Pedang Perang warisan ayahandaku

Salam steemania semua
Mudah-mudahan dalam keadaan sehat wala'fiat

Pedang ini adalah peninggalan ayahandaku, suatu hari aku bertanya kepada beliau :
Aku : ayah....... kenapa ayah mempunyai sebuah pedang yang unik ini ?
Ayah : ini bukan pedang unik anakku, tetapi ini adalah pedang berperang pada masa penjajah dulu.
Aku : oooooo aku tercengang, rupanya ayahandaku pernah berperang tempo dulu
Ayah : tetapi anakku pedang ini ayahanda beli pada tanggal 14 januari 1948.

Setelah mendengar cerita tersebut aku merasa terharu sekali.
Pada tahun 1999 aku baru tamat sekolah menengah atas, saat itu komplik antara Pemerintah Indonesia dan GAM pecah di Aceh,
Ayahandaku teringat kembali tentang pedang bersejarah tersebut maka suatu ketika diajaklah aku untuk menyembunyikan pedang tersebut, karena takut akan dirampas oleh orang lain.
Aku dan ayahandaku membungkus pedang dengan rapi supaya suatu saat bisa digunakan kembali, kemudian kami menyembunyikan dikandang ayam untuk menjaga keamanan si pedang.
Setelah sekian lama komplikpun selesai dan damai dengan ditandatani MOU Helsinki.
Pada tahun 2004 terjadinya gempa dan tsunami yang begitu dahsyat dibumi serambi mekkah (aceh), saat itu ayahandaku berada di banda aceh untuk mengantar jamaah haji.
Ayahanku terkena musibah gempa dan tsunami tersebut sehingga beliau meninggal dan alhamdulillah jenazah diketemukan oleh abang aku yang berada di banda aceh, saat itu aku berada dikota lhokseumawe aceh indonesia sedang nenimba ilmu.
Hatiku merasa tidak enak saat itu kemudian habis subuh aku bergegas pulang kekampung untuk menjenguk keluargaku, sampai dirumah sudah banyak kerabat dan keluarga sedang berkumpul ternyata ayahandaku telah tiada. Aku tidak tahu sama sekali bahwa ayahandu meninggal tidak ada seorangpun yang bisa dihubungi karena pada saat itu seluruh jaringan telepon dan HP tidak terhubung.

Setelah sekian lama aku baru teringat kembali dengan pedang tersebut dan akhirnya pada tanggal 20 desember 2015 aku menemukannya dan sekarang sudah tersimpan dengan rapi.

Terima kasih
@teukukhaidir