The Diary Game [March 6, 2021] The Diary Game [March 6, 2021] Steemit Discussion and Cryptocurrency Trading at a Party |

Cuci tangan dulu sebelum masuk sekolah, meski di rumah juga sudah cuci tangan.

---

Meski semalam tidur larut, aku harus bangun cepat karena harus mengantarkan Dek Rafa ke sekolah. Dia memang lebih senang diantar dan dimandikan oleh ayahnya. Terkadang, ia minta mandi sendiri meski aku harus mengingatkan tahapan yang harus ia lakukan, termasuk tidak boros air.

Kupikir, anak-anak sejak kecil harus diajarkan menjaga lingkungan sejak kecil dan dimulai dari rumah. Aku juga sering memberi contoh untuk mengirit air serta membuang sampah pada tempat yang sudah kami sediakan.

Setelah mengantar Dek Rafa, kami di rumah sarapan di Station Premium Coffee di depan SPBU Kota Lhokseumawe. Di sini, aku menyukai lontong dengan paru goreng yang garing dan tambah satu perkedel. Itu menjadi menu yang kusukai.

Dulu, ada mie pangsit Om Wahyu dari Bireuen yang juga aku sukai karena rasanya memang Bireuen banget. Sayangnya, sekarang mereka sudah tidak berjualan lagi, entah kenapa. Padahal, aku lihat banyak juga yang membeli mie pangsit tersebut.

---

---

Sarapan di Station Coffee yang ramai. Saya suka lontong dengan paru goreng dan perkedel di sana.

---

Sambil menikmati sarapan, aku menyelesaikan editing novel Madam Tatar karya Pak Dipo Alam. Novel itu sudah selesai sejak beberapa tahun lalu, sampai aku lupa beberapa detailnya.

Namun, karena kesibukan Pak Dipo, baru sekarang ia teringat untuk mengedit kembali dan menerbitkannya. Dalam meeting kecil kami melalui Google Meet, Pak Dipo menyebutkan sebelum istrinya meninggal, ia mengingatkan Pak Dipo agar segera menerbitkan novel Madam Tatar dan novel lainnya yang bersetting di Aceh dan Istanbul, Turki.

Aku agar lebih santai hari ini meski tidak bisa dibilang santai untuk ukuran orang lain karena pekan depan Madam Tatar harus segera kukirimkan kepada Pak Dipo. Tenggat pekan depan bukan Pak Dipo yang tetapkan, tetapi aku sendiri mengingat novel itu nanti juga harus dibaca penulis perempuan.

Di Station Premium aku berjumpa dengan beberapa dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh. baru aku tahu ternyata pagi ini juga ada rapat penentuan jadwal perkuliahan serta membahas masalah-masalah lain.

Akhirnya, aku pun mengikuti rapat daring tersebut sampai kemudian harus menjemput Dek Rafa di sekolahnya. Di dalam mobil, rapat terus berlangsung dan aku tetap fokus menyetir sampai di sekolah Dek Rafa.

---

---

Bertemu dengan dua mahasiswa saya di sebuah pesta.

---

Siangnya aku ke sebuah pesta di Alue Awe. Tak disangka, di sini berjumpa dengan Masrur dan Zakaria, dua mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi. Mereka generasi yang masih memanggilku “Bang Ayi” di Kampus, mungkin karena waktu itu menganggapku sebagai dosen muda yang itu memang tradisi di Ilmu Komunikasi meski belakangan sudah tidak ada lagi.

Aku juga berjumpa dengan mahasiswa Ilmu Komunikasi lain, Musanna Hatta yang juga seorang Steemian aktif. Tak pelak lagi, pertemuan ini semacam meetup bagi kami karena membahas banyak tentang komunikasi Steemit dan trading cryptocurrency.

Di platform sebelah, Hatta sudah menjadi paus. Dia hampir sama sepertiku, kami hampir meninggalkan Steemit. Aku malah sudah melakukan power down sebelum kemudian seorang member @steemseacurator menyinggung tentang komunitas ini dan menurutnya cocok buatku yang suka menulis.

Hatta sudah sangat aktif melakukan trading meski mengaku tidak sekatif rekan-rekannya yang lain. Kami bicara lama sampai kemudian aku pamit ke kantor.

Di kantor, aku melanjutkan editing dan revisi Madam Tatar sambil sesekali menyiapkan bahan pelatihan jurnalistik dasar untuk siswa SMA Negeri Modal Bangsa Arun. Kamu baru pulang ke rumah seusai magrib di kantor.[]

---

---

Berdiskusi dengan @hattaarshavin yang juga mantan mahasiswaku di Prodi Ilmu Komunikasi. Kami berdikusi mengenai Steemit dan trading cryptocurrency.