It's For Love (3)

in #fiction6 years ago

“Aku mau dijemput Ayah. Mau kemana Hosh? Sebentar lagi masuk!” Inda melihat jam dinding. 18.20. Waktu istirahat mereka tingal 10 menit lagi. Teman-teman les mereka sudah mulai masuk ruangan.
“Musholla,” sahut Hoshi tanpa menoleh. Seorang teman lesnya cepat-cepat minggir memberi jalan, ketika mereka bertabrakan di ambang pintu.
Inda melirik ketika merasa ada yang duduk di sebelahnya. Guru les mereka sedang menerangkan materi matematika dasar.
“Aku engga bisa masuk AKMIL,” suara Hoshi terdengar lirih.
Inda menoleh cepat ke arah Hoshi. “Kenapa?”
“Tulang kakiku engga lurus,” sahut Hoshi perlahan dengan marah .
Inda terdiam. Mata Hoshi menatap lurus ke depan.
“Terus?” tanya Inda setengah berbisik.
“Aku disuruh masuk kedokteran sama Papa,” seru Hoshi marah. Alis Hoshi bertaut.
Inda menghela nafas. Menunggu Hoshi bicara. Tapi Hoshi hanya mematung. “Terus?” tanyanya lembut.
“Aku engga mau masuk kedokteran.” Hoshi menyugar rambutnya dengan jengkel.
Inda menendang kaki Hoshi perlahan, ketika suara Hoshi menyebabkan guru les mereka berhenti menerangkan, dan mengangkat sebelah alis.
Tanpa menunjukkan emosi apapun di wajahnya, pandangan Hoshi terpaku pada white board. Guru les mereka, kembali menerangkan.
Ketika merasa Hoshi tidak akan berkata apapun, Inda kembali bertanya lirih, “Terus?”
Hoshi menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Papa bilang aku suruh bayar kuliah sendiri,” sahut Hoshi dengan nada tidak percaya.
Suasana hening kembali menyelimuti mereka berdua. “Terus?”
Hoshi menatap Inda dengan mata mendelik. “Katanya penulis. Kamu kehabisan kosa kata?”
Inda mengedikkan bahunya. “Berarti kamu kemana-mana harus naik angkot, nanti. Kalau mobil engga boleh dipakai!” ujar Inda juga perlahan.
“Aku dikasih motor!” tukas Hoshi kesal
Inda menoleh ke arah Hoshi. “Alhamdulillah, kamu engga harus naik angkot. Itu menghemat waktu banget lho!” Ketika Hoshi tidak bereaksi, Inda menoleh ke arah Hoshi. “Mama kamu gimana?”
“Mama aku seperti kamu… tipe pendamai.”
“Papa kamu marah besar?”
“Aku engga pernah lihat Papa marah seperti itu.” Hoshi terdiam. Tiba-tiba ia berkata, “Hidupmu pasti lurus-lurus saja ya,” ujar Hoshi.
Inda tercenung sesaat. “Aku… selalu cari beasiswa, kalau mau belajar di tempat-tempat bagus seperti ini.”
“Maaf, aku engga tahu,” ujar Hoshi cepat. “Kamu seperti orang yang tidak punya beban… kenapa harus cari beasiswa?”
Inda mengedikkan bahu lagi. “Itu bukan beban!” sergah Inda. “Aku malah seneng banget bisa mandriri… Ayah sering dapat job jadi ghost writer, terjemahan, buat cover… Mama perias pengantin… lihat mereka kerja, kayaknya seru banget, jadi aku mulai ikut-ikutan… ternyata memang nyenengin… apalagi aku dapat fee—”
“Kamu sudah dapat uang sendiri?”
“Aku bayar sekolah sendiri sejak kelas 1 SMA.”
Alis Hoshi bertaut. “Guru Ganteng engga mau bayarin uang sekolah kamu?”
Inda tertawa.“Ayah orang paling baik sedunia… Ayah maksa mau bayarin… tapi aku sudah bisa dapat uang sendiri…. Latihan mandiri, Hosh.”

Sort:  

Wah kasian banget hoshi padahal dia pengen banget akmil. Jadi sedih.
Dan buat inda benar - benar anak yang mandiri hehe

Ya Inda benar2 mandiri. Aku mau punya karakter seperti Inda

Terimakasih @gethachan terus baca novel ini

Masama teh @cicisw siap. Di tunggu cerita selanjutnya teh

Mandiri adalah sikap, ianya harus dibentuk dengan serius semenjak kecil, manja menjadi lawan dari sikap ini.

Benar. Terimakasih @steem86 sudah mampir dan memberi komentar

Sepertinya inda bakal jadi inspirasi Hoshi yang gagal masuk akmil, mengantuk diriku mbak, namun ceritanya masih seru banget di ikutin.. :D

Coin Marketplace

STEEM 0.25
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 62710.59
ETH 3048.49
USDT 1.00
SBD 3.77