Lelaki Botak Itu Keren

@levycore beralih profesi jadi pencukur rambut

“Adoe, boleh nggak Adun botakin rambut?”

Suara laki-laki yang kupanggil dengan sebutan Adun (panggilan dalam bahasa Aceh untuk abang), terkesan hati-hati menyampaikan kalimat itu melalui telpon. Dia memanggilku dengan sebutan Adoe (panggilan dalam bahasa Aceh untuk adik).

“Adun ikut jadi peserta pelontosan bareng ya di acara peringatan Hari Kanker Sedunia?” Aku mencoba memastikan kepadanya.

“Iya, kok Adoe tahu? Adun ditantang sama Bos Adun untuk botakin rambut karena dia juga botakin rambut di acara itu.” Dia menjelaskan alasannya.

“Lho, kok gara-gara si Bos sih? Harusnya kan untuk solidaritas anak-anak kanker.”

“Iya, itu juga. sudah sejak lama Adoe ingin botakin rambut, jadi di moment ini tepat sepertinya.”

“Adoe sih nggak apa-apa, asalkan Adun nyaman dengan kepala botak.”

“Jadi, Adoe kasih ne? Nggak malu nanti jalan sama Adun yang botak?”

“Ye.., ngapain malu coba. Lelaki botak itu keren lo.”

“Alhamdulillah, terima kasih ya. Emang kamu luar biasa hehehe.” Lelaki yang meneleponku senang luar biasa mendapat respon baik dariku.

Kebanyakan mungkin laki-laki berpikir bahwa ketika dia botak akan mengurangi kegantengannya. Sehingga mengurangi rasa percaya diri, terutama saat berhadapan dengan lawan jenis. Sebenarnya yang dilihat perempuan bukanlah seberapa klimis rambutnya atau serapi mana dia menata rambut, tapi bagaimana dia berpenampilan seadanya penuh percaya diri tanpa dibuat-buat untuk menjadi seperti orang lain.

Bagiku kesediaannya untuk membuang rambut kepala yang menjadi mahkota itu sebuah aksi yang berani, karena tidak semua lelaki mau melakukannya. Mungkin karena aku sudah menyetujuinya sehingga tidak ada lagi yang perlu dicemaskan, toh masih ada aku yang mau sama dia hehehe. Itu sih, mungkin. KePD-an banget sih aku kwkwkw.

---

Hari yang ditunggu pun tiba. Hari di mana semua anak penderita kanker berkumpul untuk memperingati Hari Kanker Sedunia. Tidak hanya penderita kanker, tetapi juga dihadiri oleh komunitas seperti Komunitas Steemit Indonesia (KSI), komunitas Dron, kampung dongeng, Darah Untuk Aceh (DUA), dokter dari RSUDZA, Dinas Kesehatan, dan tentunya juga dihadiri oleh ketua Yayasan Kanker Indonesia Aceh Ibu Darwati Agani.

Baca juga tentang Alasan Adanya Peringatan Hari Kanker Sedunia

Sejak pagi dia sudah menunggu di panggung utama. Sebelum itu rupanya dia donor darah dulu karena jadwal donornya yang sudah tiba.

“Gimana, masih terasa sakit sehabis donor tadi?” Aku melihat ada plaster di tangan kirinya bekas tusukan jarum untuk menghambat keluarnya darah.

“Ngak terlalu sih, tapi lebih sakit kalau Adoe nggak datang hari ini.”

“Yeee, pagi-pagi sudah gombal.”

“Kan pengalihan, supaya rasa sakitnya hilang.” Dia pun tersenyum melihat gayaku yang salah tingkah.

Aku mengalihkan ke topik lain. “Adun yakin mau plontos hari ini? Ntar Adun kayak anak-anak itu lo” sambil menunjuk anak-anak penderita kanker yang menggunakan kupluk rajut sumbangan komunitas rajut dari Bandung.

