Ini Tentang Kegelisahan Pembuat Bedug dalam “Tambo” Ayi Jufridar

in STEEM Literacy3 years ago (edited)

“Kedua belah tangan yang hitam dan ringkih itu meraut tali rotan dengan gerakan ritmis. Setiap suara yang ditimbulkannya seolah mewakili suara hati si pemilik tangan itu. Perih dan sangat menyayat hati.”

Begitulah @ayijufridar memulai kisah dalam cerita pendek (Cerpen) Tambo. Cerpen yang ditulis di Bireuen pada tahun 1995 ini merupakan Cerpen pembuka dalam Cerita Pendek dan Nukilan Novel yang diabadikan dalam Seulawah Antologi Sastra Aceh.

Pada bagian Cerpen dan Nukilan Novel ini, selain Ayi Jufridar ada Amri A Jalil (Sebatas Persahabatan), Farida (Makam), HG Ugati (Ancaman dan Panglima Sekunce), Hasyim KS (Di Mulut Lorong dan Lewat Meulaboh), Maskirbi (Sang Profesor), Musmarwan Abdullah (Mentari yang Hilang), Nani HS (Serenade Senja), Rose Roesmini (Temanku Si Tembong), Saiful Bahri (Alina), Syamsoel Bahri (Ustad dan Diam), serta Zakaria M Pase (Keledai dan Geranat)

Kembali ke Ayi Jufridar dengan Tambo ia dengan piawai menangkap kekhawatiran si pembuat bedug yang akan kehilangan pekerjaan dan mata pencahariannya, karena bedug tidak praktis lagi digunakan, ia telah tergerus perkembangan zaman, setelah adanya pengeras suara.

Kegelisahan itu muncul hanya dari sebuah percakapan di warung kopi, yang kemudian terus menjuntai dalam benak pembuat bedug kala meraut rotan untuk membuat pengikat tambo. Ayi Jufridar memperkuat itu dengan kalimat pembuka diparagraf kedua: Mungkin ini order terakhir yang diterimanya.

Ayi Jufridar kemudian berbicara ke belakang, tentang makmurnya kehidupan para pembuat tambo sebelumnya, yang dengan keahliannya itu bisa membeli tanah dan kerbau. Tapi kini zaman sudah berubah si pembuat tambo tak lagi bisa seberuntung moyangnya. Tambo kini menjadi barang langka yang tak bermanfaat. Fungsinya sudah diambil alih oleh benda lain yang lebih praktis.

Tak berhenti di situ, Ayi Jufridar terus “bermain” dengan kegetiran hidup si pembuat tambo, yang sangking susahnya untuk menghisap rokok pemberian orang saja ia tidak berani, takut kecanduan, sementara kalau sudah ketagihan nantinya ia tak punya uang untuk membelinya. Bahkan untuk minum segelas kopi saja di rumahnya ia tak lagi punya gula.

Puncaknya, istri si pembuat tambo juga kemudian bimbang, jangan-jangan itu benar order terakhir suaminya. Suaminya akan kehilangan pekerjaan. Ia menawarkan kepada suaminya untuk meminta sepetak sawah pada orang tuanya. Tapi, si pembuat bedug itu tidak mau karena orang tua istrinya itu sudah bersumpah tidak akan memberikan sepetak tanah pun kepadanya. Harapannya hanya pada tambo yang sedang dikerjakannya. Bedug itu harus segera diselasaikan.

Ayi Jufridar belum juga berhenti bermain dengan nasib si pembuat bedug, yang kemudian diketahui bernama Bang Pudin tersebut. Ternyata order tambo terakhir itupun kemudian dibatalkan. Alasannya, kepala desa sudah membeli sebuah alarm. Sampai di sini Ayi Jufridar menulis: Ternyata alat modern itu benar-benar telah menyumbat lubang rezekinya.

Tapi Ayi Jufridar bukanlah raja tega dalam Cerpennya itu. Ia menjadikan momen Agustusan sebagai penyelamat nasib Pak Pudin melalui sosok Reo dan Andre. Kedua pemuda itu meminta dibuatkan 30 tambo untuk perlombaan tabuh bedug.

Begitulah Ayi Jufridar menangkap realita kehidupan pengrajin tambo yang kehilangan pekerjaan akibat modernisasi zaman. Ayi Jufridar telah menangkap realita itu 26 tahun lalu. Masa di mana saya baru belajar mengeja apa itu Cerpen. Membacanya membuat saya ingin menulis Cerpen lagi, tapi kemudian malah menulis postingan sederhana ini.

Tambo.jpg
Penampakan Tambo dalam antologi Seulawah

Sort:  

Cerpen tersebut sudah pernah dimuat di surat kabar Suara Karya dan menjadi cerpen "sastra" pernah saya yang dimuat di surat kabar setelah sebelumnya hanya fokus di fiksi remaja.

Dimana bisa dibaca, bang?

Dalam antolgi Seulawah long tumeung karya meusaneut Brader @ayijufridar nyan

Cerpen ini sudah pernah saya posting dan bisa dibaca di Cerpen Tambo Ayi Jufridar. Trims @vandols.

gron ateuh bareh gron pokok jih

Thank you very much beuh....

Memang jithee le kafier droe neuh bak majalah remaja nyan jameun. Kon nyoe Kak @cicisaja?

Wate nyan mabok kirem cerpen u media sabab hana peng kuliah, hehehehe....

Saban dua teuh, tapi hana pernah jeut ke peng kuliah. Tiep tanggai 7 jak cok honor bak Kak Mance di Serambi, tanggal 8 ka abeh dikuran le rakan-rakan kos. Uroe minggu jipuwoe koran u kos sebagai pengumuman agenda traktiran. seru memang masa-masa ngekos.

Hana pat bantah, ending cerpen gobnyan membuat pemirsa minta season 2

Kadang endingnya sengaja digantung agar pemirsa penasaran, sehingga akan menunggu cerpen-cerpen selanjutnya.

paken brok that hasil foto ile? haha

Goyang, siblah jaroe mat antologi, siblah mat hp untuk kodak

Oh meunan. Teuriemeng.

Antologi Seulawah nyan teubai meulumpah, 728 halaman, geuhon ta tijik siblah jaroe

letakkan di meja. bek meukilah aroe

Mangat tabaca sira eh nah he he he he

oh nyan ka beutoi

Keren memang bang @ayijufridar, semoga bisa mengikuti jejaknya 👍

Semoga bisa melebihi saya @midiagam....

Han ek ta potong guree 😀

Wiiiih. Keren jadi pengen baca versi aslinya. Sepertinya kata per kata sangat enak untuk dinikmati 🤩

Enak dibaca dan perlu @nuryriana seperti tagline sebuah media nasional.

Terbaik memang.
Alhamdulillah berkat postingan ini saya menemukan cerpen asli dan sudah membacanya 🤩

Ditunggu riview cerpen selanjutnya 🤩🤩🤝

Berarti sudah tahu isinya, lain kali akan kita review yang lain lagi.

Siaaaap menunggu postingan review cerpen selanjutnya. Request -Yang bisa ditemukan kalau bisa ya. Soalnya aku tuh suka penasaran 😁

Diusahakan he he he, semoga kita bisa terus berbagi informasi dan pengatahuan di sini.

Amiiiin ☺️

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64498.18
ETH 3079.08
USDT 1.00
SBD 3.86