It's For Love # 80 (Bilingual)

in #fiction6 years ago

Hoshi bangkit dari duduknya. Tidak memperdulikan Santi. Dia menatap tajam Laila. “Kamu seorang pengusaha, bertindaklah dengan pintar … jika saya masih mendengar berita seperti pagi ini, saya tidak akan segan lagi kepadamu.”
Ketika baru berjalan selangkah, Hoshi berhenti. Dia membalikkan tubuhnya. “Kalau itu masih membuatmu berpikir, kematian Ibu Afra—“

“Cukup!” teriak Laila sengit. “Saya mengerti.”

Santi melihat tubuh Mamanya gemetar. Paras muka Mama pucat pasi. Dahi Santi mengernyit dalam. “Ibu Afra? Ada apa dengan kematian Ibu Afra, Ma?”

Pintu salon Laila dibuka dengan kasar. Seorang laki-laki menghambur masuk. “Bu Laila! Bu Laila! Arif dikeroyok orang di pangkalan angkot!” seru laki-laki setengah tua itu, dengan nafas terengah-engah.

Laila duduk tegak di sofa depan ranjang Arif. Anak laki-laki satu-satunya. Penerus nama keluarga, tergeletak tak berdaya. Rentenir-rentenir itu sangat keterlaluan. Hanya satu cm ke kanan, pisau yang ditusuk ke tubuh Arif akan merusak ginjal. Tubuhnya bergidik membayangkan kejadian buruk itu.

Anak-anak Santi dan anak-anak dari istri pertama Arif sedang bergerombol di depan TV. Di hadapan mereka, tersedia berbagai macam makanan. Pasti dikirim pengacara berkaca mata itu. Tidak ada satu orang pun yang dikenalnya, tahu anaknya di rumah sakit sekarang.

Sejak bertemu anak sialan itu, keluarganya diberondong masalah. Anak Santi masuk rumah sakit. Deni berhasil menemukannya. Sekarang, penerus nama keluarganya, terbaring lemah dengan wajah lebam berwarna biru keunguan.

Kedua tangannya dikepalkan sekuat tenaga. Menahan dorongan melempar sesuatu. Dia benar-benar merasa terhina. Untuk kedua kali, dia menahan malu dan terpaksa menerima bantuan orang-orang sialan itu.

Saat anak Santi dioperasi, dia tidak memiliki jaminan kesehatan. Biaya yang sangat besar itu, tidak mampu ditanggungnya. Selama menunggu cucunya, otaknya berputar keras bagaimana membiayai pengobatan cucu kesayangannya itu. Saat bertanya ke admin rumah sakit, dia hanya bisa bengong, melihat pengeluaran sementara yang tercetak di atas kertas.

Ketika dia meminta cucunya dipindahkan ke kelas di bawah kamar yang ditempati, bagian administrasi mengatakan semua biaya sudah dibayar. Dia tidak membayar seperak pun, saat keluar rumah sakit. Makanan di antar ke kamar mereka untuk yang menjaga, setiap waktu makan. Waktu itu dia sama sekali tidak punya bayangan, siapa penolong mereka.

Kondisi Arif sudah tidak sadarkan diri, ketika mereka sampai rumah sakit. Darah Arif membasahi baju Laila. Dia hanya bisa menangis histeris, di sepanjang perjalanan, yang seakan tidak akan pernah sampai.

Tangannya menekan luka bekas tusukan pisau, menggunakan jaket yang ada dalam mobil pengacara. Ketika ditanya pihak rumah sakit tentang pembiayaan Arif, dia hanya terhenyak. Lagi-lagi dia tidak bawa uang.

Selintas matanya melihat pengacara itu berbicara dengan seorang laki-laki yang mengenakan pakaian dokter. Tanpa ditanya lagi, Arif langsung mendapatkan penanganan. Jadi Hoshi dan Afra yang membayar pengobatan cucunya waktu itu. Dia benar-benar merasa direndahkan. Jantung Laila seperti mau meledak menahan marah. Aku harus membalas penghinaan dua orang ini, tekadnya dalam hati.

