The Tragedy of Sunday 26 December 2004 ^^ Tragedi Hari Minggu 26 Desember 2004

Happy running the daily activities of steemit friends, hopefully you are always in good health wal alfiat. This time I want to tell a little bit about the incident that is very touching and always cheered by the aceh people, and the countries that are directly involved in evaluating / rehabilitating the society as well as the ruined debris of buildings.

On the day of December 26, 2004, at 08:05 hours, Aceh province and surrounding areas were rocked by a very powerful earthquake of about 15 minutes. Some large buildings, shophouses, houses and others are falling apart. The epicenter of the earthquake occurred in the deep sea around Banda Aceh and West Aceh / Meulaboh.

The great collapse that occurred was the city of Banda Aceh, where that time so the attention of the people who live in the city of Banda Aceh is the ruins of several major malls in Banda Aceh, one of which is Pante Perak and Suzuya Mall. All the people of the time after the earthquake, flocked away to witness the ruins. The city of Banda Aceh then suffered a total traffic jam.

Hour an hour less than the earthquake, suddenly heard the sound of the slum of people who fled from the sea to the center of the city, with shouts of 'water tub ride, run'. We were again witnessing the collapse of a large mall that collapsed in shock and wondered about the incident, so some of us there who see firsthand the truth about the sea water ashore. Suddenly the police carrier car that was originally standing in the middle of the road to secure the mall that has collapsed from the community to not get close, in turn and speeding toward the people who are standing on the streets, also issued words of rising sea water. And in order to hear the sound of a very large waterlogging. So we ran into a huge crowd of people.

There are falling because trampled with each other, there is also a kanget with a very weak heart, to fall and be trampled. Our misery was overwhelmed with excessive fear, everyone uttered tasbih with words, La ila haillallah, subhanallah while running and seeing the sea water as high as a coconut tree 10 meters in size.

All of that time assumed doomsday has arrived, there are those who inserted without being able to save, there is also a survivor to a higher area. After an hour, we went back to our residence, where on the way home we saw cars, trains and dead people swallowed by the water on the sidewalks. We are very sad and cry all, there is missing family and closest friends.

After we got to the boarding house, suddenly more people shouted and said the shahadah as they ran. We went out and ran back, this time it came was sea water with a height 2 times higher than the first a'zubulilla himindalaik. The rate of destruction of people's homes and soul swallowing is also the most severe with the arrival of the second water.

Millions of thousands of people died without anyone evaluating because all the paths were cut off inexorably, we could at that time just cry and bow to God, for a small part we are still given long life.

Late afternoon came aid from neighboring districts that were not affected by the disaster, the following day came international volunteers with very complete equipment. The process of debris evaluation, the corpses began to be done until finished. And it took almost a year, so it was about the destruction that took place and everywhere there were abandoned human corpses.

Within two days we just know in the refugee camp, it turns out that what happened to us aceh people is a tsunami very dasyat. From local and foreign journalists. The greatest damage and casualties, the worst in the world.

Thanks for those who have read this post, may be useful for those who do not feel the tragedy of December 26, 2004.

do not hesitate to provide upvote, reestem and constructive comments.

Regards super community indonesia.

---

Selamat menjalankan aktifitas sehari-hari teman-teman steemit, semoga anda selalu dalam keadaan sehat wal alfiat. Kali ini saya ingin cerita sedikit tentang kejadian yang sangat menyentuh dan di kenan selalu oleh oleh orang aceh, dan negara-negara yang terlibat langsung dalam mengevaluasi / mengrehabilitas masyarakat serta puing-puing bangunan yang sudah hancur.

Pada hari minggu tanggal 26 Desember 2004, pada jam 08.05 wib, Provinsi Aceh dan sekitarnya di guncang oleh gempa yang berkekuatan sangat tinggi sekitar 15 menit. Sebagian gedung-gedung besar, ruko, rumah dan lain-lain hancur berantakan. Pusat gempa terjadi di pendalaman laut sekitar Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Barat / Meulaboh.

