Capung Seharga 2 Juta

Teman-teman, dua hari lalu seekor capung hinggap di daun tin yang saya tanam di dalam pot di depan rumah. Capung yang tidak saya ketahui jenis kelaminnya itu terlihat tidak terusik dengan kehadiran saya. Ia tetap hinggap sembari angin mengayun tubuhnya yang ringan.

Seorang tetangga bertanya apa yang sedang saya lakukan, ketika dia melihat saya memotret sembari membungkukkan badan di depan perdu tin yang sedang berbuah. Saya menjawab sekenanya saja bahwa sedang memotret capung dua juta rupiah.

Rupanya ia penasaran karena saya menyebutkan angka dua juta. Tetangga saya itu segera mendekat dan kembali bertanya "Kok bisa mahal sekali, capung jenis apa itu? Capung langka? Atau, jangan-jangan seperti hoax harga tokek yang katanya bermiliar-miliar itu."

Saya tertawa dan mengatakan, saat ini distorsi informasi kerap membuat kita sesat berpikir bahkan sesat dalam mengambil kesimpulan. Para agen sabu melakukan money laundry dengan memainkan harga batu akik Aceh Bebetapa tahun lalu. Harga batu cincin pun meroket hingga ratusan juta. Namanya pun keinggris-inggrisan seperti blackjade, nephrite, solar, etc.

Ujung-ujungnya, begitu mereka sukses melakukan money laundry, harga batu kembali ke asalnya, yaitu hanya seharga satu bungkus nasi dengan menu ayam rendang.

Para penjahat bermodal besar dan usahawan besar, kerap memainkan sesuatu yang luar biasa untuk menarik perhatian khalayak yang kemudian para awam bersedia mengeluarkan uang tabungan mereka hanya untuk ikut merebut mimpi menjadi kaya dengan cara tak perlu bekerja keras. Walau banyak yang harus menangis darah setelahnya, tapi peristiwa yang sama selalu berulang dengan komoditas yang berbeda.

Tetangga saya tertawa ketika mendengar penjelasan tersebut. Ia tentu tidak membutuhkan hal tersebut, saya pun merasa tidak perlu menjelaskan hal itu. Tapi ya sudahlah, semuanya sudah tersampaikan. Perihal capung itu seharga dua juta, Karena dia hinggap di daun tin yang satu batangnya seharga dua juta.

Dalam hal ini bila diumpamakan seperti mengapa harga mahar anak orang kaya, lulusan sekolah perawat, atau PNS dinas tertentu lebih mahal dari mahar misel keumumuman. Itulah ukuran yang dibuat oleh manusia di dunia, mahalnya mahar karena sandaran yang dianggap wah. Walau kualitas selalu tidak punya korelasinya dengan sandaran.