Martabak Telor Mini dan Story Sarapan Liar Kota Besar

in #esteem6 years ago

image

Sejak tahun 1999 itulah saya mulai merasakan kebebasan jajan sarapan di luar rumah. Mengingat sejak kecil saya merasakan jajan di luar itu haram hukumnya. Pagi harus makan di rumah, siang harus makan di rumah begitu pula malam hari. Tepatnya sehari harus tiga kali perut ini diisi nasi.

Sejak menyandang status mahasiswa dan perantau, saya merasakan yang namanya sarapan pagi beragam. Dan uniknya setiap daerah memiliki menu sarapan yang berbeda.

Ketika saya kuliah di Lampung, kejutan paling telak adalah sarapan orang Lampung. Saya? Standarlah. Pelanggan teteh nasi kuning. Jadi semua pedagang perempuan di Lampung saya dengar dipanggil teteh. Panggilan kepada perempuan yang bukan pedagang, Mbak atau kakak.

Sarapan orang Lampung mirip dengan orang Palembang, sarapan pempek dengan cuko supernya. Saya masih ngeri sampai sekarang kalau sarapan itu, takut Lambung meronta. Bagi saya penyuka pempek sering juga ikut-ikutan sarapan pempek, tapi disandingkan juga dengan sarapan lainnya sebagai penetral. Asalkan jangan makan pempek siang hari sambil menunggu mata kuliah selanjutnya. Wangi cuko dari mulut-mulut penikmat pempek akan membuat pusing kepala. Seisi ruangan akan bercampur aduk aroma cuko pempek, keringat siang dan bau badan bawaan.

image

Begitu saya memulai pekerjaan, saya kembali ke tanah sunda. Tidak di Banten memang, tapi rasa dilidah tentang makanan masih sebelas duabelas. Salah satu contoh di Bandung, setiap daerah pemukiman penduduk, jalan dan lokasi perkantoran serta lingkungan pabrik akan berjejer tempat-tempat orang berjualan. Ketika pagi khusus menu sarapan, siang berganti lagi dengan makanan untuk siang dan malam.

Ada yang unik di sini? Semua orang membeli sarapan yang berbeda-beda. Saya kadang sarapan bubur ayam, nasi kuning, nasi uduk, gorengan. Gorengan macam-macam ini ada gehu, bala-bala, kroket, pisang goreng, Martabak telor, goreng ubi, dll. Cilok pun ada yang dijadikan sarapan dan tak kalah gilanya lagi sarapan cimol. Ada sarapan berat yang paling saya suka, lontong kari. Kuah kental dengan jeroan sapi plus ketupat dimakan kala sarapan, rasanya maknyus!

Ada cukup itu saja sarapan paginya? Tidak tentunya. Kue-kue manis banyak dijual untuk sarapan. Tahu baso cuanki? Ini sarapan yang sering dicari juga. Penikmat yang biasanya mencari sarapan yang segar-segar. Dalam artian, berkuah tidak kental, panas, pedas dan asam.

Semua menu sarapan itu sudah saya jajal setiap harinya selama lebih dari sepuluh tahun di Kota Bandung. Bosan dengan satu menu, beli lagi yang berbeda di esok harinya. Beli sedikit atau banyak, sarapan itu selalu jadi utama sebelum memulai aktivitas dalam bekerja. Kadang semua rekan kantor bertukar sarapan. Kami menamakan "icip-icip" mencoba sedikit tiap-tiap makanan milik orang lain.

Karena kebiasaan ini, makanan yang bisa dibagi ramai-ramai baru saya bawa ke kantor seperti gorengan. Beli sepuluh ribu sudah bisa dimakan teman seruangan. Kalau beli bubur atau nasi kuning, saya makan di rumah atau di dapur kantor.

image

Keseruan yang luar biasa mengenai sarapan. Hanya sesekali saja saya sarapan roti. Ketika mampir di minimarket karena butuh barang-barang lain. Selebihnya tetap sarapan paling enak adalah buatan pedagang pinggir jalan. Apalagi sarapan berbau kolesterol tinggi, lezatos!

Betapa liarnya sarapan yang saya buru setiap pagi. Karena sangat berbanding terbalik dengan hukum adat di rumah. Andai orang tua melihat bagaimana saya makan setiap hari dalam perantauan bisa copot jantung beserta klepnya.

Keluarga yang saya miliki sangat menekankan kebersihan dan gizi kandungannya. Seperti halnya menu sarapan yang kami buat pagi ini. Walaupun jenisnya gorengan, Martabak telor mini tapi cobalah tengok isinya.

Martabak mini dengan kulit lumpia ini berisi telor ayam, daun bawang, wortel dan tahu. Rasanya? Seperti makan scotel goreng. Enak sih, Martabak telor dengan ada manis-manisnya. Tapi ini bergizi. Selain protein dari telor, karbohidrat dari kulit lumpia dan sayuran seperti daun bawang dan wortel. Oh iya, Tahu. Tanpa penyedap rasa, cukup garam, merica dan bawang putih ditumbuk halus semua bumbu.

