Menumbuk Kopi (Traditional Coffee)
Kalau dikaitkan dengan perkembangan saat ini, ketika banyak hal serba instan, mungkin menumbuk kopi (sendiri) akan terlihat atau terkesan ketinggalan jaman. "Ngga efektif babar blass", bisa dibilang begitu.
Tapi, tidak dipungkiri. Hal itu terjadi saat ini. Dirumah kami. Sore ini bersama keluarga dirumah Menumbuk kopi sendiri, (sebenarnya bukan saya sendiri, tapi Mba Yu ;) sebagai simpanan untuk dikonsumsi sendiri atau ketika ada tamu, keluarga ataupun tetangga.
Kopi lokal. Kata orang Kopi Candiwulan
Didesa kami, memetik kopi hal yang biasa. Walaupun tidak banyak, tapi bisa untuk konsumsi sendiri. Jika hasil banyak bisa dijual ke pasar.
Memetik kopi sendiri di sawah atau bisa dibilang tegalan yang memang tidak rutin. Karena disana hanya ada beberapa pohon kopi saja dj pinggir pekarangan.
Setelah kopi kita petik, kemudian kopi tersebut dibuang kulitnya, kita jemur sebelum akhirnya kita goreng atau di sangrai ? di "sangan". Sangan merupakan sebuah tempat seperti wajan yang terbuat dari tanah liat.
Setelah semua proses selesai, semua kopi sudah digoreng kemudian biji-biji tersebut di tumbuk. Kita siapkan lumpang dan alu sebagai alat untuk menumbuk. lumpang tempat menumbuk, dan alu sebagai alat tumbuknya.
Memang karena ditumbuk manual, jadi tidak terlalu lembut. Tapi, kata penikmatnya disitulah sensasi kopi berasal.
Ditempat kami, kopi lokal ini lebih disukai daripada kopi sachet yang beli diwarung.