Sumber

Sesekali mereka membuka kupluknya, terlihat jelas kulit kepalanya yang licin tanpa ditumbuhi sehelai rambut. Mereka botak bukan kerena keinginannya, tapi karena efek kemoterapi yang dijalaninya selama terapi kanker.

“Ya, nggak apa-apa. Nantikan juga tumbuh lagi. Adun mau merasakan bagaimana hidup dengan kepala botak seperti yang mereka alami.” Dia memandang anak-anak yang duduk manis di kursi di atas panggung utama.

Aku kagum mendengar jawabannya yang bijak, ternyata ada juga laki-laki yang peduli dengan kegiatan seperti ini. Tentunya nggak langsung kubilang dong. Masak kagum langsung bilang ke orangnya, ntar dia ke gr-an lagi.

Kami pun beranjak ke tempat cukur rambut, setelah salah seorang dokter mencukur satu peserta plontosan secara simbolis di atas panggung.

Sumber

Dia melihat rata-rata yang ikut plontosan sudah berumur alias Om-om dan Bapak-bapak. Hanya dia yang usianya lebih muda dibandingkan yang lain. Tiba-tiba ada seorang anak usia 10 tahun yang juga ikut pelontosan diajak oleh ayahnya. Dia pun kembali bersemangat dan setelah giliran anak itu dia maju untuk menanggalkan mahkota yang ada di kepalanya.

Saat gilirannya itulah ternyata banyak yang sekadar eksis untuk foto. Termasuk Bang @levycore (Kurator Steemit Indonesia) berpose menjadi tukang cukur.

Aku tak sanggup menahan tawa melihat rambutnya yang sebelah lagi belum habis dicukur. Apalagi saat tukang cukur itu mengerjainya dengan memperlihatkan rambutnya di cermin yang tinggal sebelah lagi belum dipotong. Menimbulkan gelak tawa penonton yang ikut menyaksiakan plontosan masal itu.

Kini dia tampil dengan kepala botak menyisakan rambut-rambut kecil yang mencuat dari permukaan kulit kepala.

“Rupanya panas juga ya kalau botak, menusuk banget terik matahari ke kepala.” Dia menggosok-gosok kepalanya yang sudah plontos itu.

Aku tertawa geli melihat tampilannya, tapi menurutku itu keren karena mau mengorbankan rambut untuk aksi solidaritas. Tidak semua cowok mau melakukannya. Banyak alasan pastinya, bla, bla, bla, ini, dan itu saat kutanya kenapa tidak ikutan plontos.

“Nah, sekarang apa yang Adun rasakan dengan tampilan plontos seperti ini?”

“Rasanya sih biasa saja, kepala terasa sedikit enteng karena tidak ada lagi rambut. Jadi bisa lebih hemat karena tidak perlu lagi mengeluarkan duit untuk beli sampo.” Dia selalu saja membuatku tertawa dengan jawaban konyolnya itu.

Tapi, kadang jawabanya juga membuatku kagum yang berhasil menaruh perhatianku kepadanya.

“Walau pun Adun botak, tapi juga nggak ikut menyembuhkan mereka kan? Adun merasa ini tidak ada apa-apanya dibanding mereka yang berjuang melawan rasa sakit.” Dia pun sedikit sedih ketika mengingat kembali senyuman anak-anak yang rata-rata berkepala botak itu.

“Walau pun Adun tidak berperan banyak, tapi hari ini Adun telah mengukir satu senyuman untuk mereka. Lihatlah tadi senyum Nurul saat Adun dicukur, paling tidak telah membuat bahagia mereka hari ini.” Aku memberinya semangat karena apa yang dilakukannya sudah menjadi bagian kepedulian untuk mengsuport penderita kanker.

“Adun keren lo dengan penampilan seperti ini. Meskipun Adun botak, tapi hatiku tidak akan beralih ke lelaki lain.” Tawanya pun pecah mendengar godaanku yang jarang terlontar secara blak-balakan seperti itu.

Pelepasan balon ke udara, berharap semua penyakit anak-anak penderita kanker bisa terbang bersama balon-balon tersebut.