Jejak di pasir

Angin pantai berhembus lembut, membawa aroma asin laut yang khas. Di jalur kecil berpasir, sepasang sandal jepit tergeletak begitu saja, seolah baru saja ditinggalkan oleh pemiliknya. Matahari sore menyinari pasir keemasan, menciptakan bayangan panjang yang menambah kehangatan suasana.

Beberapa langkah di depan, seorang wanita berjalan perlahan, membiarkan kakinya tenggelam dalam pasir yang hangat. Ia membawa sehelai kain di pundaknya, sementara ombak di kejauhan berkejaran menuju pantai. Sesekali, ia menoleh ke belakang, memastikan bahwa jalur yang ia lalui masih menyimpan jejak kakinya.

Hari itu, ia memutuskan untuk membiarkan pikirannya melayang, seperti ombak yang datang dan pergi tanpa beban. Sandalnya sengaja ia lepas di tepian jalur ini, membiarkan kulitnya bersentuhan langsung dengan bumi. Ada sesuatu yang begitu membebaskan saat berjalan tanpa alas kaki, seolah menyatu dengan alam, merasakan setiap butiran pasir yang menyentuh telapak kakinya.

Di kejauhan, lautan menunggu. Matahari semakin condong, mewarnai cakrawala dengan semburat jingga yang memukau. Wanita itu tersenyum. Hari ini, ia memilih untuk menikmati momen, melupakan kesibukan, dan membiarkan dirinya tenggelam dalam ketenangan pantai yang abadi.

Dan sandal itu? Mereka akan tetap di sana, menunggu pemiliknya kembali—atau mungkin, menikmati kebebasan mereka sendiri di bawah sinar matahari.