Ringan, simple dan enak. Jangan lupa, sehat! Karena ini buat sendiri dengan digoreng memakai minyak baru. Kok minyak baru? Karena jajanan di luar itu tidak jelas minyak goreng bekas atau baru. Belum lagi banyak beredar penjual yang menambahkan plastik di minyak gorengnya agar gorengan keras dan tahan lama. Allahualam.

Sejauh ini, walaupun saya penyuka jajanan liar tetap memilih makanan yang baik ada prioritasnya. Setiap tempat dari rumah menuju tempat kerja yang ditempuh dengan motor. Saya akan berhenti dibeberapa titik untuk membeli sarapan. Jadi belum tentu tiap hari saya selalu beli di satu warung. Kalau saya sering beli di warung tersebut bahkan mungkin merekomendasikan ke teman, selalu warung yang sudah test uji.

Seperti apa yang saya uji? Kebersihan tempat. Kalau banyak lalat, besok-besok saya tidak kembali lagi. Trus beli ga? Beli, kan tidak enak langsung pergi gara-gara ada lalat. Makanannya saya berikan ke teman kantor yang mau. Tanpa ditawari mereka kadang lebih dulu minta dan saya biasanya tidak pernah mengatakan soal lalat ini. Yang penting saya berdoa mereka tidak diare. Hehehe...

Alasan lainnya, memegang makanan oleh si penjual atau gorengan yang banyak dipilih-pilih si pembeli dengan tangannya. Padahal ada penjepit loh... Tapi itu sepertinya jadi kebiasaan yang sulit dihilangkan. Makanya, saya selalu mencari penjual gorengan yang cepat habis langsung goreng lagi. Ini biasanya penjual gorengan laris, semakin pagi semakin ramai. Siang dikit sudah tidak kebagian gorengan dan akhir kata saya tidak sarapan hari itu. Hehehe...

Penjual gorengan laris ini yang sering saya jadikan langganan. Tipe gorengannya tidak pernah bagus sempurna dan kalau sampai ke kantor bentuknya jadi lembek mirip dengan membuat sendiri di rumah.

Kok gorengan jenis seperti itu yang dibeli? Bukankah harusnya yang terlihat sempurna dan keras? Kekerasan gorengan yang sampai awet bahkan sampai sore hari ini justru menimbulkan kecurigaan. Karena lazimnya tepung terigu bahkan tepung beras sekalipun tidak sanggup membuat gorengan tetap keras lebih lama setelah dingin dan kena angin.

Apapun sarapanmu, segala hal yang sanggup membuatmu sehat adalah sarapan dengan diawali basmallah dan doa disehatkan.

Sort:  

Enak tuh ...😀😀

Posted using Partiko Android

Banget, hehehe... Ayo bikin?

Posted using Partiko Android

Kangen kuliner Indonesia jadinya mba

Posted using Partiko Android

Kapan pulang? Sini main ke Bandung.

Posted using Partiko Android

Terimakasih, @ristianti.

Posted using Partiko Android

Terimakasih tuk apa? Saya yang harus terimakasih udah diupvote ya @arteem.

Posted using Partiko Android

Terimakasih telah berbagi cerita.

Terima kasih telah bergabung dengan arteem ;)

Ka @rayfa sudi mampir, saya jadi malu sama postingan receh ini. Sama-sama, semoga bisa bermanfaat bagi rekan esteem juga.

Posted using Partiko Android

Ka @rayfa sudi mampir, saya jadi malu sama postingan receh ini. Sama-sama, semoga bisa bermanfaat bagi rekan esteem juga.

Posted using Partiko Android

Ka @rayfa sudi mampir, saya jadi malu sama postingan receh ini. Sama-sama, semoga bisa bermanfaat bagi rekan esteem juga.

Posted using Partiko Android

Ka @rayfa sudi mampir, saya jadi malu sama postingan receh ini. Sama-sama, semoga bisa bermanfaat bagi rekan esteem juga.

Posted using Partiko Android

Ka @rayfa dan bang @aneukpineung78 sama-sama. Terimakasih sudah mampir.

Posted using Partiko Android

Berbeda dengan martabak telor di Aceh, kulit yang terbuat dari tepung roti letaknya di dalam dan ditambah kan telor di luar

Patut saya coba ya ka @rayfa. nantilah kalau ada waktu pengen kuliner ke Aceh.

Posted using Partiko Android


Postingan ini telah dibagikan pada kanal #Bahasa-Indonesia di Curation Collective Discord community, sebuah komunitas untuk kurator, dan akan di-upvote dan di-resteem oleh akun komunitas @C-Squared setelah direview secara manual.
This post was shared in the #Bahasa-Indonesia channel in the Curation Collective Discord community for curators, and upvoted and resteemed by the @c-squared community account after manual review.

Congratulations @ristianti! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of upvotes

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

To support your work, I also upvoted your post!

Do not miss the last post from @steemitboard:

SteemitBoard - Witness Update
SteemFest³ - SteemitBoard support the Travel Reimbursement Fund.

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Coin Marketplace

STEEM 0.33
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66363.68
ETH 3207.73
USDT 1.00
SBD 4.27