Kisah Mahasiswa di Perantauan

Sumber

SEBAGAI seorang mahasiswa, disibukkan dengan beragam tugas adalah sebuah keniscayaan. Seperti saya, setiap hari nyaris tidak ada waktu berlalu tanpa ada tugas dari dosen. Kadang kala saya merasa waktu yang berlalu nyaris tak sebanding dengan jumlah tugas yang ada. Tidur larut malam, bahkan hingga pagi hari merupakan rutinitas yang berlangsung tujuh hari dalam sepekan.

Kadang kala setelah leleha menyiapkan begitu banyak tugas, besok pagi harus menghadapi ujian untuk mata kuliah lain. Berbeda sekali dengan saat saya masih duduk di bangku SMA, sesibuk apapun, sebanyak apapun tugas yang diberikan guru, rasa-rasanya tetap masih ada waktu luang untuk sekadar berehat dan membuang penat.

Namun sekarang, semuanya begitu berbeda. Selain materi pelajaran yang begitu berat, jumlahnya juga begitu banyak. Saya benar-benar merasa kelimpungan untuk bisa menghadapinya secara baik.

Sumber

Sering kali saya bertafakur sendiri di kamar. Tapi akhirnya tersadar juga bahwa apa yang saya alami saat ini tentu juga dialami oleh pendahulu saya. Mereka pasti juga jatuh bangun dalam mengahadapi mata kuliah dan pelbagai problematika lainnya sebagai seorang mahasiswa.

Ayah saya pernah mengirimkan pesan seperti itu pada nomor whatsapp saya. “Apa yang kamu alami hari ini, juga dirasakan oleh kakak kelas mu sebelumnya. Bila mereka bisa melaluinya dan lulus dengan baik, Insya Allah kamu juga bisa,” tulisnya.

Pesan itu merupakan balasan dari pesan yang saya kirim sebelumnya. Saya curhat tentang beratnya jam belajar di sini.

Benar kata Ayah saya, bila kakak-kakak kelas saya bisa menyelesaikan semuanya, hingga kemudian mereka lulus dan pulang ke tanah air, mengapa saya tidak bisa. Untuk itu sahabat Stemians, doakan agar saya tetap sehat dan kuat menghadapi semua beban ini. Perjuangan baru dimulai, dan semoga saya bisa tiba di garis finis dengan selamat.

Salam dari Kuala Lumpur,

@nadya