Damai Yang Berujung Pembantaian

seumalu (50)in #esteem • 6 years ago

Pada tulisan yang lalu saya [Berbagi Kediaman Dengan Tawon](https://steemit.com/life/@seumalu/berbagi-kediaman-dengan-tawon-7347666eb2005) karena saya bisa berdamai dengan siapapun dan makhluk apapun, hal yang demikian berlaku selama siapa dan apapun juga bisa berdamai dengan saya, bisa saling menghargai dan tidak mengusik satu sama lain. Bila keadaan yang diinginkan tidak lagi berlaku maka sudah sepatutnya mengambil sikap dan keputusan yang berbeda pula.

Lebih kuran dua bulan saya berdamai dengan tawon, yang membuat sarang dalam rumah kontrakan saya, saya sudah bertekad akan berdamai dengan tawon yang numpang di kediaman saya, hari-hari yang saya lalui tidak ada kecemasan, sang tawonpun hilir mudik, wara wiri, terbang masuk dan keluar dari sarang serta keluar masuk dalam kediaman saya, sayapun sering berdiri dekat dengan sarangnya memperhatikan betapa indahnya sarang tawon itu, dibangun dari seukuran kelereng hingga ukuran sarang membesar melebihi ukuran bola kaki.

Hari-hari terus berlalu seperti biasa, saya setiap ke kamar mandi selalu saja memperhatikan sarang dan keloni tawon, yang terus bekerja setiap hari untuk memperbesar sarangnya, jumlah mereka kian hari terus bertambah populasinya, saya senang melihat mereka bekerjasam dengan baik dalam membangun sarangnya, jiwa gotong royong mereka belum tergerus oleh materi.

Warna sarangnya yang memiliki motif selang seling warna bercorak garis-garis, selalu menarik perhatian saya, namun pada suatu pagi menjelang Ramadhan tiba saat saya melintas di bawah sarangnya masih juga memperhatikan kekompakan mereka, terus saya berlalu ke kamar mandi untuk mandi, saat sedang mandi seperti biasa saya melihat juga tawon keluar masuk dari kamar mandi yang bagian atasnya ada ruang yang terbuka, tapi sesuatu yang tidak saya inginkan terjadi, satu tawon yang terus berputar-putar di dalam kamar mandi dimana saya sedang mandi lalu dengan cepat sang tawon menyengat saya di kepala bagian belakang.

Inilah awal mula petaka itu terjadi, saya sudah bertekad dari awal kehadirannya untuk berdamai dan berbagi kediaman dengan keloni yang sebenarnya sudah dari awal saya tahu ini berbahaya. Tapi saya mencoba untuk berdamai namun tekad itu ternoda ketika salah satu oknum tawon menyengat saya.

Konflikpun tak terelakkan lagi, saya menyusun rencana dengan matang dan mengajak seorang teman yang berpengalam dalam membumi hanguskan sarang tawon, setelah ada kata sepakat kami pun membeli seliter minyak tanah, menyiapkan kayu sekitar empat meter, kawat dan kain. Kain kami lilitkan pada kayu lalu kami ikat dengan kawat dan minyak tanah sebagai pemicu api pun kami siram ke kain, dengan sebiji korek api apipun menyala sesuai keperluan.

Api yang sudah menyala dan lampu pun sudah kami padamkan, sejurus kemudian api sudah berada tepat di bawah sarang tawon, saya melihat dengan jelas hanya satu tawon yang lolos dari amukan kobaran api tersebut, dan karena suasana malam hari yang gelap sang tawon tidak bisa terbang dengan leluasa maka langsung saja disulut api ke arah tawon yang lolos tersebut. Malam itu kami pastikan di TKP tidak ada saksi hidup satupun.

Setelah selesai eksekusi kami bersihkan TKP untuk menghilangkan jejak pembantain paling sadis, ini semua terjadi akibat ulah satu oknum yang tidak mau mengerti dengan itikad baik saya yang sudah dari awal saya adzamkan berdamai.