MENGINGAT KISAH BUAH APEL DAN PENGANTIN YANG LUMPUH

in #apel7 years ago

Dikisahkan dalam Sejarah Islam, Seorang Pemuda Alim bernama Abu Shalih.

Beliau RA adalah Keturunan Ke-12 dari Rasulullah SAW, dari As Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib as-Sibthi RA. Beliau RA berasal dari Desa Jilan Iraq.

Suatu Siang, saat Abu Shalih RA tengah berdzikir di Pinggir Sungai, dilihatnya Kumpulan Buah Apel yang Hanyut terbawa Aliran Sungai.

Segera Dia mengambilnya Sebuah, dan memakannya.

Namun tiba-tiba, Dia berhenti mengunyah dan merasa bersalah.

”Aku telah Mencuri, Buah ini pasti ada yang memiliki. Aku harus menemui dan meminta Maaf pada Pemilik Pohon Apel yang Buahnya telah Ku Makan tanpa Seizinnya”, katanya dalam Hati.

Abu Shalih RA lalu berjalan menyusuri Sungai, hingga menemukan Pohon Apel tersebut.

Segera Beliau RA menemui Pemilik Pohon Apel itu untuk meminta Maaf.
Pemilik Pohon Apel itu bernama As Syeikh Abdullah RA, Beliau RA adalah Keturunan Rasululullah SAW dari As Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib RA.

Beliau adalah Seorang Waliyullah yang sangat disegani pada Masa itu.

Saat Abu Shalih RA menyampaikan Permintaan Maaf, As Syeikh Abdullah RA merasa Senang dan Takjub akan Kebersihan Hati Pemuda Jilan ini.

Beliau RA lalu bermaksud ingin mengangkat Abu Shalih RA sebagai Santrinya, namun tidak secara Transparan Maksud itu disampaikan.

”Baiklah, karena Kau telah mencuri Buah Apel Ku, maka Kau harus Bekerja di Ladang Ku selama 12 Tahun”, kata As Syeikh Abdullah RA.

Tanpa banyak bertanya, Abu Shalih RA langsung menyanggupinya.

Beliau RA lalu Bekerja sekaligus Belajar Agama kepada Beliau RA.

Setelah 12 Tahun Abu Shalih RA membayar Kesalahannya, Beliau RA lalu menemui As Syeikh Abdullah RA untuk menanyakan, apakah Permintaan Maafnya sudah dapat diterima.

Bukan Pernyataan bahwa Maafnya telah diterima, As Syeikh Abdullah RA justru memberinya sebuah Tugas Baru.

”Aku akan menerima Permintaan Maafmu, bila Kau bersedia Ku Nikahkan dengan Putriku, Seorang Wanita yang LUMPUH, BUTA, TULI, dan BISU ”, kata As Syeikh Abdullah RA.

Seperti biasa, Abu Shalih RA tidak banyak bertanya. Beliau RA langsung menerima Amanah tersebut, dengan Harapan Permintaan Maafnya diterima,
Tiga Hari kemudian, dilangsungkanlah Akad Nikah dan Walimatul 'Urs (Syukuran), antara Abu Shalih RA dengan Putri Gurunya.

Pada Malam Harinya, ketika hendak memasuki Kamar Pengantin, Abu Shalih RA terdiam sejenak.
" Ya Allah, Aku pasrahkan Hidup dan Mati Ku hanya pada-Mu”, Doanya dalam Hati.

Dengan perlahan diketuknya Pintu Kamar Pengantin tersebut, lalu Dia membukanya dan Masuk sambil mengucapkan Salam.

Sang Pengantin Wanita menjawab Salamnya.
Abu Shalih terkejut, Seorang Wanita berparas Cantik, datang menghampiri dengan Senyum menghiasi Wajahnya.

Sembari meminta Maaf, Abu Shalih RA lalu keluar dari Kamar.
Merasa telah salah masuk Kamar, Dia kemudian mencari Istrinya di Kamar yang lain, namun tidak juga ditemuinya.

Akhirnya Abu Shalih RA mendatangi As Syeikh Abdullah RA untuk menanyakan dimanakah Istrinya berada.

"Wahai Guru, bolehkah Saya bertanya, dimanakah Istriku berada?”, tanya Abu Shalih RA dengan Ta’dzim.

"Ya di dalam Kamar Pengantin”, jawab As Syeikh Abdullah RA sembari Tersenyum.

”Tetapi Wanita yang Ku temui di Kamar itu, tidak seperti yang dikatakan Guru.

Dia TIDAK BISU dan TULI, Dia menjawab Salam Saya.

Dia juga TIDAK BUTA, justru Matanya Cantik sekali.

Dan Diapun TIDAK LUMPUH, Dia malah menghampiri Saya, saat memasuki Kamar”, jelas Abu Shalih RA masih dengan Wajah Kebingungan.

Melihat Kebingungan Abu Shalih RA, As Syeikh Abdullah RA malah Tertawa.

Lalu Beliau RA berkata :
“Wahai Abu Shalih, memang itulah Putriku, Namanya Ummu Khair Fathimah RA.

💬Aku katakan ;
♻ Dia LUMPUH, karena Dia tak pernah menjejakkan Kakinya ke Tempat Maksiat.

♻ Dia BUTA, karena tak pernah Melihat Hal yang Haram.

♻ Dia TULI, karena tak pernah Mendengar Hal yang Khurafat (Buruk).

♻ Dan Dia BISU, karena tak pernah berkata yang Mubadzir (Sia-sia)”.

Mengertilah Abu Shalih RA, bahwa Amanah menikahi Putri Gurunya, adalah Ungkapan Kasih Sayang dan Rasa Bangga As Syeikh Abdullah RA padanya.

Karena Kesabaran dan Kemuhasabahannya pada Guru dan Amanahnya, Allah SWT memberikan kepada Abu Shalih RA Amanah yang Penuh Anugerah.
Dari Pernikahan ini, As Sayyid Abu Shalih RA dan As Sayyidah Ummu Khair Fathimah RA dianugerahi Seorang Putra Bernama ABDUL QADIR.

Kelak setelah Dewasa, Putranya ini Masyhur sebagai Seorang Waliyullah, AS SAYYIDINA AS SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI RA.

Sedangkan Abu Shalih RA sendiri, dikenal dengan Nama As Syeikh Abu Shalih Musa Janka Dausat al-Jailani RA (Berasal dari Jilan).

"Sementara beberapa Orang berusaha menjaga Amanah, ada segelintir Mereka justru bermain-main dengan Amanah ".

"Sementara beberapa Orang merasa Anugerah adalah Amanah, ada segelintir Mereka justru menganggap Amanah adalah Anugerah.”

(As Syeikh Abu Shalih Musa Janka Dausat Al-Jailani RA)
image

Coin Marketplace

STEEM 0.22
TRX 0.26
JST 0.040
BTC 98487.39
ETH 3469.86
USDT 1.00
SBD 3.23