Di Balik Nama Khalida Zia Karima, Anak Perempuan Saya

Ketika masih berumur hitungan jam

SAYA memberi sebuah nama kepada anak bukanlah sekadar untuk memiliki sebuah nama, namun jauh berlika-liku dengan latar belakang dan makna untuk kebaikan dari dunia sampai akhirat.

Memberi nama untuk anak, kususnya berjenis kelamin perempuan sudah terpikirkan dalam benak saya sejak sekolah MAN dulu. Di mana ketika itu sempat mendengar ceramah dalam sebuah mimbar menceritakan secara ringkas kisah sahabat Rasulullah dari kalangan perempuan bernama Asy-Syifa Al-Adawiyah.

Beliau tidak lain adalah guru Hafshah binti Umar bin Khaththab, istri Rasulullah Saw. Selain pintar menulis dan membaca, Asy-Syifa juga ahli dalam bidang pengobatan dengan ruqyah, sesuai dengan namanya dalam bahasa Arab berarti penyembuh.

Dan, suatu ketika pernah meminta kepada Rasullah Saw untuk mengumandangkan azan di masjid, namun Rasullah melarangnnya dan menyuruhnya agar menjadi imam shalat saja bagi kalangan perempuan lainnya.

Dari cerita sosok perempuan itu, terketuk hati saya menyimpan nama tersebut dengan rapat untuk seorang bayi perempuan ketika saya kelak punya buah hati perempuan.

Namun nama itu tidak hanya satu kata saja, melainkan saya kolaborasikan dengan nama belakangnya Khalida Zia, sehingga menjadi Khalida Zia Asy-Syifa. Sementara sosok Khalida Zia, dasarnya adalah Begum Khaleda Zia. Dia adalah tokoh perempuan yang menjadi Perdana Menteri Bangladesh selama dua periode, mulai periode 1991-1996 dan periode 2001-2006.

Pertimbangan lain, nama Khalida tanpa Zia adalah dari sosok Khalid bin Walid. Nama Khalid untuk nama laki-laki dan nama Khalidah atau Khalida untuk nama perempuan. Khalid bin Walid atau Khaled bin Waleed adalah sahabat Rasulullah Saw sekaligus panglima perang yang dikenal keberaniannya dalam membela agama Islam.

Ketika berumur 4 bulan 20 hari, 11 Juni 2017

Singkat cerita, tahun berlalu sampai saya menemukan seorang istri tercantik, keibuan, lemah lembut, tentunya selalu menjaga aurat, namanya Rima Meutia binti Muhammad. Ketika dia hamil, kami mulai mendiskusikan nama untuk calon bayi. Bahkan diskusi itu ikut melibatkan keluarga.

Hasil dari diskusi-diskusi itu, dari nama awalnya Khalida Zia Asy-Syifa berubah menjadi Khalida Zia Karima. Hanya Asy-Syifa berubah menjadi Karima. Lantas apa di balik nama itu? Khalida sendiri selain nama tokoh-tokoh juga memiliki arti dalam bahasa Arab “abadi”. Sementara Zia juga dalam bahasa Arab memilki arti “bersinar”.

Lalu Karima, awalnya secara kebetulan cocok dalam penggabungan dari penggalan nama depan saya dan nama belakang istri saya, yaitu Kamal serta Rima dan menjadi Karima.

Namun sesungguhnya, Karima itu adalah bentuk lain dari Karim, salah satu dari 99 nama Asmaul Husna dan memiliki arti “kemuliaan”. Ketika nama itu dilekatkan kepada perempuan, maka menjadi Karimah atau Karima. Alasan kami tidak memakai huruf H, karena pada Khalida juga tidak memakai huruf H, sabagai penunjuk nama dianya perempuan.

Maka anak saya memiliki nama lengkap Khalida Zia Karima binti Mustafa Kamal dengan artinya “perempuan yang abadi dan bersinar kemuliannya”. Kami mendoakan, dia agar selalu mulia di sisi Allah dari dunia sampai akhirat kelak. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Saat ini, umurnya sekitar enam bulan lebih--masih lucu-lucunya, baik tingkahnya, ocehannya, geraknya, dan lainnya. Bahkan dia sudah bisa merangkak pelan-pelan. Dek Zia, begitu kami memanggilnya, lahir di Seunudon, Aceh Utara pada malam Senin, 24 Rabi'ul Akhir 1438 Hijriah atau bertepatan Minggu malam, 22 Januari 2017 sekitar pukul 20.00 WIB.

Ketika berumur 6 bulan 6 hari, 28 Juli 2017

INI KISAH SINGKAT ANAK SAYA, BAGAIMANA KISAH ANAK, ADIK ATAU KEPONAKAN ANDA? JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRA TELAH VOTE, RESTEEM DAN KOMENTARINYA... Jangan lupa follow saya @musththafakamal