Suyadi San : “Fakta Bisa Didapat dari Kehidupan Sosial”

in #indonesia6 years ago (edited)

fakta-bisa-didapat-dari-kehidupan-sosial-535701-1.jpg

Medan, (Analisa). Saya pernah mengirim cerpen ke rubrik TRP harian Analisa, tapi tak di­muat. Kira-kira apa ya pak penye­babnya?

Pertanyaaan itu muncul dalam ke­giatan Pelatihan Menulis Cerita Pendek yang diselenggarakan Majalah Simpul Siswa di Ruang Musik Yayasan Per­guruan Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal, Sabtu (7/4). Simpul Siewa adalah majalah tiga bulanan yang dikelola siswa dari lintas unit (SMP, SMA dan SMK) di Perguruan Sultan Iskandar Muda. Dalam kegiatan ter­sebut bertindak sebagai narasumber Suyadi San, penulis cerita pendek, penyair dan staf Balai Bahasa Sumut. Pelatihan diikuti 10 siswa dari unit SMA dan SMK.

“Ada banyak penyebab kenapa cer­pen yang kita kirim ke surat kabar tidak dimuat. Bisa karena temanya tak cocok, bisa juga karena teknik penceri­taan yang tidak menarik. Bisa juga karena masalah tata bahasa yang mem­buat redaktur malas mengedit karena banyaknya kesalahan tanda baca,” ujar Suyadi San.

Tema sebuah tulisan, baik untuk tulisan fiksi seperti cerpen atau puisi dan non fiksi seperti berita atau features, bersumber dari fakta sosiologis dan psikologis. Fakta sosiologis didapat penulis dari kehidupan sehari-hari yang dilihat seorang penulis. Pendiri Teater Generasi Medan itu memberi contoh saat ia SLTA. Tiap pagi dari rumahnya ia naik bemo dan turun di Pajak Sambu. Dari situ ia lalu berjalan kaki menuju sekolahnya.

Fakta sosiologis dan psikologis

Saat lewat pajak Sambu ia melihat banyak hal. Ada anak kecil yang me­ngemis, ada ibu-ibu yang menggen­dong barang jalan, ada tukang parkir yang marah-marah dan sebagainya. Semua kejadian itu adalah fakta sosial yang bisa diolah untuk bahan tulisan. Tinggal bagaimana fakta-fakta sosial itu diorganisir dalam sebuah tema yang menarik.

Fakta juga bisa berupa data sekun­der. Sekalipun penulis fiksi, data tetap dibutuhkan. Ia memberi contoh saat mencipta puisi bertema tsunami. Untuk tahu jumlah korban tewas atau meuna­sah yang hancur ia haru mencari data sekunder dari surat kabar. Data juga dapat diperoleh dari hasil wawancara. Tak semua tema sebuah tulisan hasil eksekusi dari data-data sosiologis.

“Tapi tema tulisan juga bisa berasal dari fakta psikologis. Semisal si penulis tengah menaksir teman sebangkunya. Lalu lahirlah puisi atau cer­pen,”ka­tanya. Namun dosen Sastra In­donesia FKIP UMSU itu berharap sebaiknya seorang penulis tak hanya berkutat menulis masalah pergulatan psikologis diri penulis.

Alasannya karena tulisan tersebut diterbitkan di media massa. Dibaca banyak orang. Sebuah tulisan sebaik­nya bisa mengedukasi pembaca. Kare­na saat menulis untuk surat kabar, soal tema tulisan penting untuk diperhati­kan. Teknik penulisan juga harus diper­hatikan seorang penulis. Sebuah tulisan bisa bisa disampaikan secara kronolo­gis atau flashback.

Soal tata bahasa penulisan juga harus diperhatikan penulis. Hal sederhana seperti pemakaian tanda baca harus diperhatikan. Ia memberi contoh penu­lisan kalimat aku mau kesana. Jika dijadikan kalimat aktif, maka yang benar menjadi seperti ini: “Aku, mau ke sana,” katanya. Ke sebagai imbuhan karena diikuti kata keterangan sana maka harus dipisah.

“Ini sepertinya sepele tapi sangat penting bagi redaktur surat kabar yang menjaga kaidah tata bahasa yang benar di surat kabarnya,” katanya.

Jangan kapok

Tentang naskah yang ditolak, pe­nulis sejumlah buku sastra itu meminta agar hal itu tidak membuat penulis pemula kapok. Satu, dua kali ditolak hal biasa. Bahkan puluhan kali juga masih wajar mengingat ruang budaya di koran terbatas, luas ruang maupun frekuensi terbitnya, sementara jumlah penulis yang mengirim karya mereka banyak. Ia sendiri saat masih pemula pernah beberapi kali cerpennya tak dimuat di Analisa. Ia hampir putus asa. Sempat ‘ngambek’ tak mau baca surat kabar itu.

“Ehh saat itulah untuk pertama kali, cerpen saya dimuat, saya tahu justru setelah diiberitahu teman saya,” tutur­nya. Sejak cerpennya dimuat, maka jalan bagi cerpen-cerpennya yang lain untuk dimuat di Analisa pun makin ter­buka lebar.

“Karena itu jangan kapok kalau naskah kita ditolak, kirim lagi, Tapi perlu juga konsultasi dengan guru Bahasa Indonesia. Diskusikan apa kira-kira ke­lemahan tulisan kita,” sarannya. (ja)

Analisa, Senin (9/4/18)

Coin Marketplace

STEEM 0.23
TRX 0.12
JST 0.029
BTC 66649.32
ETH 3562.88
USDT 1.00
SBD 3.12