Alue ie Mirah, Pak Guru belia mulai mantab berada dalam barisan tempur GAM, beberapa kawasan seperti; Keude Gerubak, Idi, Bagok, Pante Bidari, hingga sampai ke wilayah Samudera Pasee Aceh Utara semisal Langkahan, Rampah, Tanah Merah, jadi persembunyiannya dalam bergerilya bersama rekan seperjuangan. Bahkan semenjak Darurat Militer (DM) diumumkan oleh presiden Megawati Soekarnoputri pada 19 Mei 2003, persembunyian pak guru dan rekannya menembus belantara Samarkilang, kabupaten Bener Meriah. Sebuah bukti sejarah, tak sejengkal pun ia lari dari tanah Aceh pada masanya yang sedang berdarah.

Pada 15 Agustus 2005 gerilya pak guru bersama Abu pun berakhir, perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka dan Pemerintah Republik Indonesia berhasil dirajut. Semenjak itu pak guru kembali bersama keluarga, hidup layaknya masyarakat biasa.

Bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka adalah sebuah kemuliaan bagi pria yang kini sudah memiliki tiga orang putra. Tidak ada cita-cita selain merdeka, Namun politik berujung lain. Damailah yang mengehentikan perang antara GAM dan RI--dua ideologi berbeda anak manusia itu.

"Saya putra asli Alue ie Mirah, terpanggil untuk bergabung GAM karena mengingat sejarah aceh, selain juga menjaga orang tua saya sendiri sebagai Panglima Sagoe Alue ie Mirah pada waktu itu.

Bergerilya bersama Abu dan juga rekan lain adalah sebuah kemuliaan, Delapan belas orang rekan saya syahid dalam pertempuran. Kini damai sudah berjalan 14 tahun di Aceh, harapan saya kepada pemerintah pusat dan pemerintah Aceh untuk memperhatikan nasib eks kombatan. Karena ada diantaranya bahkan belum tersentuh pemberdayaan ekonomi. Janji kompensasi dalam MoU Helsinki pun belum direalisasikan, ini yang sangat kita sesalkan." Pungkas pria yang mengidolakan Almarhum Ishak Daud, panglima GAM wilayah Peureulak semenjak bangku Tsanawiyah.


tewauza22i.jpg


Irwansyah bersama keluarga kecilnya paska 14 tahun perdamaian Aceh, Masa lalu untuk dihormati, masa depan untuk gapai cita yang baru, sebutnya.

Dalam damai Irwan telah terintegrasi bersama masyarakat biasa, semua perjalanan hidup adalah sebuah motivasi bagi dirinya. Tugasnya menjaga sang Abu telah usai semenjak perdamaian terajut di Serambi Mekkah, Irwan telah memiliki tiga orang putra bersama pasangan hidupnya, tugasnya pun kini menjaga masa depan ketiga buah cintanya. Cita yang tertunda setidaknya Ia warisi bagi ketiga putranya, semoga damai terus bersemi di bumi yang pernah berdarah, Aceh Sumatra.[]

Sort:  

Kita reblog ke ribuan follower yaa.. :-} Terima kasih telah memilih @puncakbukit sebagai witness.

Keren ceritanya. Kalau mau ditulis, memang ada banyak cerita menarik dari semua anggota GAM. Mungkin kalau ada penulis yang tertarik bisa membuat semacam kumpulan cerita pendek mengenai mereka. Pasti seru.

Ada beragam kisah, namun tidak terabadikan dalam tulisan 😉

Apakah ini ada kaitannya dengan kisah @dilimunanzar dijemput di sekolah?


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers

Tidak bang, teman satu sekolah di MUQ Langsa, saya juga baru tau Irwansyah ikut Abu nya ke hutan bergerilya. Padahal saat nyantri dulu, ga kliatan jiwa pemberontakan pada dirinya, malah dia itu masuk 10 besar dari ribuan santri MUQ yang bersuara merdu.

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq

Hello there @dilimunanzar

Thanks for using the realityhubs tag. This post happens to be more of a story and not a review. Please note that the realityhubs tag should only be used when you're posting a review. Also, I suggest you go through our posting guidelines.

Please ask us questions on Discord

[RealityHubs Moderator]


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 63901.15
ETH 3133.40
USDT 1.00
SBD 4.05