Bahaya Wahabi, Gerakan Penganutnya dan Ketololan Orang Kota
Ada banyak faksi dalam tubuh Wahabisme. Dari yang paling keras hingga moderat. Yang paling keras dapat dilihat pada diri ISIS dan beragam bentuk terorisme berkedok Islam lainnya. Meski menolak orientasi salafi Wahabi dan Hizbut Tahrir dan tidak setuju dengan militansi Ikhwan, wajah Wahabi moderat tentu saja terdapat pada wajah gerakan modernisme Islam yang diusung oleh Jamaluddin Afghani dan Muhammad Abduh, dimana muridnya Abduh, Rasyid Ridha bersimpati pada gerakan permurnian tauhid ala Kerajaan Saud, hingga kemudian muridnya Ridha di Darul Ulum, yaitu Hasan al-Banna mendirikan ikhwanul Muslimin. Dan wajah lain Wahabisme terdapat pada tubuh Hizbut Tahrir.
Jadi ada empat wajah Wahabisme, masing-masing terdapat pada tubuh ISIS, Gerakan Modernisme Islam, Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir.
Mereka berbeda, tentu saja. Akan tetapi keempat-empatnya mendasarkan diri pada basis doktrin ideologi Ibn Taimiyah, seorang ulama Mazhab Hanbali abad ke-13 yang tekstualis, absolutisme, kerap memutlakkan pendapat dan mempopulerkan budaya takfiri. Dia sering sekali menuduh sesat dan mengkafirkan ulama lain misalnya seperti Ibnu Arabi. Lantas beberapa abad kemudian, doktrin Ibn Taimiyah tampil begitu mematikan di tangan duo Muhammad Ibn Abdul Wahab dan Muhammad Ibn Saud (pendiri Dinasti Saud). Hasil dari rahim doktrin Ibn Taimiyah plus kolaborasi Muhammad Wahab dan Saud, kemudian lahirlah apa yang kita kenal sekarang sebagai Wahabisme.
Jadi ISIS, Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir, mereka memang berbeda, akan tetapi mereka disatukan oleh benang merah fikrah dan harakah, ideologinya sama namun cara pengimplementasiannya berbeda. Yang patut dicatat adalah semua mereka mengusung agenda purifikasi Islam, mengibarkan bendera pemurnian tauhid atau pengislaman kembali orang Islam, sering meneriakkan bid'ah, cenderung harfiah dan tekstualis, dan meyakini Syumuliyatul Islam dalam aplikasi politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Itulah mengapa ISIS berlaku sadis sebab mereka meyakini orang-orang di Suriah dan orang-orang Islam di dunia, sesat, halal darahnya, makanya teror yang dipraktekkan dianggap sebagai jihad. Ikhwanul Muslimin menolak kekerasan seperti yang ISIS lakukan, mereka memilih jalan politik. Mereka orang-orang Ikhwan menerima negara nasional, akan tetapi harus diislamkan dulu (Islam versi mereka) melalui regulasi dan kebijakan, dan ini mereka tunjukkan melalui perjuangan Parlementer. Meskipun demikian dalam menjalankan ambisi politiknya, Ikhwanul Muslimin terlibat dalam banyak peristiwa berdarah, kadernya pernah membunuh PM Mesir, Nuqrasi Pasa pada 1948. Di Indonesia, ada satu partai politik yang mengaku berideologi Islam yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.
Kemudian wajah Wahabisme lainnya adalah Hizbut Tahrir, yang didirikan oleh Taqiyuddin Nabhani. Hizbut Tahrir tidak setuju dengan cara Ikhwanul Muslimin yang menerima nation-state dan perjuangan Parlementer. Nation-state ditolak Hizbut Tahrir karena dianggap ia produk sekuler warisan Kristen Eropa. Sebaliknya Hizbut Tahrir ingin menghidupkan kembali khilafah yang bubar pada tahun 1924. Yang perlu dicatat hampir kesemuanya saling mencela dan mengkafirkan.
Jadi, Wahabisme ada dalam beragam bentuk dan amat berbahaya sejak dalam teorinya sekalipun. Itulah mengapa Allahyarham Abon Abdul Aziz Samalanga begitu mewanti-wanti bahaya dan pengaruh Wahabi. Dan yang lucu adalah orang-orang kota, mereka menolak terorisme, namun amat mengandrungi Wahabi dengan jargon hijrahnya.
Informatif dan gron untuk dibaca. Lanjoot Tgk. Njong.
Terimenggenaseh bg @rezasofyan yang groon.
sepakat guree..
kiban jargon yang berkembang di masyarakat kota?
izin reesteem gure beh..
Jroh. Silahkan Tgk.
Cukup mencerahkan sebagai pengenalan dasar terhadap paham wahabi, paling tidak kana pangkai saat ada yang bertanya. Hayeu tulesannya nyo
Terimenggenaseh bg. Semoga beujeut keu manfaat