Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta (Kumpulan Sajak Tere Liye)

Setiap orang pasti pernah mengalami jatuh cinta. Kemudian tanpa disadari ia akan berubah menjadi seorang pujangga dadakan, meskipun sebelumnya tidak pernah menyukai puisi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah satu penulis novel terbaik di Indonesia, Darwis Tere Liye, yang mengatakan bahwa para pecinta adalah pujangga terbaik yang pernah ada.

Tere Liye adalah penulis novel yang telah menerbitkan lebih dari dua puluh judul buku, dan kebanyakan hasil karyanya merupakan buku "best seller". Benar-benar penulis yang produktif. Namun apabila stemians ingin membaca karya tere liye tapi tidak terlalu menyukai novel, saya kira buku berjudul " Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu Tetap Cinta" ini bisa dijadikan sebagai pilihan untuk teman membaca. Karena ini adalah buku berisi kumpulan sajak yang dikemas dengan bahasa yang sangat mudah dipahami.

Buku ini pertama kali saya beli sekitar tiga tahun yang lalu, tepatnya tanggal 19 Agustus 2014. Saat saya membaca judul buku ini, yang terpikir di dalam benak saya adalah buku ini berisi tentang kisah patah hati. Namun saya keliru, buku ini berisi lengkap, tidak hanya tentang patah hati, melainkan tentang kebahagiaan dan juga kesedihan. Pokoknya buku ini perempuan banget.

Terdapat sekitar dua puluh empat judul sajak yang ada dalam buku ini. Setiap judul pada sajak juga diberikan gambar berupa ilustrasi yang membuat buku ini menjadi lebih hidup dan menggemaskan.

Salah satu sajak yang paling saya suka adalah sajak berjudul "Sendiri." Dalam sajak ini Tere Liye mengilustrasikan tulisannya dengan purnama dan gunung. Menurut Tere Liye kita sering menganggap bahwa purnama itu Indah namun bisa jadi dia mengalami kesepian dan kesendirian, yang mungkin hanya bisa menatap kita dari kejauhan. Begitu pula dengan gunung kokoh. Bisa jadi gunung kokoh yang kita lihat berdiri menjulang itu juga mengalami kesepian, yang sendirian menatap kita dari puncak yang tinggi.

Tere Liye mengajak kita untuk senantiasa bersyukur karena kita dikelilingi oleh keluarga dan sahabat-sahabat yang baik, sehingga kata Tere Liye bisa jadi kita adalah purnama yang indah dalam hidup ini dan menjadi gunung kokoh bagi orang-orang yang menyayangi kita dan kita sayangi.

Namun sayang, buku ini hanya berisi enam puluh sembilan halaman. Sehingga tanpa terasa, membaca sebentar buku ini sudah sampai pada halaman terakhir.

Itu saja yang dapat saya bagikan kepada stemians. Terimakasih sudah membaca tulisan ini. Saya menunggu kritik dan saran dari para stemians.