The Adventures of the Son of Man Seeking His Lord

in #religious6 years ago

image

Asmarainjogja.id – Mungkin selama ini kita merasa menjadi manusia yang baik, itu adalah naluri kebenaran hidup manusia. Namun kita tidak sadar di sekitar kita ada saja yang menilai buruk, dan ini juga hukum alam. Meskipun kita merasa manusia yang paling baik sejagad raya.

Rasul sekalipun Sang Pengantar pesan Allah SWT pada umatnya dibenci, mendapat ancaman, dan diburu-buru untuk dipenggal kepalanya. Manusia dan kehidupannya selalu menarik untuk dibahas, dan memang tak ada habisnya untuk selalu dibicarakan sepanjang peradaban manusia.

Nah, jadi berehentilah mengaku-ngaku menjadi manusia baik, toh sejatinya kebaikan itu bukan kita sendiri yang menilai. Namun manusia wajib menjadi manusia yang baik, selain untuk menguntungkan diri sendiri, juga pada lingkungan sekitar, bahkan bisa menyebar ke seluruh penjuru dunia. Inilah kehebatan ajaib dari kebaikan.

Kebaikan tidak melulu ucapan, apalagi tulisan, namun tindakan nyata kepada manusia lainnya. Dan sebagai manusia yang satu dengan manusia lainnya saling berkaitan, ada hubungan yang erat pada kehidupan manusia.

Sederhananya begini, seorang sahabat yang baik akan menularkan kebaikan dengan sahabat lainnya. Begitu juga sebaliknya, sahabat yang buruk secara tak langsung mengajarkan keburukan pada sahabat lainnya.

Ingatkah kita semasa kecil, kita selalu dilarang oleh orangtua untuk tidak berteman dengan anak yang menurut mereka nakal. Biasanya kita sebagai anak selalu menurut apa saja yang diperintah orangtua. Nah, ketika dewasa kita sudah berpikir mana sahabat yang baik, teman yang buruk, dan siapa-siapa saja orang yang bisa mengakibatkan keburukan pada kita.

Itu artinya orangtua kita benar dalam mendidik anak. Mereka, sejak kita masih kecil sudah dibentengi dari manusia-manusia nakal yang bisa menjangkiti nilai-nilai keburukan.

Nah, timbul pertanyaannya, apakah tidak boleh berteman dengan orang yang perilakunya buruk? Untuk berteman akrab tentu tidak boleh, tapi saling menyapa dan sekadar menjalin silaturahmi tidak ada salahnya, malah itu baik.

Sebagai pemuda yang sudah melewati fase remaja, dan dalam tahap pendewasaan, saya sedikit banyaknya paham kelakuan nakal di usia seperti itu. Masa muda rentan sekali tergoda hal-hal yang tampak dari luar sangat seru dan mengasyikkan, namun di dalam perbuatan itu sungguh sangat buruk, dan berakibat fatal di kemudian hari.

Dunia muda ada dua yang paling berbahaya, pertama narkoba, dan kedua pergaulan bebas. Ini sekali dilakukan sulit sekali untuk keluar dari lumpur kenistaan. Nah, bagi kamu yang saat ini masih bersih dari itu semua jangan pernah mencoba-coba atau sekalipun tergoda untuk melakukannya. Terlalu disayangkan masa muda menghabiskan waktu yang tidak beguna, dan merugikan diri sendiri, dan keluarga.

Hidup ini begitu sederhana untuk menjalaninya. Seperti yang sudah disinggung di atas, tidak perlu mengaku-ngaku menjadi manusia baik, jalan saja lurus yang tidak melanggara rambu-rambu agama dan negara. Beres!

Teriakan kita sampai di langit ke tujuh pun tidak akan pernah didengar, karena kita memang tidak baik. Uniknya manusia yang diam namun berperilaku baik mengisyarakan kepada semesta bahwa kebaikan itu ada pada dirinya. Nah, nilai tambah lagi adalah berbicara baik, berperilaku baik, menyeru kebaikan, dan mengajak untuk kebaikan, inilah topnya yang namanya manusia.

Kamu bisa seperti itu?

Jangan bilang tidak! Ucapan adalah doktrin paling bahaya bagi manusia itu sendiri. Setidaknya kamu mulai berpikir dan mulai mencobanya. Nah, ketika orang lain menyeru kebaikan pada kamu, tanggapi dengan positif, meskipun kamu tidak suka. Simpan saja dulu ucapannya, mungkin di kemudian hari ucapan itu bisa menjadi nyata dalam perbuatan.

Sebenarnya manusia itu sendiri tidak baik-baik amat. Selalu ada kekeliruan dan khilaf dalam perbuatan. Karena manusia sejatinya itu punya nafsu. Nah, nafsu inilah yang kerap menggoda manusia bisa berbuat salah. Tidak ada manusia suci, apalagi untuk diperTuhankan.

Kalau ada manusia yang mengaku-nagku bersih tanpa noda, itu adalah kesombongan hidup. Ia keliru dalam menilainya dirinya sendiri. Pemimpin tertinggi sekalipun seperti pemimpin negara dan agama bisa salah, dan kita sebagai warga dan umatnya, tidak ada salahnya untuk mengingatkannya.

Karena memang begitulah dalam kehidupan manusia, saling mengingatkan, dan itu tanda-tanda rasa sayang satu sama lain di antara manusia.

Jadi jangan salah menafsirkan! Kalau ada orang yang marah, mengecam, dan lain sebagainya, sebab ia ingin orang yang dimarahi tersebut bisa menjadi benar setelah mendapat peringatan keras tersebut.

Kan kita tidak bisa menilai bahwa diri ini baik dan sempurna? Maka orang lain pula yang menilainya. Jangan marah, kalau kita dimarah, jangan mengutuk balik, kalau kita dikutuk, bercermin adalah cara terbaik menyikapinya, lalu mulai introfeksi diri. Benarkah yang selama ini saya lakukan?

Jika di atas hidup begitu sederhana, hidup juga teka-teki. Teka-teki dalam kehidupan, kita dituntut untuk mencari kebenaran hidup. Yang namanya mencari tentu sangat sulit, entah sampai kapan ketemunya. Mungkin bisa secepatnya, dan mungkin juga kita tersesat dalam pencarian.

Dari semua uraian di atas maka disimpulkan kita selalu belajar untuk menjadi manusia baik, sekali lagi belajar. Tidak perduli masih anak-anak atau yang sudah sepuh menunggu ajal, karena belajar dalam memahami hidup sampai ke liang lahat. Dan inilah petualangan anak manusia yang mencari kebenaran menuju Tuhannya

Sumber referensi : http://asmarainjogja.id/petualangan_anak_manusia_mencari_tuhannya_berita638.html

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.12
JST 0.031
BTC 61258.08
ETH 2873.80
USDT 1.00
SBD 3.56