Yang besar runtuhan yang terjadi adalah Kota Banda Aceh, di mana waktu itu yang jadi perhatian masyarakat yang tinggal di Kota Banda Aceh adalah runtuhan beberapa Mall besar yang ada di Banda Aceh, salah satunya adalah Mall Pante Perak dan Suzuya. Semua masyarakat waktu sesudah terjadi gempa, berbondong-bondong pergi untuk menyaksikan runtuhan tersebut. Kota Banda Aceh saat itu mengalami macet total.

Selang satu jam lebih kurang dari gempa, tiba-tiba terdengar suara gerumuh orang-orang yang lari dari arah laut ke pusat kota, dengan teriakan 'air bak naik, lari'. Kami waktu itu lagi menyaksikan runtuhan mall besar yang runtuh kaget dan penasaran atas kejadian tersebut, sehingga sebagian dari kami ada yang melihat langsung kebenaran tentang air laut naik ke darat. Tiba-tiba mobil pengangkut anggota kepolisian yang semula berdiri di tengah jalan untuk mengamankan mall yang sudah runtuh dari masyarakat untuk tidak mendekati, di hidupkan dan melaju kencang kearah masyarakat yang lagi berdiri di jalan-jalan, juga mengeluarkan kata-kata air laut naik. Dan di suruh dengar suara gerumuh air yang sangat besar sekali. Sehingga kami lari dalam kerumunan orang-orang yang banyak sekali.

Ada yang jatuh gara-gara terinjak dengan sesama-sama, ada pula yang kanget dengan jantung yang sangat lemah, hingga jatuh dan terinjak-injak. Kesengsaraan kami waktu itu di selimuti dengan rasa takut yang berlebihan, semua orang mengucapkan tasbih dengan kata-kata, La ila haillallah, subhanallah sambil berlari dan melihat air laut setinggi satu pohon kelapa ukuran 10 meter.

Semua waktu itu beranggapan kiamat sudah tiba, ada yang terhayut tanpa bisa di selamatkan, ada juga yang selamat ke daerah yang lebih tinggi. Selang 1 jam, kami pulang kembali ketempat tinggal kami, di mana dalam perjalanan pulang kami melihat mobil, kereta dan orang-orang yang sudah meninggal tertelan air di pinggir jalan berjejeran. Kami sangat sedih dan menangis semua, ada yang hilang keluarga dan sahabat-sahabat terdekat.

Sesudah kami sampai ke kos-kosan, tiba-tiba terdengar lagi orang berteriak dan mengucapkan kalimat syahadat sambil berlari. Kami pun keluar dan lari kembali, kali ini yang datang adalah air laut dengan ketinggian 2 kali lipat dari yang pertama a'zubulilla himindalaik. Tingkat kehancuran rumah-rumah penduduk dan menelan jiwa juga paling parah dengan datangnya air yang kedua.

Jutaan ribu orang meninggal tanpa ada yang mengevaluasi karena semua jalur terputus tanpa bisa di lewati, kami yang bisa waktu itu cuma menangis dan bersujud kepada Allah, karena sebagian kecil kami masih di berikan umur panjang.

Menjelang sore datanglah bantuan-bantuan dari kabupaten tetangga yang tidak kena bencana, sehari sesudah itu datanglah para relawan dari manca negara dengan membawa perlengkapan yang sangat lengkap. Proses evaluasi puing-puing, mayat-mayat mulai di lakukan hingga selesai. Dan memakan waktu hampir satu tahun, begitu lah kira-kira kehancuran yang terjadi dan di mana-mana ada mayat manusia yang sudah terbengkalai.

Selang dari dua hari kami baru tau di kamp pengungsian, ternyata yang terjadi pada kami masyarakat aceh adalah tsunami yang sangat dasyat. Dari para wartawan lokal maupun manca negara. Kerusakan dan korban jiwa terbanyak, terparah di tingkat dunia.

Terima kasih bagi yang telah membaca postingan ini, semoga bermanfaat bagi yang tidak merasakan tragedi tanggal 26 desember 2004.

jangan ragu untuk memberikan upvote, reestem dan berkomentar yang bersifat membangun.

Salam super komunitas indonesia.