Gosip Pagi, Aku dan Dua Temanku
Teman adalah bagian terpenting dalam hidup, itu selain keluarga inti. Bagiku, teman adalah indikasi bahagia atau tidaknya seseorang. Semakin banyak teman, maka akan semakin banyak pula butir kebahagiaan yang akan kita tuai. Maka dalam hidup berusahalah untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Dan jangan pernah berhenti untuk mencari teman.
Cerita soal teman, saya kenal dua anak manusia yang sekarang sudah saya sebut teman, bahkan sudah menjadi sahabat. Seorang bernama Diyus dan seorang lagi kupanggil Reza. Walau aku kenal mereka tidak dalam waktu yang bersamaan, tapi keduanya punya kesamaan hobi. Mereka rajin menulis dan rajin membaca. Jika beredar kabar kalau mereka rajin menabung, aku belum yakin.
Cerita Reza padaku, Diyus boleh disebut seorang filsuf, boleh juga dikategorikan dalam kamus berjalan. Karena menurut Reza, ada banyak istilah-istilah yang memenuhi jagad pikir temanku itu. Soal itu, aku sepakat dengan Reza, karena bukan sehari dua aku sudah kenal Diyus. Hampir genap dua puluh tahun aku intim dengannya.
Di mata Diyus, Reza juga bukan sosok sembarangan dalam dunia tulis menulis. Ada banyak pertanyaan dalam berbagai kesempatan yang Diyus diskusikan dengan lelaki sehobi dengannya. Itu bukti bahwa Reza juga punya bahan yang cukup untuk melayani hasrat Diyus. Seperti pernah di suatu pagi yang tenang, selepas hujan, Diyus sengaja memperdengarkan puisinya pada Reza dan berharap dikritisi.
Aku merasa beruntung karena pagi itu aku berada di antara mereka. Hingganya aku dengan jelas bisa mendengar bait puisi yang tinggi sastranya, dan banyak permisalannya. Jujur, ada banyak kata dalam bait yang tidak mampu aku cerna karena sedikitnya kosa kata yang aku simpan di ruang otakku. Aku hanya berani mendengar, tapi tidak berani berkomentar.
Kata Reza, puisi sekelas itu sangat diminati oleh majalah Tempo. Dan kalau di media lokal, rasanya belum layak untuk memuat puisi milik Diyus yang sarat makna dan kaya kata.
Sialnya aku, saat paragraf kelima tulisan ini sedang aku tulis, Reza muncul di belakangku. Secara sengaja ia sempat membaca namanya dalam tulisan. Ia mengancam akan flag apa yang aku tulis. Aku takut itu benar-benar ia lakukan, walau dalam hati kecil nan jauh di lubuk aku berharap itu jangan ia lakukan. Please deh..., jangan ya Reza.
Satu sial lainnya yang aku tidak ingin sekali sewaktu Diyus sudah menambah dan memproklamirkan namanya dengan lafaz agak mirip nama orang-orang Rusia, ada nof dan kov-nya. Semisal Kolashikov. Itu hal yang tidak pernah aku sangka-sangka. Masak sih seorang Sang Diyus bisa hilang kepercayaan atas namanya sendiri?. Ini tidak pernah terjadi sebelum. Ini pasti gosip belaka.
Sejauh ini perlu pula kutegaskan bahwa, walau bagaimanapun dan nanti menjelma dalam bentuk apapun, kedua nama makhluk yang kusebutkan di atas adalah teman yang telah menjadi sahabatku. Aku tidak akan berkecil hati kalau pun dengan tulisan ini mereka akan membenciku selama mereka mau.
Setelah tulisan ini kuselesaikan, maka ada peluang apa saja boleh terjadi, tapi mereka adalah sahabatku, tetap sahabatku. Cie..cie...[]
Hello @pieasant, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!