Peran Jepang dalam Sebuah Ciuman Inter-Rasial

in #indonesia6 years ago (edited)

Penulis sekelas Azhari Aiyub mampu membangkitkan gejolak boga di lidah ketika mengisahkan rempah dalam kisah seresep masakan, Hikayat Asam Pedas. Tak cuma selera yang bangkit, amarah juga. Membayangkan betapa konflik (yang kini –secara formal– sudah jadi mantan) telah merenggut hak untuk menyeruput sesendok kuah asam pedas dari kuali yang berdaulat, dari perjuangan panjang Nek Sani.

Masakan dan makanan ternyata boleh ditulis sedemikian merangsangnya, hingga 2 naluriku bangkit beriring. Tak tahu mana yang lebih dahulu, selera atau marah pada pergolakan. Namun, marah akhirnya berkuasa di atas selera. Betapa miris membayangkan sedemikian durjana konflik menghambat kehendak sesederhana itu. Ketika konflik merenggut daulat paling sederhana dari tiap kita; menyeruput kuah asam pedas. Ketika negara tak cukup sabar menunggu, ketika prasangka demikian membelenggu.

Sebentuk belenggu berbeda tengah merasuk benak. Ketika pikiranku mengenang sebuah ciuman bergenre inter-rasial yang pertama kutonton. Permufakatan bibir yang terjadi antara Frank Farmer dengan Rachel Marron, perempuan yang menyewanya sebagai pengawal pribadi. Frank adalah mantan paspampres Amerika di masa Ronald Reagan. Setelah pensiun, ia memilih profesi pengawal pribadi bagi siapapun untuk mencari nafkah. Frank adalah orang terbaik di profesinya.

Sebelumnya ia tak pernah menerima order dari kalangan dunia hiburan. Asisten pribadi Rachel menghubunginya karena menemukan ancaman serius terhadap tuannya.

Setelah menghadapi paksaan dari asisten Rachel, Frank mempertimbangkan tawaran pekerjaan tersebut. Ia mengobservasi rumah calon kliennya. Menemukan betapa mudah menerobos rumah yang lebih cocok disebut istana tersebut. Rachel sendiri tak tahu bahwa nyawanya tengah terancam oleh seorang fans maniak yang sempat menerobos rumahnya dan bermasturbasi di ranjang kamar utama.

Setelah tarik-ulur yang alot dengan orang-orang di sekeliling Rachel, Frank menerima pekerjaan tersebut. Ia merombak total sistem keamanan semacam kamera, alarm, bahkan gerumbul semak dan naungan pohon di halaman rumah.

Ketika akhirnya Rachel mengetahui ancaman terhadap dirinya yang selaman ini disembunyikan oleh orang-orang di sekelilingnya, ia mulai memandang Frank secara berbeda. Padatnya jadwal di dunia hiburan membuatnya kehilangan momentum manusiawi. Sudah lama ia tak berkencan dengan lelaki. Akhirnya di suatu pagi ia mengajak Frank berkencan. Mulanya Frank menolak karena ia tak pernah mencampurkan pekerjaan dengan kesenangan dalam sebuah mangkok adonan.

Namun, pertimbangan keamanan jika membiarkan Rachel berkencan dengan lelaki lain, akhirnya ia luluh. Sebuah malam yang terselenggara dengan sebentuk kesepakatan tingkat perempuan-lelaki. Mereka makan malam di sebuah restoran burger biasa di pinggiran kota. Di penghujung kencan, mereka berdansa hingga Rachel sukses merayu Frank untuk menunjukkan rumahnya. Sebelum berkunjung ke rumah sang pengawal, mereka sempat menonton film Musashi. Frank telah 62 kali menonton film tersebut.

Tiba di rumah Frank, keduanya terlibat obrolan yang ringan tentang profesi masing-masing. Rachel menatap sebilah Katana yang menggantung di sebuah rak di dinding ruang. Ia mencabutnya, menebas kesana-kemari memperagakan adegan film yang baru ditontonnya. Ia menatap Frank, menghunusnya ke arah dada sang pengawal. Frank bangkit menyambut tusukan itu, maju 2 langkah. Rachel surut, tubuhnya menjemput sentuhan sang pengawal usai Frank menyingkirkan Katana dari tangannya dan mendaratkan selembar kecup panjang, basah dan dalam. Keduanya terpejam. Menurut pantauanku, 3 latar budaya terlibat dalam penyelenggaraan ciuman tersebut, Jepang yang diwakili oleh Katana, Rachel (Whitney Houston) mewakili Ras Negroid dan Frank yang menjadi representasi Ras Aria. Ciuman yang sungguh Bhinneka Tunggal Ika.

Entah akibat tuntutan skenario, tuntutan sutradara atau kehendak 2 pemeran utama, ciuman antara Frank dengan Rachel berlangsung 3 kali. Mereka tampak begitu menghayati hingga aku tak bisa membedakan apakah Frank yang gemas pada Rachel atau sebaliknya.


Demikianlah aku mencoba menggambarkan sebuah adegan ciuman dari film The Bodyguard (1992) sebagai pengembangan-bentuk objek penulisan bertema santapan.

image

Sort:  

bolehkah istilah 'ciuman bhineka tunggal ika' itu aku tulis di status fb-ku?

Silahkan, Han...

Aih, tulisan ini sukses membawaku ke masa2 'the body guard' trending dan menjadi sebuah film yg HARUS ditonton masa itu.

Ulasannya menarik, kalimat perkalimat teruntai padu, terkait hingga akhir. Love this!

Hahahahahaha...
Setiap Kakak singgah, selalu saja meninggalkan komentar yang menjejak di dalam batin. Terimakasih sudah sudi menyambang lapakku ini, Kak.

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.11
JST 0.031
BTC 69020.66
ETH 3731.25
USDT 1.00
SBD 3.65