White Elephant “Gajah Putih”

in #history6 years ago

Tanoh #Gayo ADALAH daerah yang ada di Aceh yang mempunyai empat daerah dan mempunyai satu bahaya iaitu gayo walaupun banyak bahasa gayo yang berbeza loghat atau perbendaharaan kata yang ada di dataran gayo tersebut sebelum kita mengenal apa gayo itu maka kita harus tau bagaimana sejarah kerajaan tanoh gayo yang ada pada saat yang pastinya adalah kerajaan yang sangat banyak di kenal manyarakat indonesia iaitu kerajaan samudra pasai salah satu rajanya adalah sultan iskandar muda pada masa ini telah di jadikan sebagai nama lapangan terbang di bandar banda aceh ibukota provinsi aceh, dari kerajaan tersebut ada sebuah raja yang tinggal di daerah dataran tinggi aceh iaitu kerajaan linge salah satu cerita masyarakat linge adalah gajah putih adapun ceritanya adalah mulai Saat Sengeda menjinakkan gajah putih, dan menyerahkan kepada Sultan. Sengeda membongkar jenayah Raja Linge XIV yang membunuh saudaranya Bener Merie.

image

angka gajah putih yang melagenda dalam zaman kuno di gayo
Sultan Murka. Junus Djamil dalam bukunya yang berjudul "Gadjah Putih" yang diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Atjeh tahun 1959 di Kutaradja, antara lain telah menulis tentang "Riwajat asal usul wudjudnya Gadjah Putih di Keradjaan Atjeh" yang berhubungan denganberdirinya Kerajaan Linge di daerah Gayo.

Sumber tulisan ini berasal dari keterangan Raja uyem dan anaknya Raja Ranta yaitu Raja Cik Bebesen dan dari Zainuddin yaitu raja dari Kejurun Bukit yang kedua-duanya pernah berkuasa sebagai raja di daerah Gayo Laut pada masa kolonial Belanda dahulu.Tahun 1025 di Gayo berdiri Kerajaan Linge pertama . Rajanya namanya "Kik Betul" atau "Kawee Teupat" menurut sebutanb orang Aceh pada masa berkuasanya Sultan Machuclum Johan Berdaulat Mahmud Syah dari Kerajaan Perlak sekitar tahun 1012-1058.

Raja Linge ini mempunyai 4 orang anak, yang tertua seorang wanita bernama Empu Beru atau Datu Beru, kemudian anaknya yang lain adalah sebayak Lingga, Meurah Johan dan Meurah Lingga ketua adalah laki-laki. Sebayak Lingga menceburkan diri ke kawasan Karo dan membina negara di sana.

Meurah Johan mengembara ke daerah Aceh Besar dan juga membina negeri di sana yang dikenali sebagai Lamkrak dan Lam Oeii (Lamoeri) sedang Meurah Lingga tetap tinggal di Linge yang selanjutnya menjadi Raja Linge turun-temurun.

500 tahun kemudian, sekitar tahun 1511, diketahui seorang raja keturunan Raja Linge yang dikenal "Gajah Putih dan Kerajaan Linge Di Gayo" sebagai Raja Linge ke XIII. Raja ini terkenal, karena selain posisinya di Gayo Land, ia juga merupakan orang penting di tengah Kerajaan Aceh.

Bukan itu saja ia juga orang penting di kerajaan Johor di semenanjung Tanah Melayu.Saat Portugis merebut Kerajaan Malaka tahun 1511, Sultan Mahmud Syah dari Malaka terpaksa mengundurkan diri ke Kampar di daerah Sumatera. Keluarganya dipindahkan ke Aceh Darussalam. Dalam keadaan sulit ini Kerajaan Aceh membantu Raja Melaka.

Hubungan koperasi ini berkembang sedemikian rupa sehingga terdapat perkahwinan politik antara Kraton Aceh dan Kerajaan Melaka. Anak Sultan Melaka yang bernama Sultan Alaudin Mansyur Syah berkahwin dengan anak perempuan Kerajaan Aceh. Sebaliknya, seorang putri Sultan Malaka dikawinkan pula dengan seorang pembesar Kerajaan Aceh, ia adalah Raja Linge ke XIII yang duduk dalam staf Panglima Besar Angkatan Perang Aceh (Amirul Harb) sejak Sultan Aceh berjuang mengusir Portugis dari daerah Pase dan Aru.

Kerana kedudukan pentingnya di Kerajaan Aceh, kedudukannya sebagai Raja Linge diserahkan kepada anak sulungnya kepada Raja Linge XIV di Tanah Gayo. Pada tahun 1533 Kerajaan Johor baru dibentuk. Dipimpin oleh Sultan Alaudin Mansyur Shah. Raja Linge XIII duduk di Kabinet Kerajaan Johor sebagai wakil Kerajaan Aceh. Dalam rangka membangun dan mengembangkan Kerajaan Johor baru, di samping menghadapi kaum penjajah Portugis, Sultan Johor menugaskan Raja Linge XIII membangun pulau di Selat Malaka yang termasuk wilayah Kerajaan Johor yang dikenali kemudian sebagai "Pulau Lingga".

Semasa Raja Linge XIII membina Pulau Linga. Dia mempunyai dua anak lelaki bernama "Bener Merie" dan kakaknya bernama "Sengeda". Di Pulau Lingga kemudian Raja Linge XIII meninggal dunia. Selepas kematian Raja Linge XIII, isterinya yang berasal dari Istana Melaka berpindah ke Aceh Darussalam bersama dua anaknya Bener Merie dan Sengeda. Ketika kedua ibu bapanya melangkah ke dewasa, ibunya memberitahu keturunan ayahnya di Linge Gayo Land. Abang sulungnya menjadi Raja Linge XIV di tanah Linge di tempat ayahnya.

