Sepotong Rupa

in #indonesia6 years ago (edited)

(diandra)

Sudah cukup lama kami tidak melakukannya; berjalan-jalan sore di taman. Mungkin setahun lebih. Saat aku bilang ingin jalan kau segera iyakan.

“Kamu mau jalan denganku?”

Walaupun berjarak, kita masih berjalan bersisian. Aku mencoba menolak semua rasa saat tatap manusia bertemu dengan tatap mataku. Rasanya kata-kata diantara kita hilang ruhnya dan tak lagi mesra, bahkan terdengar serupa penakut yang merapal mantra.

“Duduk sini Ric, aku mau mengatakan sesuatu”

Short Story.jpg

Tidak ada yang tahu, kalau aku mencuri dengar pembicaraan Ibu dan Eric di ruang tamu. Saat melewati ruang tamu karena haus setengah jam persis sebelum ia mengetuk pintu kamarku.

“Ric, bantuin Diandra ya. Semangati dia, Bunda khawatir, sepertinya kehilangan semangat hidup. Jangan sampai dia bunuh diri”

Kulihat kamu terperangah seolah terkejut lalu mengangguk sedih lalu ekspresi apa itu, masih ada yang tak bisa kubaca, dimataku itu serupa tak rela.

Diandra pernah seakan lenyap ditelan bumi. Dia tak sekolah, tidak mengangkat telpon, tidak membalas pesan dan menolak ditemui oleh siapapun. Itu terjadi sejak dia keluar dari rumah sakit usai menjalani terapi dan pemulihan. Ia yang periang dan hobi memanggil dari lorong sekolah tak lagi kutemukan. Diandra juga berhenti sekolah.
Bunda Nita bilang Diandra sehari-harinya mengurung diri di kamar. Jangankan orang lain, aku pacarnya pun tak ingin dia temui. Sampai tiga hari yang lalu, ketika dia menelpon dan mengajak jalan-jalan ke taman.

“Rik, hari ini aku mau jalan-jalan,” ujarnya.

Walau kaget tetapi aku senang mendengarnya. Diandraku telah kembali!

“Jalan? Ayo..!!!


Image Source

Entah dengan kalimat apa saya harus menuturkan perasaan saya melihatnya “Andra, kamu baik?”

“Duduk sini Ric, aku mau mengatakan sesuatu”

Dalam perjalanan pulang, aku kembali teringat kejadian itu. Peristiwa yang memutar balik kehidupan seorang Diandra. Warga disini bahkan kerap tertangkap oleh telinga membicarakan ledakan gudang mercon itu tiap kali mereka melihatku. Sebenarnya aku menghindari melewati tempat itu yang menjadi muasal deritaku. Tetapi terkadang terpaksa juga melewati tempat yang bagi masyarakat dianggap sebagai kebakaran terhebat di gang tempat tinggal kami. Kamu tahu, bahkan rasa panasnya masih terasa didalam hatiku hingga hari ini.


Image Source

Masih jelas dalam ingatan, aku hanya keluar sebentar hendak ke warung saat suara menggelegar itu terdengar otakku tidak sempat mencerna apa yang sedang terjadi. Rasanya pedih di kulit badan dan wajahku. Bukan, bukan seperti saat aku terkena pisau saat membantu Bunda merajang bawang. Seperti seribu jarum ditusuk lalu kulitmu diremas. Kulitku melepuh.

Aku tak sadarkan diri jadi tak dapatlah kuceritakan apa yang terjadi. Waktu lalu berjalan terasa sangat lambat sampai keluar dari rumah sakit. Tak dapat kulukiskan hancurnya perasaanku, saat tak kutemukan parasku bahkan dalan ribuan pecahan cermin sekalipun. Kau tahu, sepotong rupa manusia pun tak bersisa.

Sort:  

Congratulations @azharulhusna! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of comments

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!

postingan yang menarik yang dapat membuat si pembaca penasaran,
tapi jika tidak di baca dari awal maka tidak akan tau bagaiman awal ceritanya

makasih ya @rickys
sudah mau mampir dan membaca

Kaka, ini cerbung ya kak? Penasaran sama endingnya gimana

lagi mikirin cara menyelesaikannya nda..
wheheheheh

Coin Marketplace

STEEM 0.33
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66530.34
ETH 3251.57
USDT 1.00
SBD 4.36