MUSEUM TSUNAMI ACEH
Menurut perkiraan lebih kurang sekitar 110 ribu warga Banda Aceh menjadi korban jiwa pada musibah bencana tsunami yang menyapu kota Banda Aceh pada tahun 2004 silam.
Lalu, pada tahun 2009 dibangunlan sebuah museum sebagai sarana belajar sekaligus untuk mengenang tragedi tersebut yang dinamakan “MUSEUM TSUNAMI”, museum yang terletak di Jalan Iskandar Muda, Banda Aceh itu menggunakan desain arsitek legend yaitu Ridwan Kamil.
Bentuk gedung museum seluas 2.500 meter persegi, menyerupai sebuah kapal, dan memiliki semacam cerobong yang lumayan besar menjulang tinggi. Kalau kita lihat dari atas atapnya membentuk gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung tradisional Aceh yang selamat dari terjangan ombak laut/ tsunami.
Waktu saya berkunjung kesana, pada saat saya mau masuk menuju lobi pendaftaran saya langsung disapa oleh sebuah bangkai helikopter yang rusak parah. Bangkai helikopter itu dipajang di halaman depan, di samping jalan masuk menuju lobi pendaftaran. “Menurut informasi yang saya dapat dari petugas museum, Helikopter ini dulunya di parkir di lapangan Polda pada saat tsunami terjadi”
Setelah melangkah masuk ke dalam pintu lapis pertama museum ini, saya merasakan sensasi menyejukkan ketika melewati lorong gelap dan sempit. Di kiri dan kanan dinding lorong itu mengalir air yang sesekali percikannya mengenai para pengunjung yang sedang melintas.
Di ujung lorong itu terdapat ruang Memorial Room. Di sini terdapat 26 monitor sesuai dengan tanggal kejadian tsunami 26 Desember 2004, yang menampilkan gambar-gambar kejadian pada saat tragedi tsunami berlangsung.
Setelah dari ruang pengenangan itu, jalur perjalanan yang sudah ditetapkan pengelola museum membawa pengunjung ke Sumur Doa. CHAMBER OF BLESSING ini ternyata merupakan isi dari cerobong menjulang tinggi yang terlihat dari luar museum. Di Sumur Doa yang gelap ini, pada dindingnya terdapat nama-nama korban sekitar 10 ribu nama jiwa, ditempel menggunakan huruf timbul warna terang. Bentuk sumur itu seperti limas memanjang, semakin ke atas semakin kecil.
Menurut informasi dari petugas museum, tinggi Sumur Doa ini sekitar 32 meter, disesuaikan dengan tinggi gelombang pada saat itu, “Pada bagian atap sumur ini terdapat tulisan ALLAH dengan Bahasa Arab. Artinya nama-nama ini ke atas, menghadap tuhan yang di atas.”
Setelah menemui Sumur Doa, pengunjung akan melintasi Jembatan Perdamaian, dimana di atas jembatan itu terdapat 53 bendera negara dan kata “Damai” sesuai dengan ejaan bahasa mereka masing-masing. 53 negara itu adalah negara yang membantu masyarakat Aceh pasca Tsunami.
Di bawah Jembatan Perdamaian tersebut terdapat kolam, yang airnya sebenarnya cuma setinggi betis. Jembatan itu menanjak, membawa pengunjung ke ruang audio visual. Ruang ini seperti bioskop, di dalamnya pengunjung duduk dan menyaksikan foto-foto pada saat gelombang air yang membawa lumpur, menyapu Banda Aceh.
Selanjutnya, masih banyak ruang-ruang lain yang menunjukkan dokumentasi serta pengetahuan dasar mengenai bagaimana gelombang tsunami bisa terjadi. Ada juga ruang yang khusus menyajikan informasi mengenai bagaimana seharusnya mempersiapkan diri dan bereaksi ketika ada gelombang besar datang.
Terimakasih...
Follow Me @aldy