Labi-labi, nasibmu kini.. (bagian 1)

in #aceh7 years ago (edited)

CIMG4964.JPG

Labi-labi, pesonamu yang memudar

Ini adalah gambar labi-labi, moda transportasi umum tradisional aceh. Labi-labi ini menunggu penumpang di area sekitar mesjid baiturrahman, salah satu tempat ngetem favorit labi-labi karena area ini sering ada penumpang. Labi-labi masih terlihat di beberapa kota di aceh termasuk Banda Aceh, ibukota provinsi Aceh. Labi-labi dulu merupakan salah satu primadona dan identitas kota banda aceh. Tapi sayangnya pesona labi-labi saat ini semakin memudar.

Labi-labi dulu merupakan primadona angkutan umum di Kota Banda Aceh. Ia dilihat sebagai salah satu keunikan di kota-kota Aceh. Apalagi di Banda Aceh. Sampai awal tahun 2000, labi-labi merupakan angkutan umum favorit di Kota Banda Aceh. Menurut penuturan pengusaha labi-labi yang masih ada, dulu ada lebih dari 1000 labi-labi melayani penduduk kota banda aceh. saat itu, penumpang mereka sangat tinggi dengan tingkat okupansi lebih dari 100% di jam puncak karena beberapa penumpang bergantung di pintu kendaraan.

Labi-labi saat itu populer dan digunakan oleh pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat biasa. Labi-labi digunakan untuk semua tujuan perjalanan baik sekolah kuliah, belanja, nongkrong dan lain-lain. Pendapatan warga Kota Banda Aceh saat itu belum setinggi sekarang. Pengguna motor dan mobil belum sebanyak saat ini. Warga senang menaiki labi-labi. Sosialnya hidup. Penumpang mengobrol bersama teman dalam perjalanan pergi atau pulang ke kampus dan sekolah. Warga rame-rame menaiki labi-labi. Tidak ada pandangan bahwa warga yang naik labi-labi karena tidak sanggup membeli sepeda motor atau mobil. Banyak kenangan di sana. Kenapa? Sederhana saja. Karena yang naik labi-labi rame dan penumpangnya dari banyak kalangan. Jangan heran, berdasarkan penuturan pengusaha labi-labi, puncak dari bisnis mereka adalah di awal 2000-an, saat kota mulai tumbuh pesat tapi warga masih senang naik labi-labi dan kepemilikan kendaraan pribadi belum melonjak.

Kemudian, tsunami dan gempa 26 desember 2004 melanda. Seluruh kota hancur, tapi recovery kota banda aceh begitu cepat. sehingga di tahun 2009, lima tahun pasca gempa, infrastruktur dan demografi banda aceh telah kembali ke situasi semula. Situasi kota bahkan lebih baik karena besarnya dana donor. Dana donor angat besar sehingga bisa mengembalikan situasi kota seperti semula dan kualitas kota bahkan bisa ditingkatkan menjadi lebih baik. Perputaran uang sangat kencang. apalagi ditambah dengan MoU helsinki yang memberi dana pembangunan lebih untuk aceh melalui dana otonomi khusus. Pendapatan warga kota pada tahun 2010 telah bertambah tiga atau empat kali lipat dibanding 2004. Kota berhasil melakukan recovery, bahkan menjadi salah satu recovery paling cepat dan sukses dari bencana besar. Tapi, satu elemen kota gagal melakukan recovery, yaitu transportasi labi-labi.

Supir labi-labi kehilangan banyak moda labi-labi akibat bencana itu. Kerugian besar melanda labi-labi. Supir labi-labi sulit bangkit. Beberapa mencoba bangkit, tapi suli sekali. apalagi, kemudian sepeda motor dan mobil "menyerang".

Seiring meningkatnya pendapatan, selera transportasi warga berubah. warga mulai membeli motor dan mobil. Perkembangan kendaraan pribadi meroket. Pertambahannya hampir mencapai 10-12% per tahun. Dalam sekejap, Kota Banda aceh dipenuhi kendaraan pribadi. Argumen warga cukup rasional: labi-labi gagal meningkatkan kualitas pelayanannya. Situasi dalam labi-labi menjadi kurang nyaman. Jadwalnya tidak teratur. Waktu perjalanannya lama karena menunggu dan menurunkan penumpang. Namun, tuntutan meningkatkan pelayanan labi-labi memang sulit dilakukan: bagaimana meningkatkan pelayanan sementara pendapatan labi-labi berkurang akibat ditinggalkan warga? Hal ini menjadi dilematis.

Situasi ini membuat labi-labi semakin ditinggalkan warga kota Banda Aceh. Sehingga dari 1000-an labi-labi terdaftar di awal tahun 2000-an dengan diperkirakan ratusan diantaranya beroperasi harian, jumlah labi-labi sekarang hanya tinggal 340-an labi-labi terdaftar dan hanya sekitar 80 labi-labi beroperasi harian. Sebagian besarnya beroperasi hanya di jam puncak. 17 rute di awal 2000 sekarang berkurang menjadi sekitar 7-8 rute yang dilayani labi-labi. Tingkat okupansi di peak hour hanya mencapai kurang dari 50%. dengan kata lain, dari kapasitas 12-14 tempat duduk, hanya sekitar 6-7 orang yang terisi per perjalanan di peak hour (7-9 WIB pagi) dan (16-18 WIB petang).

Jika dulu labi-labi dilihat sebagai primadona bagi penumpang angkutan umum. sekarang dilihat sekedar sebagai transportasi pilihan akhir bagi warga yang tidak bisa memiliki kendaraan pribadi. Hal ini menunjukkan bahkan labi-labi tidak lagi menjadi primadona Kota Banda Aceh. Pesonanya memudar.

(bersambung)
Selanjutnya.. "serangan" kendaraan pribadi.

Coin Marketplace

STEEM 0.35
TRX 0.12
JST 0.040
BTC 70601.11
ETH 3576.21
USDT 1.00
SBD 4.78