Bener Merie dan Sengeda kemudian pergi ke Gayo Land untuk bertemu abang ayahnya, Raja Linge XIV. Malangnya nasib mereka, kedatangannya tidak diterima dengan baik oleh Raja Linge XIV, mereka dituduh membunuh bapanya Raja Linge XIII. Kedua-duanya dijatuhi hukuman mati.

Bener Merie atas perintah Raja Linge XIV dibunuh, manakala pembunuhan Sengeda ditugaskan kepada Raja Cik Serule. Tetapi Raja Cik Serule tidak mau melaksanakan tugasnya, Sengeda disembunyikannya sehingga terlepas dari pembunuhan. Peristiwa ini terjadi pada masa Sultan

Aceh Alaidin Ria’yah II sedang berkuasa di Aceh tahun 1539-1571. Dalam suatu upacara di Kraton Aceh, yang dihadiri oleh seluruh raja-raja Aceh, Sultan memerintahkan kepada mereka untuk mencari “Gadjah Putih” yang dikabarkan terdapat di hutan-hutan Tanah Gayo, untuk dipersembahkan kepadanya.

Sultan akan memberikan hadiah kepada siapa yang menangkap dan menyerahkan gajah putih tersebut kepadanya. Walaupun dengan rasa kecewa Raja Linge XIV menyiapkan perutusan ke Darussalam untuk mempersembahkan gajah putih tersebut kepada Sultan. Dia tidak mengetahui bahwa yang menangkap gajah putih tersebut adalah Sengeda yang telah diperintahkannya untuk dibunuh. Upacara penyerahan gajah putih keadaan Sultan di Kraton Aceh, gajah putih yang semula direncanakan diserahkan oleh Raja Linge XIV kepada Sultan, gagal.. Gajah putih tersebut mengamuk, tidak mau dituntunnya. Sifatnya yang biasa jinak

telah berubah menjadi berang dan ganas, gajah putih mengejar-ngejar Raja Linge XIV. Raja ini hampir tewas saat gajah putih itu mengamuk.

image

Sengeda kemudian dapat menjinakkan gajah putih tersebut. Ia selanjutnya menyerahkannya kepada Sultan dengan tenang. Hal itu mengundang keheranan khalayak yang hadir. Sultan menanyakan apa rahasianya, saat didesak seperti itu, Sengeda terpaksa membongkar rahasia

kejahatan Raja Linge XIV yang telah membunuh abangnya Bener Merie. Mendengar keterangan Sengeda, Sultan murka. Ia segera memerintahkan menangkap Raja Linge XIV. Kemudian diajukan ke pengadilan dan dijatuhi hukuman mati.

Tetapi beruntung, bagi Raja Linge XIV, dia tidak jadi dihukum mati, karena ibu Sengeda dan Sengeda sendiri memberi maaf kepadanya di muka pengadilan, sehingga Sultan membatalkan hukuman mati tersebut. Hukumannya kemudian diperingan, ia diturunkan pangkatnya dan harus membayar Diyat atau semacam Denda. Setelah peristiwa gajah putih ini, Sultan mengangkat Sengeda menjadi Raja Linge ke XV menggantikan Raja Linge XIV yang khianat itu.

Kisah lain mengenai peristiwa “gajah putih” dan kisah “Sengeda” adalah versii yang ditulis seorang penyair Gayo bernama Ibrahim Daudi atau yang lebih terkenall Mude Kala dalam bentuk syair bahasa Gayo. Jalan ceritanya hampir sama. Namun, isinya jauh berbeda.

Perbedaan terpenting adalah, menurut tulisan M. Junus Djamil kisah “gajah putih” dan Sengeda

tersebut berhubungan dengan pengangkatan Sengeda menjadi Raja Linge XV, sedangkan kisah

dalam bentuk syair Gayo versi Mude Kala, kisah atau legenda gajah putih dan kisah Sengeda tersebut berhubungan dengan pembentukan “Kejurun Bukit” di Gayo Laut.

Menurut versi Mude Kala, karena jasanya menemukan gajah putih dan membongkar rahasia pembunuhan terhadap Bener Merie, maka Sengeda diangkat menjadi Raja Bukit pertama di Gayo Laut. Sengeda dianggap sebagai keturunan raja-raja Bukit selanjutnya.

Saat ini gajah putih sangat dikenal oleh masyarakat gayo dan menjadi salah satu nama sekolah tinggi dan universitas di kota takengon masyarakat gayo mulai mengenalkan cerita gajah putih pada masyarakat gayo oleh orang tua mereka dan menjadikan salah satu cerita untuk tidur anaknya.

source : Sejarah Gayo
Source : Negeri ditas Angin
Source : Kerajaan Lingge dan Gajah Putih

Semoga bermanfaat untuk semua.

Terimakasih untuk #Upvote dan #Follow nya.

Salam,
@rikday

Sort:  

I have a feeling I read this article somewhere else. Deja vu!

Resteemed your article. This article was resteemed because you are part of the New Steemians project. You can learn more about it here: https://steemit.com/introduceyourself/@gaman/new-steemians-project-launch

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 68523.63
ETH 3260.51
USDT 1.00
SBD 2.66