Tradisi Boh Gaca Yang Masih Dilestarikan
Indonesia terkenal kaya akan budaya, salah satunya Provinsi Aceh, yaitu provinsi yang terletak dipenghujung pulau Sumatera ini juga memiliki beragam suku budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda.
Misalnya dalam melansungkan pernikahan, masyarakat Aceh yang masih kental akan budaya memakai adat istiadatnya sendiri yang dilalui oleh beberapa tahapan dimulai dari Ba Ranup (melamar), Ba Tanda (tunangan), Boh Gaca (Upara memakai inai atau tatto di beberapa anggota tubuh mempelai wanita), Akat nikah, Tueng Lintoe Baro (menerima mempelai pria dirumah wanita), * Preh Dara Baroe* (menerima mempelai wanita dirumah mempelai pria), dan yang Peusijuk (Ritual penyemangat dan pendingin kepada kedua pengantin).
Begitu pula halnya dengan upacara Boh Gaca (Memakai inai), yang dilakukan oleh pihak mempelai wanita sebelum melansungkan pernikahan yang pada kesempatan kali ini ingin saya bagikan kepada sahabat-sahabat steemit dimanapun anda berada.
Upacara Boh Gaca (menghias beberapa bagian tubuh wanita) adalah sebuah tradisi yang dilakukan turun-temurun sejak zaman dahulu dilakukan oleh masyarakat Aceh, hingga sekarang.
Upacara Boh Gaca ini sendiri dilakukan beberapa hari sebelum melansungkan acara Duek Sandeng (bersandingan diatas pelaminan), sekaligus acara Peusijuk (ritual mendoakan) sebagai simbol perpisahan antara mempelai wanita dengan keluarganya.
Boh gaca ini juga dipercayai oleh masyarakat aceh akan memperkuat aura yang dipancarkan oleh mempelai wanita ketika Duek Sandeng duduk banding atas pelaminan.
Adapun oen gaca yang dipakai untuk menghias sebagian anggota tubuh wanita di Aceh ini berbeda dengan inai yang dipakai pada umumnya, karna oen gaca ini terbuat dari oen gaca alami yang dihaluskan dengan Betee Seuneupeh (Penghalus alami yang terbuat dari batu) yang dikerjakan oleh nenek-nenek yang sudah spesialis dalam menghaluskan agar menghasilkan oen gaca yang halus dan mudah digunakan dan menghasilkan warna merah alami yang akan bertahan lama, berbeda dengan inai India dan Arab yang memiliki kekurangan cepat memudar dan bahkan ada yang tidak cocok dengan kulit sehingga menimbulkan efek gatal-gatal atau lainnya.
Dulunya upacara Meugaca ini sangat sakral di Indonesia dan Aceh khususnya, tapi akhir-akhir ini seiring berkembangnya zaman Meugaca sudah diadopsi oleh berbagi kalangan wanita pada umumnya sebagai alat kecantikan atau trend semata.
Pun demikian masyarakat Indonesia dan Aceh khususnya yang sampai hari ini masih terkenal sangat kental akan adat istiadatnya, upacara atau tradisi Boh Gaca di acara pernikahan tetap dilakukan sebagai bentuk pelestarian budaya.
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by subkiusman from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews/crimsonclad, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows and creating a social network. Please find us in the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
This post has received a 0.35 % upvote from @drotto thanks to: @banjo.
Needs to be taken care of and preserved to keep this culture alive in life in Aceh
Dan melalui steemit khazanah budaya nanggroe kita lestarikan dalam literasi.