Dunia manusia kacau balau, dan alat kelamin menjadi penyebab ragam kekacauan, tapi yang menguncang dunia makhluk berkelamin justru pada perilaku yang diklaim sebagai kebinatangan.

Para binatangpun murka. Mereka yang juga memiliki alat kelamin, dan kerap menginspirasi manusia, tapi tidak pernah mendapat klaim sebagai kemanusiaan binatang.

Akhirnya, binatang berkelamin yang gen-nya berdekatan dengan manusia, seperti monyet, kera, dan gorilla menggelar musyawarah kelamin.

Musyawarah dibuka dengan menerima laporan intelijen, hasil kerjasama spionase dengan spesies berkelamin dari tumbuhan, yang meski sudah menjadi media bagi manusia mampu merekam dan mengirim informasi melalui teknologi serat optik.

Dari beragam rekaman supersonik tercatat bahwa para elit penguasa paling umum melakukan penyimpangan bersebab godaan kelamin mereka. Banyak kebijakan yang muncul tiba-tiba karena terkena pengaruh kelamin. Dari sini, beragam masalah muncul, yang akhirnya membuat elit pemimpin kehilangan fokus pada kepemimpinannya.

Musyawarah akhirnya menghasilkan putusan, semua alat kelamin manusia dilumpuhkan melalui serbuk yang dimunculkan melalui sumber makanan. Semua hewan santapan manusia pun melakukan revolusi zat pelumpuh.

Sepuluh tahun kemudian...

Manusia menjadi buas, melebihi buasnya binatang. Dunia pun diambil alih oleh Kera. Binatang-binatang yang gennya dekat manusia mempercepat revolusi otaknya dan pada akhirnya berhasil memimpin dunia.

Semua manusia ditangkap, ditempatkan di hutan belantara, dipaksa menjalani kehidupan awal seperti nenek moyang mereka. Semua berawal dari ketelanjangan, putus urat malu, dan seiring waktu manusia kembali ke semula jadi.

"Hari ini, kita binatang telah menjadi hewan manusia, dan berdasarkan pengalaman gagal manusia, kita telah berhasil menjadi pemimpin bumi. Kini, bumi telah kembali seperti sedia kala, dan sudah waktunya kita kembali menjadi binatang. Kita pun sudah membangun museum kelamin, semoga manusia tidak lagi menjadi perusak bersebab dorongan alat kelaminnya. "

Foto by Unsplash