Teungku Chiek di Reubee Nasibmu Kini

riodejaksiuroe (58)in #aceh • 6 years ago

‘ie na Pasang Surot, Angen Jipot Sige saho’ Dr. Husaini Ibrahim

Hari ini bersama jamaah Safari Subuh kabupaten Pidie kami mengunjungi makam Tgk Chiek di Reubee. Menurut kepala rombongan yang juga khatib Safari subuh Dr. Husaini Ibrahim, Teugku Chik di Bugeh –nama Lain Tgk Chik di Reubei- adalah keturunan Aceh yang membawa Islam ke Sulawesi. Orang Aceh yang membawa islam ke Sulawesi di Sebut Makassar, juga sebagai mana kita tahu sudah ada nama kota Makasar di sana.

Mantan Panglima Johor, sultan Abdul Jalil datang bersama Ali Al-Kaisar datang ke Sulawesi untuk menyebarkan Islam, panglima ini menikah juga dengan orang Bugis dan orang Aceh ini membantu Bugeh (Bugis) melawan dan mengusir Portugis yang menjajah Sulawesi.

Lokasi Makam Tgk Chiek Di Reubee

Orang Aceh yang membawa islam dan mengusir penjajah disana lalu sebut Daim atau penolong, karena logat, daim dalam perkembangannya menjadi Daeng. Saat Daeng Mansur berangkat haji dan sekembalinya dari tanah suci, beliau mendarat di Aceh dan tak kembali lagi ke Sulawesi, tapi beliau menetap di Aceh dan menikah dengan anak ulama di Reubee. Dari rahimnya lahir sepasang anak yang laki-laki bernama Zainal Abidin dan yang perempuan bernama Putroe Suni/ Siti Sani.

Putro Sani ini lalu dinikahi oleh Iskandar Muda dan dari beliau lahir Ratu Safiatuddin. Makam Putro Sani ini juga masih dapat diziarahi di Reubee. Dulu masih ada komplek istana di Reubee sebagai tempat istirahat para raja-raja dari Banda Aceh (Kuta Raja).

Nisan Ulama hanya dengan batu alam, bukti ketawadu'an

Teungku Chik di Reubee ahli dalam bidang pertanian bersama dua ulama lain yang disebut tiga serangkai yaitu Tgk Chik di Pase, Teungku Chik Trueng Capli dan Tgk Chiek Di Reubee. Sepakat ketiga ulama ini memikirkan apa yang bisa disumbangkan untuk masyarakat. Akhirnya diputuskan masing-masing membawa tongkat dan jalur yang digariskan oleh tongkat mereka di berbagai daerah menjadi cikal bakal irigasi di Pidie.

Tongkat Teungku di Bugeh diletakkan di dalam rumah peninggalan beliau yang kondisinya begitu menyedihkan

Disamping ulama besar yang juga menjadi guru agama Iskandar Muda mereka juga ahli di bidang pertanian sampai-sampai Belanda pun belajar dari mereka bagaimana pertanian yang baik. Sebagai penghargaan masyarakat bagi jasa beliau, setiap tahun di komplek pemakaman ulama ini di adakah khenduri blang. –kerbau khusus dicari yang kerbau bintang, ada tanda bintang di kepalanya, untuk disembelih dan dibagikan ke masyarakat sesudah di masak. Pidie menjadi surplus beras di masa kerajaan Aceh. Karena ada peran ulama yang ahli dalam bidang pertanian.

Rumah Adat ini atapnya sudah bocor

Sekarang beliau meninggalkan makam, Alquran yang ditulis tangan, tongkat dan peralatan makan dan rumah yang sudah dalam kondisi sangat menyedihkan. Atap rumah beliau bocor dan sama sekali tidak diperdulikan. Padahal ini aset daerah yang sangat penting untuk anak cucu kita untuk mengetahui sejarah mereka.

Kondisi rumah Atapnya sudah bolong, pilar sudah miring dan dinding juga bocor, kalau tidak cepat diselamatkan maka peninggalan sejarah ini bisa punah

Rumah Aceh yang berukir indah dan dindingnya yang masih alami ini sudah lapuk di makan rayap dan tak terawat. Tongkat Tgk Chiek yang menjadi cikal bakal irigasi untuk mengaliri air ke sawah ini seharusnya dibuatkan kotak kaca dan disini dibuatkan mesium sejarah yang layak dikunjungi wisatawan/ ahli sejarah.

Ukiran dengan seni yang sangat indah, mengalahkan mesium rumah Aceh di Banda Aceh

Pemerintah pernah berjanji membantu lemari untuk menaruh barang-barang peninggalan Tgk Chik, tapi sampai sudah ganti Bupati, lemari itu tidak kunjung tiba, ungkap keturunan Tgk. Chik yang menemani kami masuk ke rumah Peninggalan Teungku. Kami berharap ada kepedulian dari pemerintah agar ada inisiatif untuk merawat peninggalan Pidie yang sangat berharga ini.