Aceh: Daerah Modal dan Perjuangan Kemerdekaan
Photo dari google
"Alangkah baiknya jika Indonesia mempunyai kapal udara untuk memperkuat pertahanan negara dan mempererat hubungan antara pulau dengan pulau" kata Presiden Soekarno dalam pertemuan di Aceh Hotel pada tanggal 16 Juni 1948 saat melakukan lawatan di Aceh.
Kontan kalimat penggugah itu tersimpul jadi rembukan strategis bagi masyarakat Aceh yang dipelopori oleh pengusaha/saudagar dalam wadah GASIDA (Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh). Subhanallah...hanya dalam dua hari, masyarakat Aceh berhasil mendulang pundi-pundi uang sebanyak 130.000 Straits Dollar.
Uang setebal itu mampu membawa pulang dua unit pesawat Dakota. Memang, tidak langsung dapat mengudara saat itu jua...sebab masih dalam proses pembelian dan butuh waktu tiga bulan lamanya. Pesawat idaman rakyat Aceh sebagai wujud perjuangan kemerdekaan tiba di tanah air pada akhir Oktober 1948.
Pesawat diberi nama "Seulawah" dengan nomor registrasi RI-001 sebagai persembahan dan penghargaan tinggi kepada rakyat Aceh atas kesetiaan, keikhlasan, serta pengorbanan maha dahsyat terhadapan keutuhan kemerdekaan bangsa Indonesia. Alhamdulillah pada November tahun yang sama burung besi ditumpangi oleh Wakil Presiden Muhammad Hatta dalam rangka keliling Sumatera. Take off dari Yogyakarta-Jambi-Payakumbuh-Banda Aceh dan kembali lagi ke hanggar di Yogyajarta dengan menempuh jalur yang sama.
Photo dari google
Selain Dakota dengan tulisan "Seulawah" yang tertera pada dinding bagian luar pesawat, masyarakat Aceh masih memiliki aset lain dalam penegakan dan penyebaran informasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh antero nusantara.
Ya, Radio Rimba Raya namanya. Radio yang terletak di Kampung Rimba Raya, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh menjadi penyambung lidah informasi akurat yang berguna untuk mengalahkan propaganda lawan, penyampaian berita penting hingga intruksi-intruksi segera yang dibutuhkan baik dalam maupun di luar negeri. Kebutuhan informasi dalam negeri diperuntukkan bagi seluruh komponen perjuangan kemerdekaan baik militer maupun kelompok sipil. Sementara luar negeri, ada perwakilan-perwakilan di Penang, Singapura, serta Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York.
Photo dari google
Dengan perjuangan berat, pemancar yang memiliki kekuatan 1 kilowaat masuk ke Aceh dari Malaya dengan melewati jalur yang dijaga ketat penjajah Belanda di Selat Malaka. Pemancar Rimba Raya berhasil menghubungkan dengan pemerintah darurat di Bukit Tinggi, serta dengan kepala angkatan bersenjata Indonesia di Jawa.
Dua hal ini yang menjadi Aceh dikenal sebagai daerah modal, walau masih ada hal yang lainnya dan akan ditulis pada masa akan datang. Entitas pesawat sebagai penyambung perjuangan dan mewujudkan kepastian pemerintah yang tetap ada ditengah-tengah bangsa. Sedangkan Radio Rimba Raya, sebagai penerang dan penyampai misi-misi perjuangan kemerdekaan agat diketahui seluruh masyarakat se-nusantara.
Ada kebanggaan mendalam sebagai rakyat Aceh, bahwa nenek moyang kita dahulu ternyata pejuang sejati dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. Pejuang sejati tidak hanya mengorbankan harta, benda, tetapi diri sendiri serta jiwa diwakafkan untuk tujuan mulia bagi negeri. Maka itu, sejarah mencatat bahwa Aceh bagian dari perjuangan kemerdekaan Indonesia Raya.
Kata Soekarno dalam kesempatan lain "JASMERAH" (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah).
2 in 1
Pu tengoh elclasico hinan?