Afra mencuri-curi pandang ke ruang kerja Hoshi yang tertutup rapat. Sudah sejam Hoshi masuk, tidak ada tanda-tanda akan keluar. Afra cepat mengalihkan pandangannya ke layar laptop, ketika Yo duduk di hadapannya.

“Kau percaya ada orang yang bisa berbuat jahat dengan mengirim energi negatif?” tanya Yo tanpa basa basi.

“Energi negatif?” Afra balik bertanya. “Seperti … santet?”

ENGLISH VERSION

Hoshi gets up from his seat. Do not care about Santi. He stared hard at Laila. "You are an entrepreneur, act smart ... if I still hear news like this morning, I will not hesitate to you."

Hoshi walked slowly toward the door. At the door he stopped. Turned around.. "If it still makes you think, Afra’s mother death-"

"Enough!" Laila shouted fiercely. "I understand."

Santi saw her mother's body shaking. Mother's face was pale. Santi's forehead frowns deeply. "Afra's mother? What's wrong with the death of Afra's mother, Mom? "

The Laila salon door opened roughly. A man burst in. "Miss Laila! Miss Laila! Arif was hit by people at the station base!" Cried the middle-aged man, breathlessly.

Laila sat upright on the sofa in front of Arif's bed. The only boy. Successor's surname, lying helplessly. The loan sharks are outrageous. Only one centimeter to the right, the knife stabbed into Arif's body will damage the kidneys. Her body shuddered at the thought of the bad thing.

Santi's children and the children of Arif's first wife were clustered in front of the TV. In front of them, there is a wide variety of food. Must have sent the eye-gazing lawyer. There was no one she knew that knew her son was in the hospital now.
Since meeting that devil'child, her family has been troubled. Santi’s daughter is hospitalized. Deni managed to find her. Now, the successor of her family's name, lies weak with a black and blue-bruised.

Her hands were clenched with all her might. Hold the urge to throw something. She really felt humiliated. For the second time, she held back the embarrassment and was forced to accept the help of those devil people.

When Santi's child is operated on, she has no health insurance. Such a huge expense, she could not afford. During the wait for her granddaughter, her brain spun loudly how to finance the treatment of her beloved granddauhgter. When asked to the hospital admins, she can only stare, looking at the temporary expenditure printed on paper.

When she asked her granddaughter to be transferred to the class under the occupied room, the administration department said all fees had been paid. She did not pay a penny, when out of the hospital. Meals were delivered to their rooms for her accompany, every meal. She had no idea who her helper was.

Arif's condition was unconscious, when they reached the hospital. Arif's blood soaked Laila's shirt. She can only cry hysterically, along the way, which never seems to arrive.

Her hand pressed the knife wound, using the jacket in the lawyer's car. When asked by the hospital about Arif's financing, she was just shocked. Again she did not bring any money.

At a glance her eyes saw the lawyer talking to a man dressed in a doctor's outfit. Without question again, Arif immediately get handled. So Hoshi and Afra are paying for her granddaughter's treatment back then. She really felt humiliated. Laila's heart seemed to explode with anger. I must repay the humiliation of these two person, her resolve to herself.

Afra stole a glance at Hoshi's tightly closed study. Already an hour since he entered, no sign of going out. Afra quickly turns her gaze to the laptop screen, when Yo sits down in front of her.

"You believe there are people who can do evil by sending negative energy?" Yo asked without preamble.

"Negative energy?" Afra asked back. "Like as ... black magic?"

Bandung Barat, Jumat 13 April 2018
Warm Regards

Cici SW

Source:1, 2

Sort:  

ini novel bisa jadi pancalogi hehe

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 63464.16
ETH 3111.33
USDT 1.00
SBD 3.98