Nafsu yang Tak Mudah Dikendalikan

in #life6 years ago

Kita terbiasa melawan hawa nafsu dalam dalam berpuasa. Tapi ada dua nafsu yang sulit dilawan, dan kita kerap kalah karenanya. Apa saja?

image
Ilustrasi: Pixabay

Sudah lazim kita dengar bahwa Ramadan menghendaki kita melawan hawa nafsu. Perang terbesar dalam diri kita adalah melawan hawa nafsu. Sebab, ini tidak mudah. Nabi Adam AS "dideportasi" dari surga ke bumi karena tidak kuat melawan hawa nafsu untuk memakan buah kuldi. Jika tidak, mungkin sejarah manusia akan berbeda: kita semua (mungkin) hidup dan tinggal di surga, yang tenang dan penuh kedamaian, bukan di bumi yang penuh gejolak dan kerap diliputi keributan bahkan perang.

Maka Nabi Muhammad SAW menyebut dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Ibnu An-Najjar dari Abu Dzarr, Abu Nu’aim dan Ad-Dailami bahwa: Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad [berjuang] melawan dirinya dan hawa nafsunya). Lalu, Syaikh ‘Abdur-Razaq bin Abdul-Muhsin Al-Badr –hafizhahullah– mengatakan, ”Jika kaum Muslimin melalaikan jihad melawan diri sendiri, mereka tidak akan mampu jihad melawan musuh-musuh mereka." Dengan demikian jelas bahwa melawan hawa nafsu bukan hal sepele.

Kita, umat muslim, sudah terbiasa untuk melawan hawa nafsu ketika berpuasa yakni tidak makan, tidak minum, tidak melakukan hubungan suami-isteri, tidak membicarakan keburukan orang lain (bergunjing), tidak melihat dan tidak mendengar sesuatu yang berpotensi mengurangi bahkan membatalkan puasa, dan seterusnya. Kita sudah tebiasa mengendalikan semua panca indra untuk untuk ikut berpuasa.

image
Foto: Doyan Resep

Namun ada nafsu lain yang sulit dilawan, dan celakanya, kerap menguasai kita. Pertama, nafsu makan. Menjelang berbuka, kita selalu bernafsu untuk membeli apa saja sebagai penganan dan makanan berbuka. Seolah semua makanan dan minuman terlihat enak dan ingin kita beli untuk dimakan nanti pada saat berbuka. Akibatnya, meja makan kita penuh dengan berbagai makanan dan aneka minuman. Apakah kita sanggup menghabiskan semuanya? Tentu saja tidak. Itu hanya hawa nafsu sesaat.

Padahal Nabi Muhammmad sudah memberi contoh yang sangat baik dan sederhana: membuka puasa dengan sebutir kurna atau segelas air. Ini seperti diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

“Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka puasa sebelum melakukan sholat magrib dengan ruthob, jika tidak ada ruthob (kurma basah) maka beliau berbuka dengan beberapa butir tamr(kurma kering) dan jika tidak ada tamar maka beliau meminum beberapa teguk air putih”.

Kedua, nafsu belanja. Jauh-jauh hari, ketika Lebaran masih sangat jauh, nafsu belanja kita menjadi luar biasa untuk menghadapi Lebaran. Kita bisa membeli apa saja, mulai dari pakaian hingga berbagai tetek-bengek lainnya. Begitu melihat pakaian bagus sambil jalan-jalan di mall (baik mal nyata maupun mall online), kita tidak bisa menahan diri untuk membelinya. Begitu melihat iklan produk telepon genggam baru, sebagian dari kita segera memesannya.

image

Ilustrasi: Sebandung

Boleh jadi ini terkait dengan anggapan klasik -- yang tentu saja tidak benar -- bahwa pada saat Lebaran kita harus memiliki pakaian baru dan hal-hal baru lainnya. Jika tidak punya pakaian baru seolah Idul Fitri tidak jadi. Setidaknya, kita akan "minder" (bahkan sedih) jika tidak mampu memenuhi (membeli) pakaian baru untuk Lebaran. Sehingga kita memaksa diri berutang sana-sini demi memiliki barang-barang baru itu.

MI | DEPOK, 17 Mei 2018
MUSTAFA Ismail
@musismail

#kultum #ramadan #ramadhan #ramadhan2018 #refleksi #renungan #hadis #hadist #jihad #puasa #nafsu

Sort:  

Nafsu ngopi dan rokok kok gak disebut, Pak? :D

nafsu nongkrong termasuk sulit dikendalikan haha

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 64359.49
ETH 2619.41
USDT 1.00
SBD 2.83