A Conversation of the Dead

in #aceh7 years ago

image

Sewaktu belum menjadi, yakni saat dia masih berupa cikal-bakal, semesta bertanya padanya, “Kamu mau menjadi unta, kuda, atau kerbau?”

Unsur yang masih samar wujudnya itu menjawab, “Saya tidak mau menjadi mereka. Saya ingin hidup sebagai benda mati.”

“Kamu mau menjadi apa?”

“Sepeda.”

Kemudian hadirlah dia di dunia ini sebagai seunit sepeda. Ketika dua sore lalu saya memotretnya, dia sudah berusia ratusan kali musim berganti. Dalam usia selarut itu, andai dia seekor unta, kuda, atau kerbau, tentu dia sudah lama mati.

Untunglah, pilihannya sewaktu masih di alam idea, tergolong cerdas. Dia memegang satu ketentuan Ilahi, bahwa semua yang bernyawa pasti akan mati. Maka dia memilih kehadirannya di dunia sebagai benda mati, karena tahu rahasianya, bahwa semua yang tidak bernyawa takkan mati-mati.

Usai saya memotret (beberapa kali, untuk memilih satu yang terbaik), sepeda itu berkata, “Terima kasih telah memberi saya secercah kehidupan lain.”

“Apa maksudmu, Peda?” tanyaku.

“Anda akan meupload foto saya di eF-Be, bukan?”

“Ya, tentu,” jawabku.

“Itu akan membuat saya begitu berarti. Tua begini tapi masih ‘di-like-like’ orang, ‘dikomen-komen’ lagi.”

“Baik. Sama-sama terima kasih. Saya pun akan menerima beberapa keuntungan dari memosting fotomu di media sosialku. Satu di antaranya, nikmat sensasi dari apresiasi yang diberikan kawan-kawan.”

“Sekalian tolong kirim salamku buat kawan-kawan Anda ya.”

Sahabat steemit sekalian, ini ada titipan salam untuk kita semua ya. Dari: seunit sepeda tua. Pesannya, kalau kita mau hidup tak mati-mati, hiduplah sebagai benda mati.

“Oya, maaf, Peda. Apa maksudmu dengan pesan itu?”

“Jika yang Anda tinggalkan dalam hidup ini hanya berupa keturunan (yang notabene adalah makhluk hidup), maka pada generasi ke sekian, keturunan klan lain atau kelompok genealogis berbeda akan memblasterankannya hingga pada satu titik terjauh, jejak darah Anda akan lenyap sama sekali.”

“Hmmm, saya masih butuh apologi lanjutan,” kata saya dengan jidat terasa berkerut.

“Baik,” sambung si sepeda. “Isa ‘Alaihissalam, Muhammad SAW, mereka hidup hingga hari ini bukan karena keturunan. Albert Einstein, Vivaldi, Mozart, Affandi, Plato, Al-Farabi, dan lain-lain, mereka masih ada sampai kini karena benda-benda mati atau elemen-elemen tak bernyawa yang mereka tinggalkan.”

“Baik, Peda. Terima kasih penjelasannya.”

“Matilah, maka Anda takkan mati-mati lagi.”

“Hehehe…, kamu keren, Peda. ^_^ "

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 62539.28
ETH 2437.94
USDT 1.00
SBD 2.67